[ON GOING]✨
Menceritakan tentang seorang gadis berparas cantik yang banyak dikagumi oleh pria, namun dirinya seolah tak tertarik akan kenyataan itu.
Karena gadis itu hanya terpaut pada satu pria masa lalunya.
Gadis itu tinggalkan janji untuk pria...
Shabira kecil tinggal dengan grandma Dan grandpa nya di UK ini. Dirinya hampir setiap harinya menjadi bahan kemarahan aunty nya yang tak suka terhadap kehadirannya di rumah nenek dan kakeknya itu. Bukan hanya kata kata kasar yang didapatnya, bahkan permainan tangan seperti ditampar, didorong, dan dipukul pernah dirasakannya. Namun bukan Shabira namanya bila ia menangis akan kelakuan auntynya itu. Shabira hanya diam dan bahkan wajah nya sangat datar saat auntynya berlaku kasar terhadapnya, karena Shabira yakin bahwa dirinya tak punya salah pada auntynya itu, auntynya hanya butuh pelampiasan kekesalannya dan Shabira kecil yang menjadi sasarannya.
Bahkan keluarga yang lain seperti grandma Dan grandpa nya tidak tahu akan kelakuan menantunya terhadap cucunya itu, karena Shabira hanya diam dan tak memberitahu seorangpun akan hal itu. Dirinya seolah tak peduli dan tak menggubris setiap kelakuan kasar auntynya. Pernah saat itu ayahnya datang berkunjung kerumah dimana Shabira berada, saat itu Shabira sedang dimarahi oleh auntynya karena merasa Shabira telah mengambil kalung Olivia anak dari auntynya. Sejujurnya kalung itu merupakan kalung Shabira yang diberikan oleh grandma nya saat Shabira berulangtahun yang ke-6, kemarin.
Ayahnya sempat menanyakan kepada Shabira, "apakah Bira tidak mau ikut ayah dan bunda ke USA?", Shabira menolaknya karena pasti ayahnya itu tidak akan terlalu lama disana, mengingat perusahaan pusat ayahnya itu berada di UK. Shabira tidak mau jika sekolahnya di USA hanya sebentar dan akan pindah lagi kesini.
--- Shabira kecil sedang bermain seorang diri di sebuah taman di depan rumahnya. Di taman itu banyak anak anak seusianya, namun Shabira kecil hanya bermain seorang diri. Shabira kecil menggambar dirinya di pasir taman itu.
"Hei! Kenapa tidak bergabung bersama yang lain? Mengapa kamu sendirian?" Seru sebuah suara laki laki yang mengganggu Shabira kecil yang sedang menggambar.
"Membosankan! Lebih baik sendiri daripada bersama bocah ingusan itu" ujar Shabira tanpa menengok kearah laki laki yang diajaknya berbicara tersebut.
"Ehh, kalau mereka bocah ingusan lalu kau apa bocah kecil" kekeh laki laki itu sambil melipat tangannya.
"Tentu saja aku bukan seperti mereka!" Ujar Shabira dengan suaranya yang mulai meninggi.
"Menjauhlah! Kenapa kau malah mengganggu ku yang sedang gambar, apa tidak ada kerjain lain. Dasar tak punya teman!" Marah Shabira kepada laki laki itu sambil dia berbalik kearah laki laki itu. Terdiam, Shabira seolah kehabisan kata kata saat melihat paras laki laki yang mengajak bicara dirinya. Rupanya sangat tampan, memiliki mata biru keabu-abuan dan senyumnya sangat manis. Usianya sekitar 3 tahun diatas Shabira.
"Kalau aku pergi bagaimana dengan kau adik kecil, bukankah kau sendirian?" Ujar laki laki itu kepada shabira sambil bibirnya membentuk senyuman tipis.
"Ken, namamu?" Laki laki itu menyebutkan namanya dan menjulurkan tangannya karena pertanyaan yang dilontarkan sebelumnya itu tak digubris sedikitpun oleh Shabira.
"Eh, Shabira" Shabira menjabat tangan laki laki itu dengan senyuman manisnya juga yang dapat membuat laki laki itu terpesona olehnya.
----- Setelah pertemuan itu, Shabira dan Ken manjadi berteman hampir setiap harinya mereka bermain bersama di taman tempat pertemuan pertama mereka berlangsung. Ken semakin mengerti bagaimana Shabira itu, dibalik wajahnya yang jutek Shabira merupakan anak yang sangat ceria dan pintar, dirinya selalu dibuat terpesona semakin harinya saat melihat tingkah laku Shabira. Gadis itu sangat kuat dan hampir tak pernah menangis, walau banyak yang mengejek nya dan bahkan saat dirinya bercerita tentang kehidupannya saat bersama nenek, kakek, dan auntynya itu.
