waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, vanila yang baru pulang di antar oleh varo memasuki pekarang rumahnya
baru ia masuk ke dalam, sudah di hadiahi tatapan tajam oleh sang adik
"wah bagus, pulang malam-malam. where have you been huh?"
vanila menatap heran pada adiknya "apasih? udah kaya emak tiri lo" sambil berjalan ke tangga dan menghiraukan adiknya
tatapan tak percaya oleh max, karena kakaknya melewatinya begitu saja padahal ia sedang kesal
"sista bilang dulu, kau habis darimana?"
"maen. pusing gue di rumah liat lo mulu" ucap vanila sambil berjalan ke arah kamarnya dan max mengikutinya sampai masuk ke kamarnya
"terus kenapa kau tidak angkat telponku? kau tau kan aku khawatir"
"baterai gue low"
"ya kan bisa pakai handphone punya galang, aku khawatir tau"
vanila menatap datar pada adiknya "gausa berlebihan deh, waktu lo di new york terus gue disini lo bodo amat tuh"
"hey aku menelponmu terus-terusan tapi kau tidak mengangkat satupun"
"oh iya bener juga"
"yasudahlah, aku ke kamar dulu. capek aku menunggumu" max pun berjalan keluar dari kamar vanila
ia lebih baik keluar daripada berantem dengan kakaknya, lebih baik ia mencari aman
tapi sebelum keluar suara vanila membuatnya berhenti, bukan suara yang membuatnya berhenti tapi kata-kata yang keluar dari mulut vanila membuatnya berhenti.
"max gue capek, gue mau berhenti boleh?"
max langsug menoleh ke vanila yang sedang menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong
"what do you mean?"
vanila menoleh pelan pada max dengan tatapan datar "gue mau berhenti"
"aku gak ngerti"
vanila tertawa kecil "gausa sok bodoh, gue tau lo paham"
mengedipkan mata dengan cepat, ia yakin di depan nya ini masih kakaknya. yang tadi masih meledekinya sekarang ia seperti bukan melihat kakaknya
"gue mau berhenti max, gue capek. lo izinin gue yah?"
max langsung menghampiri vanila dengan cepat ia langsung memegang pundak vanila "maksud nya apa? hah ? kau mau berhenti?"
"iya gue mau berhenti, kalau gue gak berhenti gue makin sakit yang ada gue makin ngerepotin lo semua. makanya gue mau berhenti. setidaknya kalau gue berhenti gak ada yang merasa di sakiti lagi kan?"
"sekarang kau menyakitiku va" ucap max yang matanya sudah memerah ingin menangis mendengar semua perkataan yang dikeluarkan oleh kakaknya
"kau ingin meninggalkan ku hah? jangan kumohon hiks" air mata sudah turun dari mata max ia menatap vanila dengan haru
dan vanila disana masih menatap datar pada adiknya, vanila juga tidak mau meninggalkan adiknya
tapi ia sungguh lelah dengan semua ini, semakin hari ia tidak sanggup dengan semuanya
ia mengelus pipi adiknya yang saat ini sedang berjongkok di depannya, ia mengapus air mata sang adik
"jangan nangis, tar ganteng nya luntur"
"please jangan lakukan itu, aku gak mau kau pergi"
vanila memeluk adiknya yang tangis nya semakin deras, ia memeluk erat agar tangis max mereda tapi max malah semakin menangis di bahu vanila
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilove || jadine story
Dragoste"gadis itu dingin dan cuek sekali, bahkan untuk tersenyum saja dia jarang. tapi aku tau kenapa dia seperti itu, ternyata dibalik kecantikan nya dia menyimpan begitu banyak kesedihan terdalam. dan sekarang aku jatuh cinta pada gadis itu. gadis yang d...