🍪24| Warm

855 187 65
                                    

Play: Breath -
Ost its okay to not be okay

Aliran air hangat terus mengguyur sekujur tubuh Dahyun. Entah sudah berapa lama ia mengurung diri di dalam kamar mandi. Permukaan kulit tangan dan kakinya bahkan sebagian telah mengeriput, bibirnya sudah pucat, belum lagi bajunya yang telah basah kuyup karena begitu masuk kamar mandi, Dahyun langsung menyalakan shower tanpa melepas pakaiannya.

Satu persatu kenangannya di masa lalu seolah kembali menamparnya, membawanya ke jurang terdalam hingga kakinya tak kuat lagi untuk menopang. Semua ini terjadi secara tiba-tiba hingga kepalanya rasanya seperti akan pecah.

Dahyun pikir, ia telah sembuh. Ia pikir, Dahyun yang sekarang tidak akan selemah Dahyun yang dulu. Ia pikir, semua masalah itu telah selesai. Tapi kenyataannya, tidak ada satu pun dari pikirannya itu terwujud. Semua perjuangannya terasa tak lagi berarti saat ia mendengar tuduhan yang sangat dibencinya itu keluar dari bibir Lisa.

“Orang yang mengirimi surat itu kau, kan? Kalau begitu ... apa kau benar-benar seorang pembunuh?”

Deg!

Mendadak perutnya terasa di peras. Serangan itu lagi. Dahyun segera berlari menuju closet lalu memuntahkan semua cairan dalam tubuhnya yang mendesak keluar. Dahyun langsung bersandar lemah ke dinding setelah mengeluarkan semuanya, matanya telah sayu dan bengkak dengan tubuhnya yang mulai menggigil.

Sayup, ia mendengar suara teriakan Jungkook yang menyuruhnya keluar, disusul dengan suara tendangan pada pintu berulang kali karena pintunya telah Dahyun kunci dari dalam.

Gadis itu memeluk kedua lututnya, dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ia menangis hebat saat suara Lisa kembali terdengar.

“Kau tahu? Jungkook memacarimu bukan karena cinta. Tapi karena kasihan dan ingin melihat seberapa kuatnya kau menyembunyikan dirimu yang sebenarnya.”

Dahyun membenturkan kepalanya pada dinding di belakangnya berulang kali. Berusaha menghilangkan segala pikiran buruk yang terus menghantuinya. Ia membenci sisi dirinya yang lemah ini tapi ia paling benci pada dirinya yang masih berusaha meyakinkan kalau ucapan Lisa itu tidak benar dan Jungkook tidak mungkin berbohong padanya.

Tapi kalau Jungkook memang tak memberitahu, bagaimana Lisa bisa mengetahui semuanya?

Ditengah dilema dan kekacauan dalam batinnya, Jungkook berhasil mendobrak pintu kamar mandi itu hingga terlepas dari engselnya. Jungkook sangat terkejut saat melihat tubuh Dahyun yang telah basah kuyup dengan keadaan gadis itu yang terus membenturkan kepalanya pada dinding tanpa henti.

“Astaga, Dahyun hentikan!”

Jungkook segera menghampiri Dahyun, ia meraih kepala Dahyun dan membawanya ke dalam pelukan sementara isak tangis Dahyun semakin menjadi. Tubuhnya gemetar tapi tangannya tak henti memukuli Jungkook sebagai pelampiasan kekesalannya.

“Kenapa? kenapa aku harus mengingatnya lagi? Hiks!

Jungkook sama sekali tak mengerti, tapi ia mencoba untuk terus menenangkan Dahyun dengan memeluknya seraya mendengarkan tanpa menyela ucapannya.

“Apa yang terjadi, hm?” tanyanya setelah Dahyun agak tenang.

Gadis itu mengigit bibir bawahnya gugup sementara maniknya menyorot takut. “Aku ... aku bukan pelakunya. Aku tidak pernah berniat melakukannya tapi—hiks! Seharusnya aku mati saja hari itu!”

Dahyun kembali menangis dan meremas kemeja Jungkook kuat. Walau tak mengerti dengan apa yang baru saja Dahyun katakan, Jungkook semakin mendekapnya erat, memberinya kehangatan supaya Dahyun tidak merasa sendiri. “Hey, jangan berkata seperti itu. Apapun yang terjadi, aku akan terus bersamamu. Selalu.”

“Jangan …,” Dahyun berkata lemah. “Seharusnya kau jangan melakukan ini padaku. Aku tak pantas di cintai.” Sorot mata Dahyun kembali meredup, seolah gairah hidupnya menghilang, sementara tubuhnya semakin dingin.

“Hey, siapa yang bilang begitu? Kau sangat pantas dicintai. Aku sangat mencintaimu, tolong jangan seperti ini.”

Dahyun tersenyum lemah dengan matanya yang telah sayu. “Benarkah? Mencintai atau mengasihani?”

M-mwo?”

“Jawab. Kau mencintaiku atau mengasihaniku?”

“Tentu saja aku mencintaimu! Astaga, apa saja yang Lisa katakan padamu hingga membuatmu seperti ini?” Jungkook semakin frustasi, ia merasa sangat tak berguna saat melihat Dahyun yang sudah kacau seperti ini. “Maaf, maafkan aku. Seharusnya aku tak meninggalkanmu berdua bersama Lisa.”

“Kau ... tidak berbohong? Lisa bilang kau—“ Jungkook langsung menyatukan bibirnya dengan bibir pucat Dahyun. Ia tak peduli lagi, ia benar-benar tak tahan melihat Dahyun yang terus tersiksa dengan sugestinya sendiri. Ciumannya seolah mengatakan kalau ia benar-benar mencintai Dahyun. Tidak ada yang lain, hanya Dahyun. Ciumannya lebih menuntut dari biasanya, membuat Dahyun dengan cepat kehabisan napasnya. Sementara Jungkook semakin menekan tengkuk Dahyun untuk memperdalam ciumannya. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri untuk mencari posisi yang nyaman sementara jari-jarinya mengusap bekas air mata yang tersisa di pipi Dahyun.

Hahhhahhh …” Napas keduanya saling beradu saat Jungkook melepaskan tautannya. Lelaki itu kemudian mengecup kedua mata Dahyun, pipinya, hidungnya dan berakhir di bibir. Membuat Wajah Dahyun menghangat. Gadis itu langsung memeluk Jungkook erat, berusaha menyembunyikan wajahnya karena malu. Perlahan, kenangan pahitnya itu tak lagi menghantui, diganti dengan perasaan hangat yang disalurkan oleh Jungkook.

“Aku tak tahu, kenangan apa yang selalu menghantuimu sampai saat ini. Satu hal yang pasti, aku akan selalu berada di pihakmu. Jadi kau jangan ragu untuk membagi semua keluh kesahmu padaku.” Dahyun terenyuh mendengar perkataan tulus itu dari Jungkook. Ia jadi merasa bersalah karena sempat berburuk sangka pada lelakinya ini.

“Kau sungguh tidak pernah menerima suratku?”

“Tidak, Sayang. Harus berapa kali aku bilang.”

Jadi, apa selama ini Lisa yang justru menyimpannya?

Kepalanya langsung terasa berdenyut saat mencoba berpikir keras. Ia meringis, ditambah tubuhnya mulai menggigil. “Kookie, aku kedinginan,” cicitnya pelan saat rasa dingin mulai terasa menyerang tubuhnya. Jungkook bahkan baru ingat kalau pakaian yang Dahyun kenakan basah kuyup saat gadis itu mulai menggigil.

“Tunggu di sini, biar aku ambil handuk—“

“Jangan.” Dahyun semakin menyamankan posisinya di dada Jungkook seraya memeluk lelaki itu lebih erat. “Seperti ini saja, nanti dinginnya juga akan hilang.” Jungkook tersenyum, tapi lelaki itu malah menggeleng. “Tidak, semua pakaianmu basah, aku tak mau kau sakit. Tunggu di sini sebentar, ya? Aku akan segera kembali.”

Dahyun menurut, ia kemudian melepaskan pelukannya dan beralih memeluk tubuhnya sendiri. Ia menatap kosong Jungkook yang buru-buru mengambilkan handuk dan pakaian gantinya.

“Jungkook, keputusanku untuk mempercayai ucapanmu itu benar, kan? Kau tidak berbohong?” monolognya. Dahyun kembali meletakkan dagunya diantara kedua lutut yang di peluknya.

“Karena kalau kau berbohong, sepertinya aku tak akan pernah bisa memaafkanmu sampai kapan pun.”

Gk tau kenapa, nyesek banget aku pas nulis part ini 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gk tau kenapa, nyesek banget aku pas nulis part ini 😭

Semoga nge-feel yaa 💜💕

See you

Mr. Cookies vs Miss. Dubu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang