P R O L O G

21 3 0
                                    

Seorang pria dewasa membuka album foto yang ia simpan rapi di dalam lemari nya. Buku itu sudah sangat berdebu karena jarang di keluarkan dari tempatnya. Lalu pria itu duduk di bangku teras rumah diikuti dengan dua anak laki-laki kembar yang masih berumur 7 tahun.

“Papa, cinta itu apa sih? Aku sering dengar orang dewasa mengatakan itu di film yang semalam aku tonton.” Tanya anaknya yang sedikit lebih tinggi dari kembarannya.

Sebuah senyuman pun muncul dari bibirnya, ia menghela napas pelan, “Sini duduknya deketan.” Ia menarik kedua anaknya itu keatas pangkuannya.

“Dulu ada yang pernah bilang ke papa kalau cinta itu adalah pengorbanan. Kayak papa yang cinta sama kalian, papa bakal ngorbanin semua yang papa punya buat kalian. Tapi pengorbanan itu tidak cukup tanpa adanya perjuangan. Cinta itu mudah, hanya sulit untuk menjalankannya. Jadi kalau ada siapapun itu yang cinta sama kalian, kalian harus hargai dia.”

Mereka semua saling bertatapan, senyum yang sangat tulus terukir di wajah mereka. Mereka saling mencintai dan menyayangi, berharap tidak ada sesuatu yang bisa menghancurkan hubungan ini, sampai ajal pun mereka berharap tidak akan bisa.

Anak yang lebih pendek menunjuk sebuah album poto yang ada di atas meja, album poto yang baru saja di sentuh lagi setelah sekian lama disimpan di dalam lemari, “Itu apa?”

Pria dewasa ini mengambil album itu lalu meniup sampul buku yang penuh dengan debu, sudah banyak sobekan dan coretan di sampulnya menjadikan album itu terlihat seperti buku usang yang sudah tidak terpakai lagi.

Face The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang