💐
'Un rire qui se perd sur sa bouche'
[A laugh that is lost on his lips]
🥀
Doyoung memandang satu buket mawar di tangannya. Bibir tipisnya sedikit menyungging, membentuk senyuman yang tampak terlihat tidak begitu tulus. Langkahnya menjulang tampak lurus tegak dengan santai menuju altar, dua sejoli sedang berbagi kasih di hadapannya. Pemandangan yang seharusnya tampak indah bagi orang orang, tapi tidak untuk Doyoung.
"Selamat!" Buket mawar itu sudah beralih tangan kepada sang pemilik baru, yang kini sudah menebar senyum kebahagiaan pada pemilik lama bunga tersebut. "Thanks, Doy" Doyoung membalas dengan senyuman tipis, hingga dirinya berlalu pergi dengan acuh. Tampaknya dia memang tidak ingin berlama lama tinggal di tempat ramai ini, ah atau mungkin dia punya alasan lain? Ya, tidak nyaman rasanya berada di keramaian dengan suasana kebahagiaan disaat dirinya bahkan tidak merasakan itu? Oh ayolah, munafik jika Doyoung harus mengatakan dirinya turut berbahagia atas kehidupan baru temannya itu, lalu bagaimana dengan kehidupan Doyoung? Haruskah ia turut berduka? Sakit memang, disaat belum sempat ia miliki tapi sudah ada yang mengisi, ah Kim Doyoung yang malang.
"Aku turut berbahagia, Lee"
Hanya suara hati yang bersua. Tapi mungkin itu hanya dusta.
💐
Jaehyun terduduk, menikmati aroma teh hangat di tangannya. Senyuman terbentuk jelas di wajahnya, kedua lesung pipi yang terbentuk dengan jelas memperlihatkan betapa dia sangat menikmati pagi harinya. Secangkir teh dengan bunga chamomile. Sudah menjadi kebiasaan di pagi harinya.
Bunga akasia kuning yang sudah sejak lama mengering tampak masih terlihat diatas mejanya. Oui, Jaehyun belum ingin membuang bunga itu. Kecuali, hari ini dia ingin menambahkan sesuatu pada bunga itu.
Sebuah mawar merah muda.
Jaehyun meletakkan setangkai mawar merah muda diantara bunga akasia yang sudah mengering itu. Lalu dirinya tersenyum.
Apakah ada makna tertentu dibalik bunga mawar merah muda itu, Jaehyun?
Entahlah.
🥀
Segini duluu, tes ombak~ 🙈