Chapter 20

996 138 8
                                    

Penanganan operasi Mark kali ini tidak diserahkan kepada Wendy karena teman-temannya takut jika Wendy mengalami breakdown ditengah-tengah tindakan sehingga yang maju adalah Seulgi dan Daniel.

Joy dan Minho menemani Wendy dan Taeyong di ruang tunggu bersama dengan orang tua Wendy maupun Taeyong yang juga hadir hari itu. "Wan, kau mau minum? Aku mau beli kopi di vending machine." Tawar Minho berdiri sebelum pergi untuk membeli kopi. "Aku mau satu. Taeyong, kau mau minum apa?" Tanya Wendy pada Taeyong yang sedang memainkan ponselnya.

"Samakan saja." Jawabnya tersenyum singkat pada Minho sebelum kembali fokus ke arah layar ponselnya. MInho pergi dan meninggalkan Wendy yang merengut melihat Taeyong yang mengabaikannya. Ia tidak mengatakan apapun lalu berpindah duduk di atas karpet untuk mulai menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Taeyong melirik ke arah Wendy yang kini fokus bekerja. Ia tersenyum geli melihat Wendy yang berusaha keras untuk tidak kepo dengan apa yang ia lakukan dengan ponselnya. "Hei, kau sedang apa?" Tanya Taeyong basa-basi.

"Cuci baju." Jawab Wendy ketus sambil sibuk menulis dan meng-highlight beberapa baris kalimat pada kertas-kertas di hadapannya. Taeyong terkekeh gemas. "Kau marah padaku?" Tanya Taeyong lagi. "Tidak." Jawabnya dengan nada ketus yang sama.

Taeyong masih terdiam menatap tunangannya dengan senyum jahil. "Jennie barusan kembali mengajakku makan siang bersama. Menurutmu aku terima jangan?" Wendy memejamkan matanya menahan rasa kesal. "Terserah kau saja." Jawab Wendy masih ketus.

"Benarkah? Aku tidak enak jika menolak. Kau tidak akan apa-apa?" Taeyong masih bertahan dengan skenario menjahili Wendy. "Kau bercanda Taeyong? Haruskah kau mengatakan ini di saat anakmu sedang di operasi di dalam sana?" Wendy menaruh kasar pulpennya dan menoleh ke arah Taeyong dengan wajah dan nada bicara marah.

Wendy benar-benar marah saat ini. Taeyong bisa melihatnya.

"Kau bahkan manis ketika marah." Taeyong malah menggombali Wendy yang langsung mendecak kesal lalu kembali fokus ke pekerjaannya. "Aku hanya bercanda sayang~ hei, jangan marah~" Taeyong menggeser duduknya agar bisa memeluk leher Wendy dari belakang.

"Ish! Lepaskan!" Wendy meronta kecil. Taeyong tidak melepaskan pelukannya dan malah mengecup telinga Wendy sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri. "Taeyong!" Wendy masih meronta lalu interaksi manis mereka terhenti karena Joy sudah kembali membawa kopi kaleng yang mereka pesan. Minho menyusul tak jauh di belakangnya.

"Ovum ku baru saja menjerit didalam sana berkata 'KAPAN KAU AKAN MENIKAH WANITA JALANG!?' Gara-gara melihat interaksi mesra kalian." Ucap Joy datar dan itu berhasil membuat Wendy maupun Taeyong tertawa. Taeyong melepaskan pelukannya dan kembali ke posisi duduk awal.

"Ini." Joy menyerahkan kopi kepada Taeyong juga Wendy. "Dasar mutan! Anakmu sedang di operasi saja masih sempat bekerja! Bereskan semuanya ke dalam tas!" Joy langsung merebut kertas-kertas Wendy dan memasukkan nya ke dalam ransel. "Joy, aku butuh distraksi. Aku cemas jika tidak menyibukkan diri." Wendy menatap Joy penuh harap.

"Bekerja membuatmu makin cemas Nona. Tenangkan dirimu dengan berbincang ringan bersama Taeyong, bukan dengan bekerja," Ucap Minho tak mau tau. Wendy hanya merengut dan tidak menjawab apapun.

Joy menatap Wendy lalu Taeyong yang kini berbisik menggunakan gerakan mulutnya,

'Dia marah padaku'

Joy menaikkan kedua alisnya. "Bagaimana bisa kalian bertengkar tapi cium-cium seperti tadi!?" Jawab Joy sirik. "Memangnya bertengkar karena apa? Taeyong dekat dengan wanita lain?" Joy mencoba mendapatkan tatapan mata Wendy yang sedari tadi menghindarinya.

P U Z Z L E✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang