6. Anabelle Vs Alien

4.1K 437 34
                                    

"Biarkan karma yang mengetuk pintu hatinya."

Vous Me Voyez

Selamat Membaca

----VMV----

Anin terus menerus mendumel sepanjang perjalanan pulang. Bisa-bisanya ia kalah oleh sosok congkak di sekolah barunya. Tidak, Anin tidak bisa membiarkan hal tersebut. Ia mengetuk-ngetuk stirnya sambil berpikir. Beberapa menit yang lalu ia baru saja menurunkan Clara di rumahnya yang sederhana. Anin ingin mampir tetapi Darel pasti akan mengamuk jika ia pulang larut. Peraturannya adalah jika ia ingin tinggal bersama Darel maka ia harus mematuhi peraturan 9.10 (Pulang maksimal jam sembilan, tidur paling lambat jam sepuluh).

Jalanan terlihat cukup ramai dari biasanya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Darel juga sudah beberapa kali menghubungi Anin. Bukannya Darel sok peduli hanya saja jika Anin hilang atau terluka, nasib Darel taruhannya di hadapan tuan besar Basupati nanti.

Bukan hanya orang tua melainkan nenek Darel yang cerewet dan sangat memanjakan Anin akan memprotesnya nanti jika sesuatu terjadi kepada Anin.

Beberapa kali ia membunyikan klakson ketika kendaraan bermotor melaju tidak tahu aturan. Ia kesal karena hampir menabrak trotoar saking terkejut dengan kedatangan pengemudi ugal-ugalan tersebut. Di sebelahnya, sebuah benda pipih terus menyala dan bergetar berulang kali.

Tangan kiri Anin meraih ponselnya dan menjawab panggilan dari tuan rumah.

"Gue lagi nyetir! Bisa sabar gak? Macet tahu!" kata Anin sedikit meninggi.

Klik. Iya memutus panggilan secara sepihak. Ia harus fokus pada jalan yang sedang dilaluinya. Lagipula sebentar lagi Anin sampai di rumah.

Tepat pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, mobilnya terparkir di halaman rumah. Ia bergegas masuk dengan raut wajah lelah. Ketika melewati ruang tamu, ia melihat beberapa teman Darel sedang berkumpul di sana termasuk Bryan dan Aldo serta kekasih Darel yang Anin sebut dengan Alien. Dasarnya Arabelle, nama Aileen jadi Alien.

Darel menyadari kehadiran Anin dan segera menghampirinya. Ia bersedekap di hadapan gadis kecil itu.

"Dari mana? Di telepon gak diangkat-angkat," tanya Darel mulai menginterogasi Anin. "Sekalinya diangkat malah ditutup."

"Abis jalan sama temen," jawabnya lalu ia mendorong Darel yang menghalangi jalannya. "Udah ah, gue capek mau istirahat!" usirnya sedikit sebal. Lagipula, ia belum masuk dalam hitungan terlambat. Jadi Darel tidak memiliki hak untuk menghakiminya.

Darel mengerutkan keningnya. "Emang lo punya temen?"

Anin menatap tajam tepat pada kedua bola Darel. "Kalo ngomong ya di saring dulu, Mas."

"Gue bukan makhluk antisosial," tambahnya jengah dengan godaan Darel. Akhirnya sesuatu terlintas di dalam pikiran Anin.

"Mbak pacar!" panggil Anin kepada satu-satunya perempuan yang ada di ruang tamu rumahnya. Tangannya melambai memberi kode agar ia mendekat. Darel yang juga ikut menoleh ke belakang. Apa maksud bocah kecil ini memanggil Aileen?

"Mbak pacar! Lo tahu? Mantan Darel itu berjajar kayak barisan Pramuka!" teriaknya memberitahu Aileen.

"Hati-hati jadi korban selanjutnya!" lanjut Anin yang sukses membuat teman-teman Darel tertawa terbahak-bahak. Mereka tidak tahu jika Darel sering berpacaran.

Seketika Darel membekap mulut kurang ajar adiknya. Bisa-bisanya ia berbohong di depan sahabat dan pacarnya.

Anin menggigit tangan Darel lalu melarikan diri dengan cara menaiki tangga menuju kamar tercinta.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang