Pria Brengsek

19 2 0
                                    

"Gue Liam"ucapnya sambil membalas jabatan tanganku.

Seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Perasaan rindu yang kini sudah tidak bisa di tuntaskan. Karena sebelumnya, hanya tangan Noah yang selalu ku genggam.

Pada saat berjalan-jalan di mall,waktu hendak menyebrang di jalan besar,waktu Noah menemaniku ke pasar. Dan masih banyak lagi.

Kini aku menjabat tangan seorang pria asing yang beberapa hari ini hadir dihidupku. Akupun gak tau dia dateng dari mana.

"Siapa yang lo tangisin semaleman? Sampe sembab gitu"ucapnya yang dengan cepat menyadari betapa sembabnya mataku di pagi hari ini.

Aku tidak akan memberitahu nya. Tidak akan. Memangnya dia siapa sudah berani bertanya-tanya tentang masalahku.

"Gak ada kok,cuman sakit mata aja" aku membuat alasan yang semoga saja lumayan masuk akal.

"Sakit mata sama sembab itu beda,lo gak bisa bedain? Lain kali buat alesan tuh yang masuk akal dikit"ternyata aku gagal,aku fikir alasanku sudah masuk akal. Ternyata engga sama sekali. Cuman buat malu. Semoga saja pipiku tidak memerah karena malu.

Dengan keberanian melawan rasa malu ku. Aku menyuruhnya untuk meninggalkan rumahku karena urusan kami sudah selesai. Padahal aku malu berlama-lama mengobrol dengannya. Kalau dia sadar aku belum mandi,aku bisa tambah malu lagi.

Bahkan aku sampai lupa,aku masih memakai piyama semalam. Yang sudah sangat jelas menggambarkan bahwa aku belum mandi pagi ini.

"Makasih udah balikin airpod saya,kamu boleh pulang kok"ucapku yang segera berdiri sebagai tanda bahwa ia sudah harus pulang.

"Oke,gue juga gak niat lama-lama" ia berdiri dan melepaskan handuk pemberianku dari tubuh bidangnya. Dan memberikannya padaku.

"Nih handuk lo. Dipake mandi juga gak apa-apa,belum basah banget kok" ucapnya sedikit tertawa,sangat jelas bahwa ia bermaksud meledekku.

Aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Aku harus bagaimana lagi. Ia kini sudah tahu bahwa perempuan di depannya ini belum mandi. Sungguh pagi yang memalukan.

Semua tenaga kucurahkan untuk melawan rasa malu ku,yang tak kunjung reda. Aku mengantarnya ke depan teras rumahku. Sedikit memberi perlakuan yang sopan karena ia sudah mempunyai niat baik. Ingin mengembalikan barang milikku. Yang padahal kalau dia ambil pun aku gak apa-apa. Karena itu hanya salah satu airpodku.

"Hati-hati ya,makasih sekali lagi udah mau balikin airpod saya hujan-hujan begini"ucapku sedikit melukis senyum di muka bantalku.

"Jawab pertanyaan lo yang tadi. Gue tau rumah lo darimana. Gue tau dari Siska. Tadi gue sempet ke tempat kerja lo,tapi lo gak ada disana. Jadi ya gue mutusin nanya Siska dan langsung pergi kesini"ia menjelaskan panjang lebar.

Dugaanku benar,pasti Siska yang memberi tahu Liam. Siska memang tahu alamat rumahku. Karena beberapa hari lalu. Aku meminta Siska untuk memjemputku dirumah dan berangkat ke tempat kerja sama-sama.

"Gue pamit,makasih teh dan handuknya"

Tak lama pria yang bernama Liam tersebut meninggalkan rumahku dengan mobil putihnya. Pria asing tersebut pergi. Gak tau apa kami akan bertemu lagi atau engga. Tapi aku harap tidak. Ya kalau iya juga gak apa-apa sih. Dia baik,ganteng juga. Gak salah kan kalau aku berharap kami ketemu lagi. Apa-apaan aku ini lama-lama semakin ngaco.

***

Di sebuah rumah megah,terdapat seorang pria yang sedang terduduk di sebuah sofa. Sambil menatap ke arah jendela. Melihat hujan yang tak kunjung reda sedari tadi. Mungkin hujan mengganggu beberapa aktivitasnya pagi ini.

Thinking Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang