- Part 21

6 3 0
                                    

Tangan kanan Avellino mendekatkan handphone ke telinga, sedangkan tangan satunya membuka pintu kamar. Di luar sudah terdapat Luccas yang memakai pakaian serba hitam.

"Kau sedang berduka?" Tanya Avellino sembari menjauhkan handphone dari telinga.

Luccas menggeleng, "akhir-akhir ini pakaian serba hitam menjadi trending topic." Avellino memandang Luccas aneh, kemudian kembali berjalan menuju ruang keluarga.

"Oh ya, tadi kau bilang apa Yuan?" Tanya Avellino kembali mendekatkan handphone ke telinga. Langkah Avellino di iringi oleh Luccas dari samping.

"Aku mau lihat foto pemandangan Paris dari Rean!"

"Ohh, sayangnya aku tidak punya....," Jelas Avellino.

"Kenapa!?"

Avellino menarik napas, "Selama tiga tahun saja Rean tidak pernah menghubungiku. Padahal aku sudah bilang jika sampai sana segera hubungi aku, tapi bisa-bisanya dia kehilangan handphone, dan tidak menghapal nomorku." Luccas menoleh sejenak. Ia terdiam.

"Memangnya sejak kelas berapa Rean pergi ke Paris?"

"Sejak kelas 2 SMP. Dan saat itu hubunganku dan dia masih tiga bulan," Ucap Avellino sembari berbelok ke kanan.

"Waahh kalian hebat!!!"

"Tapi apa kau tidak memiliki firasat dia selingkuh?" Langkah Avellino terhenti. Ia menegang. Tapi tak lama senyumnya terukir.

"Aku akan membunuh dia kalau sampai dia mempunyai perempuan lain. Apalagi kalau perempuan itu lebih bodoh dari aku," Jelas Avellino panjang. Luccas yang mendengar itu tersenyum sinis.

"Hei, Aku tutup dulu ya. Hinata akan segera pergi ke les piano."

Avellino mengangguk, "ya." Kemudian panggilan terputus.

"You're liar," Gumam Luccas tiba-tiba. Mata Avellino berubah tajam ketika mendengar perkataan Luccas.

"If you don't know anything, then shut up," Ucap Avellino. Luccas memiringkan kepalanya.

"I know everything, everything about you, everything about your relationship," Sahut Luccas cepat. Avellino melambaikan tangan ke arah belakang sembari memasuki ruang keluarga.

Avellino duduk di sofa besar berwarna cokelat di samping ayahnya, Axton. Miracle yang berada di kiri Axton menggeser beberapa muffin ke arah Avellino. Dan Miracle juga menuangkan secangkir teh.

"Terimakasih, mami," Ucap Avellino. Tangannya mulai mengambil muffin dan memakannya.

"Pak, apa tanggapan anda terhadap isu yang beredar mengenai artis YUM yang mendapat skandal, dan yang lain mengalami pembullyan di grupnya sendiri?" Tanya seorang reporter wanita dalam TV.

"Erickson dan Leanord adalah teman yang akrab sejak mereka debut sebagai band dreamers pada tahun 2012. Jadi sungguh aneh jika tiba-tiba Erick dituduh melakukan bullying terhadap Leanord. Tentang skandal video Erick saat sekolah itu tidak ada hubungannya dengan group musik kami," Jawab seorang laki-laki di tengah blitz kamera. Sepertinya dia baru saja keluar dari bangunan besar di belakangnya.

"Tapi pak, dia melecehkan seorang perempuan di sebuah kafe. Apakah itu masih membuat perhatian bapak teralihkan?" Tanya reporter itu lagi

"Masa lalu adalah masa lalu. Kami hanya mengembangkan seorang jenius dalam agensi musik. Tapi kalau memang dalam video itu adalah Erick kami akan menyelidikinya," Ucap laki-laki itu.

"Baik Pak, terimakasih atas waktu wawancaranya." Kemudian semua laki-laki itu membelah kerumunan reporter di depannya bersama para bodyguardnya.

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang