keluar dari ruang kepala sekolah, dengan kedua tangan di borgol. Serkan cowok itu mengangkat kepalanya dengan tegak.
luka-luka diwajahnya dia abaikan. Maniknya melirik ke arah Khanza dan teman sekelasnya, yang memutuskan untuk membela Serkan. Agar tidak dihukum. Dan setelah melihat Serkan keluar dengan kedua tangan cowok itu diborgol, mereka mendadak syok.
"Serkan!" pekik Khanza lalu berlari ke arah Serkan.
Kemudian memegang kedua tangan Serkan yang diborgol, sepasang matanya mulai berair menatap Serkan dengan kondisi memperhatinkan seperti ini.
Menggeleng, Serkan berkata.
"Kali ini lo gak perlu ikut campur lagi, lo gak berhak."
Khanza menggeleng tidak sependapat dengan ucapan Serkan.
"AKU TEMAN KAMU. Jadi aku berhak ikut campur! kamu gak usah takut. Karena aku dan teman-teman akan membuktikan kamu tidak bersalah!"
Serkan menatap kedua polisi disamping kanan dan kirinya. Tak lama setelah itu dia manarik napasnya dalam-dalam, cowok itu kembali bersuara.
"Pak segera bawa saya!" mendengar Serkan seperti memerintahnya, kedua polisi itu segera ingin memasukan Serkan ke dalam penjara.
"Tidak. Jangan bawa Serkan, anda akan menyesal karena dia tidak bersalah! Serkan tidak melakukannya dengan sengaja!" ucap Khanza sambil membunti Serkan.
"Benar pak, dia orang yang baik. Walau dari luarnya terlihat kasar dan tidak berprikemanusian, tapi kami berani bersumpah kalau dia orang yang baik." ucap Farel mewakili teman-temannya. Mereka juga mengekori Serkan.
"Jelaskan semuanya nanti dikantor polisi." kalimat itu membuat teman sekelasnya terdiam.
"Kalian, jaga diri baik-baik." ujar Serkan. Seperti pesan terakhir saja.
semuanya sontak menangis, saat kedua polisi disamping kanan dan kiri Serkan, membawa temannya itu pergi.
"Gak. Jangan pergi! Pak polisi jangan bawa Serkan!"
kepergian Serkan diringi tangisan dari teman-temannya.
Beni menggaruk pinggiran telinganya. Lalu berkata.
"Membosankan." kata Beni yang dimana perkataannya itu langsung menimbulkan amukan dari murid kelas 12 Ips B.
"Dasar monster!" maki Farel sambil menatap Beni yang berada tidak jauh dari posisi mereka sekarang.
"lo adik kelas. Jaga tata krama sama kakak kelas, lo tau gue siapa. Jangan buat gue emosi dan ngeluarin lo dari sekolah ini."
seketika Farel bergeming. Dia takut dengan ucapan Beni, Khanza yang melihat itu segera berjalan ke arah Beni.
"Kamu akan menyesal." kata Khanza lalu menatap Beni dalam.
"Hahaaha..." tawa Beni pecah, tangan kanannya bergerak reflek menepuk-nepuk kepala gadis di depannya.
"Kamu, hem..."
Khanza mengepalkan kedua tangannya. Saat jari Beni sekarang dengan lancang mengelus pipinya.
"Selagi aku masih bersikap lembut, jangan berani mengacamku dengan acaman murahan seperti itu." kata Beni lalu menekan kedua pipi Khanza dengan tangannya.
"Jangan berani!" sambung Beni lantas mendorong dagu gadis disampingnya pelan.
Siska menghela napas berat, dengan santai dia menahan tubuh Beni yang tadinya hendak pergi.
Tak lama setelah Siska menahan tubuh Beni, tangan kanannya bergerak ringan menampar pipi cowok didepannya.
"Mau mati?!" teriak Beni kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERKAN[TAMAT✓]
Teen FictionCukup diam dan mengerti segalanya, hanya waktu yang dapat mengungkap siapa dirimu sebenarnya. No plagiat! Cerita murni ide authornya. Ceritanya Colab bersama dengan @SalmaBugis dan @Siqi_Naya Folow akun ini sebelum membaca. Okey!