Nathan kembali membalikan kertas yang sedang dia pegang.
Kali ini proposal pengajuan dana — mereka akan mencari sponsor yang mau bergabung dan menyalurkan dana untuk pentas seni sekolah.
Rapat kali ini khusus bagian kesiswaan yang mengurus acara. Yang memimpin rapat bukan Nathan — sengaja, karena dia akan melimpahkannya kepada adik kelasnya sebagai uji coba.
Seluruh anggota kesiswaan memenuhi ruangan rapat. Dari tingkat awal sampai tingkat akhir, termasuk Nathan.
Di depan sana, ada wakilnya yang sedang menerangkan cara kerja kepanitiaan tahun ini.
"Seperti tahun sebelumnya, kita membutuhkan sponsor, maka dari itu, saya sudah membagi beberapa tim untuk mencari sponsor."
Lalu slide berganti, menunjukan nama-nama yang akan mencari sponsor.
Nathan memperhatikan semuanya. Kelompok terdiri atas 2 orang. Totalnya ada 20 kelompok, seluruhnya dicampur rata. Cukup adil, pikirnya.
Dan Nathan sukses terbelalak ketika menemukan namanya ada di deretan. Bersama dengan nama lain dari jurusan seni musik.
Oh okey, Nathan sepertinya harus sedikit menentang keputusan wakilnya yang asal memasukan namanya.
"Mohon maaf, jika ada yang ingin bertukar atau nengajukan ketidak setujuannya, saya tidak menerima. Ini keputusan mutlak. Terima kasih."
Yah, wakilnya kadang bisa sangat menyebalkan...
Dia menatap kearah wakilnya, Lee Daehwi yang sedang tersenyum lebar di depan sana.
Sadar betul kalau pemuda itu mengalihkan pandangannya dari Nathan — enggan menatapnya.
Kalau sudah seperti ini, Nathan tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya mau ini cepat selesai.
"Aaren, kamu beruntung sekali bisa pergi dengan Nathan-sunbae."
"Beruntung apanya? Aku malah berharap tidak terpilih sama sekali! Ini mengganggu jadwalku, tau," balasnya sembari mendengus.
Han Aaren, pemuda beruntung — atau sial — yang menjadi teman sekelompok dari Nathanael Aiden Lee untuk mencari sponsor.
Dari sekian banyaknya orang, kenapa harus dirinya?
Dia cukup tau tentang mencari sponsor — dan itu benar-benar memakan banyak waktu dan tenaga. Aaren tidak suka sesuatu yang mengganggu jadwalnya.
Disebelahnya, Chenle kembali bergumam tentang betapa beruntungnya Aaren.
"Ah iya, Park Jisung itu siapa ya? Sepertinya aku tidak pernah melihatnya?" tanya Chenle.
Aaren mengabaikan pertanyaan tak bermutu Chenle. Dia benar-benar kesal sekali.
Ish, harusnya dia tidak mengikuti jejak Chenle untuk masuk ke dalam organisasi kesiswaan ini.
Andai saja waktu bisa diputar ulang, dia benar-benar tidak mau bergabung — walau dipaksa oleh Chenle sekalipun.
.
.
.
hari pertama sekolah.aku kasih asupan dulu nih:>
sorry lama ga keliatan — ada cukup banyak masalah? dan belum sempet nulis sama sekali.
maapkeun teman-teman:(
double up untuk hari ini, gimana?
13.07.20
Ti☘
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy rich koreans ; skz
FanfictionIni tentang mereka; harta, tahta, dan cinta. start; 24 January 2020 revisi; 20 May 2020