18. Jurang

168 46 14
                                    

"Rebellion itu ibarat katana . Kita adalah samurai yang wajib menjaga pedang tersebut. Jika samurainya berkurang, maka kekokohan pedang itu ikut berkurang."

— Arsya Rigel —

Setelah bertemu seseorang di taman belakang, Alvin langsung pergi ke rooftop sekolah karena sudah ada seseorang yang menunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bertemu seseorang di taman belakang, Alvin langsung pergi ke rooftop sekolah karena sudah ada seseorang yang menunggunya.

Berjalan melewati anak tangga satu persatu, akhirnya Alvin sampai di depan pintu yang menghubungkan dirinya ke rooftop.

Pintunya pun ia buka. Perlahan, Alvin masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya.

Matanya menangkap sosok siswi menggunakan seragam sekolah yang sama dengan dirinya sedang berdiri di sana. Menatap arah luar dan angin menghembuskan rambut hitamnya.

"Nath," panggil Alvin.

Nathania menoleh, berjalan kearah Alvin sambil tersenyum manis.

"Haiii, udah selesai ketemu sama dia?" tanya Nathania sambil menggengam tangan Alvin.

Alvin mengangguk. Dia mengarahkan Nathania untuk duduk di kursi yang telah disiapkan untuk tempat ini.

"Tumben manggil? Ada apa?" Alvin mengelus kepala Nathania dengan pelan.

"Aku ... berniat untuk ngebantu kak Alvin buat selamatin Abinra," jawab gadis bernama Nathania itu.

Alvin terkejut, namun ekspresinya bisa ia amankan kembali. "Kenapa?"

"Sakala, aku gak bisa liat dia kebingungan nyari adiknya. Sementara aku? Aku tau dimana Abinra berada, aku mau selamatin dia pokoknya."

Jawaban Nathania itu sangat membuat Alvin membuka matanya lebar. Gadis ini sangat mencintai Sakala begitu dalam.

"Bahaya, Nath," peringat Alvin.

Nathania menggenggam kembali tangan Alvin dan membiarkannya mengambang di udara.

"Aku tau kosekuensi yang bakal aku dapet. Tujuanku cuma satu, yaitu bawa kembali Abinra dengan selamat." Nathania meyakinkan. "Walaupun harus dibayar sama nyawaku."

***

Gadis itu memaku di tempatnya berdiri, melihat sekitar dan tersenyum canggung. Membungkukkan badannya sambil menggaruk tengkuknya sendiri.

"Ah maaf, salah ruangan."

Abinra tercengang dibuatnya, jadi dia bukan si Nona Besar?

"Lebih cepat dari dugaan," gumaman Alvin yang terdengar oleh Abinra.

Semua yang ada di ruangan itu menyiapkan senjata mereka masing-masing.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang