"Maksud kamu apa, La?" tanya Dhani. Ekspresi cowok itu sudah tidak terbaca lagi.
Aila menghela nafasnya. "Aku kayak lagi ngerasa masuk kedalam lagu All Too Well nya Taylor Swift, Dhan. Kamu tau kenapa? Aku ngerasa kamu dateng cuma buat ngancurin aku kayak janji-janji kosong kamu."
"Nggak gitu La–" Aila memotong ucapan Dhani, "Kamu sadar nggak sih kamu udah ngebuat sebuah bintang meledak karna terlalu jauh dari bulan dan terlalu lama mendambakan si bulan?"
Aila tertawa sinis. "Oh tentu kamu nggak akan sadar. Aku cuma mau mastiin kamu dateng malem ini buat nyelesain semuanya. Aku selesai, Dhan. Aku berenti. Makasih buat lo, Das, yang udah yakinin gue."
Dastian ingin menimpali omongan Aila tapi sadar kalau ini bukan masalahnya. Akhirnya cowok itu bungkam seribu bahasa.
"Aku udah bela-belain dateng ke Jakarta demi kamu, La."
"Demi aku? Bukan cuma karna ego kamu aja? Udahlah, Dhan. Penantianku cukup sampe disini, kok. Makasih, makasih banget udah ngegantung perasaanku selama ini." Dan dengan begitu Aila berlari menjauh. Menjauh dari Dhani dan Dastian.
Tapi Dastian dengan sigap mengejar Aila. Tapi sebelumnya, ia menyempatkan diri untuk melayangkan tinju ke wajah Dhani. "You deserve that you dickhead."
Dastian berlari keluar stasiun hingga menemukan Aila sedang berdiri di depan gerbang stasiun memandangi langit. "Tadi kayaknya ujan lama banget ya, Das. Kok sekarang langitnya cerah? Nggak cocok banget deh sama suasana hati gue, haha."
"La ... jadi gimana?" Aila menatap Dastian yang langsung menunduk menatap tanah. "Oh, iya. Inget gue. Sori Das, gue nggak bisa. Gue nggak mau kesannya gue jadiin lo pelarian. Lo ngerti kan? Gue nggak bisa, walaupun seberapa kerasnya lo ngeyakinin gue."
Oh, sepertinya kali ini hati Dastian yang patah hingga berkeping-keping tidak terhitung.
"Tapi–"
"Gue nggak bisa, Das. Mungkin suatu saat nanti kita bakal ketemu di situasi berbeda? Dan gue janji akan mikirin semuanya baik-baik pas kita ketemu lagi. Nanti." Aila memegang kedua pundak Dastian hingga cowok itu menatapnya.
"Gue ngerti, La. Gue juga akan berhenti sama penantian gak jelas ini." Dastian tersenyum sehingga membuat Aila ikut tersenyum. Cewek itu mencium pipi kanan Dastian lumayan lama.
Tiga ...
Dua ...
Satu ...
"Happy new year, Dastian. Semoga kita ketemu lagi, nanti." Dastian menatap punggung Aila yang semakin lama semakin menjauh. Jauh, jauh dan jauh hingga tidak dapat ia lihat lagi.
Memang, Aila awalnya berniat untuk memilih Dastian. Tapi ia sadar kalau ini tidak adil untuk Dastian. Cowok itu pantas mendapatkan cewek yang lebih baik darinya. Cewek yang gak ancur, begitu kata hati Aila.
Dan ya, beginilah akhirnya. Semua penantian-penantian yang tidak jelas juntrungannya telah berakhir. Mereka berdua berhenti. Sehingga tidak seperti main kucing-kucingan lagi. Atau seperti marmut yangng lari di roda. Ia fikir ia sudah berlari jauh, tapi nyatanya, ia hanya lari di tempat. Tidak kemana-mana.
Aila memilih untuk menjauhi Dastian agar mereka berdua bisa saling menata hati kembali sampai pada suatu saat nanti, mereka dipertemukan kembali oleh sang takdir.
Aila berbalik untuk yang terakhir kalinya menatap stasiun tersebut. "Sampai ketemu lagi, Dastian."
-----------------------------------------------------------------------
Haaaiiiiiii!!!!
HAPPY NEW YEAR'S EVE SEMUANYAAA!!! Wah gila, rekor banget nih gue nyelesain cerita ini cuma dalam waktu dua hari, haha. Resolusi tahun baru kalian apa nih?
Gue sih gak muluk-muluk, cuma mau jadi lebih baik dan ... pengen nerbitin buku kayak si dapia:''') she is a hella talent writer for sure, kalo lo pada baca ask.me nah itu dia buku nya dapia yang siap terbit yeay!
Dan untuk love resolution gue ... apaya, semoga gak serumit tahun 2014 aja sih. Sumpah, kalo gue bilang rumit ... ya rumit banget! Gitu deh pokoknya. Makasih buat yang udah baca sampe sini!!! Much love from me.
Vira xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Resolution
Short StoryCuma cerita pendek tentang Aila yang terus menunggu dan Dastian yang memaksa agar cewek itu berhenti. {in which i write this to celebrate New Year}