"Ibuku mencarimu katanya." sebuah pesan yang cukup mengundang tanya. Memang benar cukup lama kau tak datang berkunjung kesana. Tapi yang membuatku bingung adalah kenapa tentangku masih saja ditanya. Ku kira aku adalah keberadaan yang tidak penting. Adaku juga tak bisa memecah hening. Begitu yang kukira dari awal. Ternyata prediksiku gagal. Nyantanya tak pernah ku duga bahwa aku juga dikenal. Apa mungkin dikarenakan perilaku ku yang agak bebal. Mengada-ada saja aku ini. Jangan sampai intuisi yang tak tepat terulang kembali.
Dari perkataanmu yang barusan. Aku menanyakan apa yang sebenarnya kau maksudkan. Kau bilang bahwa kau hanya berniat untuk menyampaikan. Hal itu bagiku sama sekali tak menjawab pertanyaan. Berulang kali kutanya kenapa. Kau berusaha memilih untuk tak menjawabnya. Kau justru memintaku untuk datang langsung dan mempertanyakan secara langsung saja. Begitu kau menjelaskan padaku dengan canda.
Kalau memang itu maunya tentu saja tak akan bisa kutolak. Sangat tidak tepat jika aku mengelak. Ini bukan hanya tentang aku dan kamu saja persamaannya. Ada orang yang harus ku turuti karena kuhormati keberadaanya. Coba saja jika kau tak bilang. Kan aku tak harus repot-repot harus datang. Awas saja jika ini hanya untuk alasanmu saja aku diundang. Pasti nanti kau akan kutendang.
Beberapa hari berikutnya pun aku bertamu kesana, setelah sekian lama.
Kali ini aku merasa kembali agak canggung. Karena memang ada sedikit rasa tak enak hati yang berusaha kubendung. Namun ketika aku sampai disana banyak hal yang membuatku tersanjung. Seluruh ragu lenyap seketika dan waktu kembali tersambung.
Seketika ku masuk semua langsung terasa sejuk. Tidak hanya raga raga saja namun justru terlebih pada hati yang terketuk. Aku datang kembali. Setelah selam itu menghabiskan waktu menanti yang tak pasti. Namun kali inilah yang terjadi. Aku disini. Di ruang yang sama ketika kita menghabiskan canda, tawa, dan cerita pada waktu yang sudah sangat lama sekali. Tempatku yang kala itu aku padamu jatuh hati.
Semua masa lalu itu hanya cerita, namun di masa ini kita masih diizinkan bersama.
Ini bukan sebuah kebetulan. Namun saat ini adalah dengan tanggal itu bertepatan. Hari dimana kau pasti dengan dalam-dalamnya dirundung keresahan. Tentu juga dihantui oleh tingginya penasaran. Hari ini adalah saat dimana pilihanmu untuk memilih jalan kedepan diumumkan. Di sini aku hanya berperan sebagai pendamping. Aku tak ikut denganmu merasakan pusing. Sebenarnya meski disini hatimu yang paling berdegup, aku juga ikut denganmu merasakan gugup. Apalagi melihat semangatmu sampai sekaran yang tak kunjung redup.
Aku jauh lebih beruntung darimu.
Meskipun aku tak serajin dan sepintar dirimu dalam berbagai materi. Aku memiliki hal yang tak semua orang miliki. Aku memang cukup berbeda dari yang lainya. Namun justru itu yang pada akhirnya membuatku terpilih tanpa melalui repotnya persaingan yang ada. Tak seperti yang lain yang harus menunggu kata diterima atau ditolak yang sebentar lagi akan disana tertera. Aku sudah beberapa minggu lalu di tempat yang aku ingin tuju diterima. Ya, sebuah beasiswa untuk orang yang mungkin kelihatannya aku tak pantas untuk mendapatkanya. Namun itulah kenyataannya. Aku tak memaksakan untuk memilihnya tapi berhasil mendapatkanya.
Kembali pada aku yang menyemangatimu agar menerima semua hasil. Entah jika itu gagal ataupun berhasil. Jujur aku tak ingin melihatmu gagal. Itu akan cukup membuatku merasa sebal. Gadis pintar sepertimu yang dalam pandanganku tak pernah terlihat kesulitan ataupun tersenggal. Tak seharusnya oleh orang-orang yang bahkan aku tak tahu siapa harus tertolak serta terpental.
Saat yang ditunggu akhirnya datang. Kau sudah menyiapkan hatimu secara matang. Aku percaya bahwa kau akan siap dengan hasil apapun yang nantinya padamu akan datang. Meski aku tahu dalam benakmu pasti sudah sangat penat, namun kau berusaha untuk terlihat tenang. Tak terlalu banyak drama, hasilnya pun dapat terbaca dengan terang.
Inilah hasilnya.
Dengan semua perasaan yang ada kau harus menerimanya. Kau membisu untuk sementara. Sampai padaku kau menunjukkannya. Aku akhirnya juga ikut mengetahuinya. Memang bukan hal yang bisa kuduga sebelumnya. Akupun tak begitu percaya. Padahal sebenarnya menurutku kau sudah sangat pantas untuk mendapatkanya. Namun hasil berkata sebaliknya. Kau ternyata tak diizinkan untuk kesana. Ku kira kau akan merasa sangat kecewa. Ternyata kau ikhlas dan sabar menerima.
Ini bukanlah akhir. Dari sebuah kegagalan berbagai keberhasilan di waktu berikutnya akan segera terlahir.
Katamu semua sudah tidak apa-apa. Bukan sebuah masalah yang besar juga. Kau bilang masih memiliki banyak pilihan. Dan untuk yang berikutnya kau berkata bahwa akan membuktikan dalam sebuah keberhasilan. Kata-katamu yang barusan cukup menyenangkan dan menenangkan. Baiklah, untuk berikutnya kemana kau memilih jalan juga akan kusaksikan. Dan pada hari waktu yang tersisa dengan berbagai kisah kita habiskan.
Gundahmu yang sebelumnya bisa hilang secepat itu. Itu bagus untukmu dan untukku. Bukan hal yang menarik jika aku berada di sebelah orang menghabiskan waktu dengan diam membisu. Kalimat-kalimat memulai kembali seperti biasa beradu, serta canda tawa yang semakin terpacu. Kita mengisinya dengan sedikit bernostalgia tentang apa yang sudah sama-sama kita lewati. Tentu saja kita juga mengisinya dengan berbagai kemungkinan apa saja yang di depan sana akan menanti. Kau bercerita berbagai pengalaman yang kau alami. Dan yang kau ceritakan adalah pada masa ketika apa yang kau lakukan tak kuketahui. Tak mungkinkan kau bercerita terlalu jauh sampai pada ke masa aku kau sakiti. Sudah pasti kau hindari.
Kau juga menunjukanku foto-foto kita semua ketika ramai bersama-sama waktu itu. Cukup lucu melihat wajahku yang tercetak dalam buku. Disana juga tentunya ada kamu. Dalam foto kau masih saja terlihat begitu sederhana. Tak jauh berbeda dengan apa yang ku saksikan dalam nyata. Menjadi biasa saja ketika yang lain berusaha terlihat lebih bagiku adalah sesuatu yang istimewa. Kau adalah sebuah contoh nyata.
Tak hanya denganmu. Aku juga sempat mengobrol dengan nya. Dengan ibumu yang ketika itu baru pulang kerja. Memang tak lama. Tapi sudah cukup untuk mengobati rinduku padanya. Sangat ramah. Tak sepertimu yang meskipun baik hati namun kadang masih dapat membuatku jengah. Seperti sebuah skenario yang indah. Sayangnya tak bisa kunikmati dalam waktu yang lama. Karena aku harus pulang dengan segera. Ada kewajiban yang lain yang sedang menungguku disana.
Terimakasih hari ini sudah berbagi dan mencipta banyak cerita. Semoga kita menjadi teman untuk selamanya.
~ % ~
Bahagia
Tak selamanya harus dalam jatuh cinta
Tak selamanya harus dalam ikatan setia
Tak selamanya harus menjalani apapun bersama
Bahagia bisa hadir kapan dan dimana saja
Termasuk dalam pertemanan yang sederhana
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...