9. Kedatangannya 🌈

14 5 1
                                    

Hari ini hari Minggu yah, sebenarnya update Queen B itu besok. Tapi tanganku dah gatel pengen Up.
Yaudah deh, Up-nya hari ini aja, wkwkwk. Enjoy my story'.

Yang belum vote cerita ini, bisa vote dulu. Jangan silent ya, ini bukan ujian.


ㅎㅎㅎ
🐝 Happy Reading 🐝
.
.
.
.

Mereka berempat berpisah di perempatan jalan menuju komplek perumahan Langit. Agam dan Julian ke kanan, Lean lurus dan Langit ke kiri. Rumah Lean dan Langit lumayan dekat, hanya berbeda blok saja, sedangkan Julian dan Agam berbeda komplek.

Dua orang itu memang selalu suka pulang muter-muter. Iya yang anak sultan, gue yang sobat missqueen bisa apa?.

Langit memberhentikan mobilnya di depan tukang sate yang biasanya keliling di sekitar kompleknya, “mang, saya satenya 3 porsi, dibungkus ya mang.”

Langit memesan 3 porsi, satu untuk dirinya dan yang 2 untuk, ya untuk diletakkan saja dimeja makan. Langit Langit, author tahu kamu tuh sebenernya peduli.

“Ditunggu ya den kasep, mamang buatin dulu,” ucap Mamang penjual sate sembari mengacungkan jempolnya. Langit membalasnya dengan anggukan kepala kecil.

Langit menunduk menatap layar ponselnya sembari menunggu sate pesanannya jadi, dia mendengar suara perempuan, mungkin pelanggan juga. Langit mendongakkan kepala.

“Mang, pesanan saya tadi mana mang?,” ucap gadis itu. Langit tak melihat wajah gadis itu, karena dia membelakangi Langit. Yang Langit tahu gadis itu memiliki surai rambut sepunggung berwarna Chestnut, memakai celana pendek dan kaos putih polos kebesaran sedang berdiri di dekat gerobak sate.

Langit mengedikkan bahu, dia kembali menatap layar ponselnya yang menampilkan pop out pesan dari Abel. Dia mengirimi Langit  pesan untuk membelikannya sate ayam. Sungguh sebuah kebetulan.

Saat Langit kembali mendongak, dia melihat gadis itu memasuki taksi dengan membawa sekantung plastik, mungkin itu sate pesanannya. “Mang sate ayamnya tambah satu,” ucap Langit.

“Siap den, ini udah mamang bungkusin tadi sekalian buatin punya neng geulis tadi. Eh aden anak SMA Pancasila juga? Sama dong sama neng geulis?” ucap mamang Asep, penjual sate. Langit mengerutkan kening, memang siapa gadis tadi. Apa dia juga anak Pancasila.

Tak ingin ambil pusing, Langit iya-kan saja. "Iya mang. Satenya berapa?” Langit merogoh saku kemeja seragam sekolahnya dan menyerahkan uangnya.

“45.000 aja den, ini kembaliannya.”

“Buat mamang aja, makasih mang,” ucap Langit sembari berjalan menuju mobilnya.

Tanpa sengaja Langit menabrak seorang gadis, dia masih memakai seragam sekolah. Tepatnya seragam sekolah yang sama seperti miliknya. Gadis itu terjatuh dan Langit mengulurkan tangan untuk membantunya.

“Maaf, saya gak sengaja,” ucap Langit seraya membantu gadis itu berdiri.

“Aku yang harusnya minta maaf karena jalan gak liat-liat. Maaf ya Langit,” ucap gadis itu. Dia menatap Langit yang sedang menatapnya heran. Mungkin karena dia tahu nama Langit.

“Siapa sih yang gak tahu kamu Langit, kamu kan murid berprestasinya SMA Pancasila.” Gadis itu tersenyum menatap Langit.

“Oh kamu anak Pancasila juga,” ujar Langit seadanya. Ternyata gadis yang dia tabrak itu anak Pancasila juga, sama seperti gadis tadi. Langit berniat untuk pergi menuju mobilnya sebelum sebuah tangan terulur dihadapannya. “Namaku Noura, aku kelas XI A 2,” ucapnya.

Queen BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang