13. THE DAY

62 6 0
                                    

[JANGAN LUPA VOTE]


Kaisan menunggu di dalam mobil. Ia sudah tiba di depan rumah Kaluna yang ternyata tak terlalu jauh dari kediamannya, tapi tidak terlalu dekat juga. Kaisan mengatur nafasnya, jujur ia menyadari bahwa ia sangat cupu untuk masalah demikian.

Kaisan menelan ludah. "Rilex Kas."

Ia melirik ke arah Kaluna yang berjalan keluar dari rumah. Matanya tidak bisa terkontrol hingga Kaisan terus menatap gadis dengan penampilan tidak sedekil di sekolah. Kaluna berbeda, Kaisan mengakuinya. Gadis itu berubah seperti tuan putri bahkan dengan pakaian tidak semewah princess di dunia kartun.

"Shit, kenapa dia cantik." Gumamnya pelan.

Kaluna membuka pintu mobil Kaisan, gadis itu tersenyum samar.

"Sorry bikin lo nunggu, make up gue belum selesai." Ucapnya lalu segera mengeluarkan beberapa benda dari pouch make up-nya.

"Make up lo belum selesai aja, lo udah cantik." Batin Kaisan.

"Gak masalah." Jawab Kaisan, lalu segera melajukan mobilnya. Di dalam sana hanya ada keheningan, tidak ada satupun yang berani membuka mulut dan mencari topik pembicaraan.

Kaisan dengan pandangannya yang fokus mengemudi dan Kaluna yang masih belum menyempurnakan make up bagian bibir serta eyeshadow lain.

"Gue nervous." Ucap Kaluna pelan.

"Gue juga." Batin Kaisan.

"Santai, kalau lo mau hutang lo lunas tanpa sisa, main yang profesional biar rencana kita gak gagal. Kalau gagal, lo harus tetap bayar utang sesuai waktu yang gue kasih."

"Shut up." Kaluna menutup lip creamnya lalu mengembalikan ke dalam pouch yang ia bawa. "Gue cuma nervous. Gue sih bisa profesional, gak tahu kalau lo."

"Remehin." Cibir Kaisan.

Sebenarnya yang membuat Kaluna begitu tak tenang dan nervous bukan hanya karena misi itu menyangkut hutang piutang nya, namun penampilan Kaisan malam ini benar-benar gila. Kaluna juga ragu jika harus bersanding dengan Kaisan bahkan hanya pura-pura saja. Bagaimana tidak, celana hitam dan kemeja putih yang dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka serta jam tangan hitam yang melingkar di tangan kiri ketua Raksi itu, membuat Kaluna hampir membeku. Belum lagi tatanan rambut Kaisan dan parfum yang aromanya sangat tercium tapi tidak membuat mual. Lelaki itu benar-benar tampan, sekarang Kaluna sadar mengapa orang-orang banyak yang memuja Kaisan. Visual dan auranya sangat juara.

Kaluna mengakui pujian yang dilayangkan oleh orang-orang untuk Kaisan. Ya, Kaluna tunduk atas fakta itu.

Gadis itu merapikan tatanan rambutnya. "Gue boleh tahu nggak alasan lo lakuin rencana ini?"

"Nolak pertunangan."

Kaluna mengangguk mengerti. "Kalau jadi lo gue bakal nolak kalau gue emang gak suka orangnya. Pihak ceweknya suka sama lo?"

"Sama-sama gak suka dan nolak, tapi cuma gue yang punya power buat nolak dengan pakai rencana ini."

"Berarti keputusan lo udah tepat." Ucap Kaluna.

Kaisan tak menanggapi apapun, ia malah melirik Kaluna yang kini sudah benar-benar menyelesaikan dandanannya. Sebenarnya tidak berlebihan, hanya make up simpel, tapi gadis itu tetap saja cantik. Secara sadar, ia tersenyum disana, terpesona, jujur saja. Tak ingin ketahuan, Kaisan segera melenyapkan senyum itu secepat mungkin.

"Lo boleh ngomong apapun, tanpa gue kasih tahu lo pasti udah bisa ngira kalau keluarga gue bakal tanya-tanya tentang hubungan kita berdua."

Kaluna menggangguk.

KAISAN ; s e r a p h i cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang