CHAPTER 9 (Nggak Ada Kabar)

4.6K 257 12
                                    

Sudah sebulan lebih suamiku pergi meninggalkanku dan anak-anakku.

Dan sampai sekarang, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Nomor ponsel yang biasa dipakainya sudah tidak aktif lagi. Aku sudah bertanya ke semua sanak saudaranya. Tapi, hasilnya tetap nihil. Merekapun tidak tahu keberadaannya.

Aku juga pernah pergi ke kantor suamiku untuk mencari tahu kabarnya. Tapi, ternyata dia sudah tidak bekerja lagi disana. Dan teman-temannya pun tidak tahu keberadaannya lagi. Kabar terakhir yang aku tahu dari Susi, mantan sekretarisnya dulu, bahwa dia sudah membuka usaha sendiri di bidang arsitektur.

Dan mengenai perselingkuhannya, sebenarnya dari dulu semua orang kantor sudah tahu kalau dia sudah menikah lagi. Tapi, mereka tidak pernah memberitahuku karena tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tanggaku. Akhirnya, mereka semua memilih untuk diam. Menurut Susi, pernikahan suamiku secara siri itu terjadi 5 tahun yang lalu. Ketika Rahma, istri siri suamiku menjadi client di kantornya. Memang pada saat itu sedang ada kerja sama project antara kantor suamiku dengan kantor Rahma. Karena sering bertemu itulah akhirnya menimbulkan perselingkuhan diantara mereka.

Dan sebenarnya, semua orang kantor sudah mengingatkan Rahma mengenai status suamiku yang sudah menikah. Tapi, dia seperti tidak peduli mengenai hal tersebut dan selalu datang untuk menggoda suamiku. Apalagi karir suamiku juga sedang berada di puncaknya. Akhirnya, suamikupun termakan bujuk rayuannya.

Dan sekarang aku hidup dengan sisa-sisa tabungan yang ditinggalkan oleh suamiku. Aku sedang berusaha mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidupku dan hidup anak-anakku. Aku melamar pekerjaan di berbagai rumah sakit dan klinik agar bisa bekerja sebagai perawat seperti dulu lagi, seperti sebelum aku menikah dengan suamiku. Tapi, sampai sekarang belum ada panggilan pekerjaan sama sekali untukku.

"Kring..kring..kring"

Tiba-tiba bunyi dering ponsel itu membuat aku tersadar dari lamunanku. Aku segera mengambil ponsel di atas meja.

"Lisa, besok kamu mulai kerja yah! Untuk sementara waktu, kamu menggantikan Rita dulu yang baru keluar kerja dari rumah sakit ini karena mau ikut suaminya yang pindah kerja keluar kota", ujar Dina, sahabatku di rumah sakit tempat aku bekerja dulu.

"Ohya, sekarang Dokter Ryan makin tampan loh," ujarnya lagi memancing keingintahuanku.

"Dan karirnya makin bagus. Sekarang dia menjabat jadi direktur di Rumah Sakit Ananda. Makanya kamu bisa bekerja lagi disini," ujar Dina yang berusaha memancingku lagi.

Entah kenapa obrolanku ditelpon dengan Dina tadi mengingatkanku lagi dengan sosok Dokter Ryan. Seorang dokter yang merupakan cinta pertamaku sebelum bertemu dengan Mas Aldy, suamiku. Dokter yang sangat ramah dan humble. Dokter yang fokus mengejar kuliah sub-spesialis di bidang bedah rekonstruksi. Dokter yang selalu tampak gagah dengan jas putih dan stetoskopnya.

"Ah, Dokter Ryan itu kan sudah menikah? Mana mungkin dia ingat dengaku lagi?" pikirku dalam hati.

Sebenarnya aku sudah tidak ingat lagi dengan Dokter Ryan. Kurang lebih sudah 15 tahun kami tidak bertemu lagi. Terakhir, aku datang ke resepsi pernikahannya bersama Dimas, anak sulungku yang masih berumur 1 tahun. Kebetulan Mas Aldy kerja keluar kota dan tidak bisa ikut denganku ke resepsi pernikahan Dokter Ryan. Dan akhirnya, Dokter Ryan menikah juga dengan Dokter Rika, seorang ahli bedah ternama yang sudah lama jatuh hati padanya.

Dan sekarang rasanya hati ini seperti oase di padang pasir. Dulu perasaan ini benar-benar kering gersang apalagi setelah ditinggal pergi oleh suamiku demi perempuan lain. Dan sekarang, tiba-tiba hatiku senang sekali. Apalagi aku jadi semangat karena bisa bekerja lagi bersama Dina, sahabat karibku.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang