(XXII) KENYATAAN

463 42 3
                                    



"Jadi..kau ini siapa?"

Setelah Seokjin memergoki dua orang yang sedang berbual di depan pintu kamar Taehyung, Seokjin membawa tuan kamar masuk. Sedangkan sang tetamu di temuduga oleh Namjoon dan Jimin di luar.

"Ah..sebenarnya nama ku Kim Minjae.."

Orang itu, Minjae, menjawab sambil tangannya menggaruk tengkuk. Rasanya canggung sekali ketika kau di renung tajam oleh dua orang yang satunya tingga dan satu nya pendek tetapi aura nya sungguh tak bersahabat.

"Apa urusan mu dengan Taehyung?" Soal Jimin sambil menaikkan alisnya membuatkan raut wajahnya terlebih mengintimidasi.

"Sebenarnya tadi ku lihat ia..ah namanya Taehyung ya?" Soalnya sebelum melanjutkan perkataan nya setelah mendapatkan anggukan daripada Namjoon.

"Lanjutkan"

"Hari ini penumpang di bus sungguh ramai, dan aku lihat ada orang berdiri di belakang Taehyung. Mula mula ku fikir keadaan lelaki itu sedang buruk tetapi ketika mata ku menangkap tangan lelaki itu yang menurun ingin menyentuh..TAEHYUNG ekhem..jadi aku..yah membantu nya." Ujarnya panjang lebar membuatkan dua orang lainnya hampir mengeluarkan biji mata mereka.

"APA?!"

"Hey hey ada apa ini. Kalian berisik bangat sih.." Kata seseorang yang baru saja keluar dari kamar Taehyung. Iaitu Seokjin.

"Dimana Taehyung?" Soal Namjoon tenang, namun tidak dengan Jimin. Wajahnya sudah merah padam. Membuatkan Minjae ketakutan dan ingin pamit.

"Ah..maaf. Aku harus pergi dahulu. Permisi ya.." Kata Minjar lalu berlalu ke lif setelah menyalam ketiga orang itu.

"Hati hati..terima kasih telah membantu Taehyung!" Teriak Namjoon sambil melambaikan tangannya ke arah Minjae yang sudah lebih dulu masuk ke dalam lif.

Seokjin hanya memandang pemergian orang itu. Lalu mengedarkan pandangan ke arah Namjoon. Ah dia lupa untuk menjawab pertanyaan Seokjin tadi.

"Ah..Taehyung udah terlelap..Eh ada apa denganmu Jim?" Soal Seokjin ketika mendapati wajah Jimin yang merah padam. Aura disekitarnya juga suram, membuatkan dua orang lainnya bergidik ngeri.

"Ah..dia baik baik sahaja Jinnie..sebaiknya kita pulang. Nanti aku akan ceritakan padamu ya.." Kata Namjoon lalu mendorong bahu Seokjin duluan ke lif. Setelah menepuk bahu Jimin dua kali, barulah dia mengikuti sang Tungangan untuk pulang kerumah.

Tinggallah Park Jimin dan fikiran kusutnya.

........

14:30 p.m.

Mereka berdua, Jeongguk dan juga Somi sedang duduk di taman berdua. Sebenarnya Somi yang mengajak abangnya untu keluar berjalan jalan menenangkan fikiran dengan melihat tumbuh tumbuhan yang berwarna hijau di sekitar taman.

"Bang?"

"Hm"

"Mau kontaknya kak Tae..." ujar Somi separuh merengek. Kedua tangannya juga sibuk menggoncang lengan abangnya yang masih duduk tenang menghirup udara segar.

Jeongguk langsung mengedarkan pandangannya ke arah Somi. Oh lihatlah, alisnya hampir saja menyatu. Dahinya juga bisa berkedut jika berterusan membuat raut wajah begitu.

Somi yang melihat pun serta merta merubah wajahnya dan merengek seperti anak kucing.

"Apa apaan muka lo? Mau ngapain sama Kak Tae?" Soal Jeongguk sambil menyerahkan ponselnya kepada Somi. Type type abang yang ingin dimiliki oleh seluruh anak.

"Eh adalah! Hal hal gadis!"

Jeongguk langsung memasang tampang malas nya ke Somi. "Taehyung bukan anak gadis bego"

Somi pun menggaruk kepalanya dan menyengir . Meletakkan nama Kak Taehyung di kontaknya, Somi menyerahkan kembali ponsel itu ke tuannya. Dan mula membuka perbicaraan yang sedikit serius.

"Bang, Lo sadar gak? Ayah jarang pulang?" Soal Somi, wajahnya yang main main sudah ketukar sama wajah kalem. Ponselnya juga udah di simpan dalam tas yang di bawa.

Ayah mereka, Jeon Sunghun. Berkerja sebagai seorang pelakon. Tapi itu hanya dahulu, sekarang Jeon Sunghun hanya akan menjadi CEO di entertainment yang sama. Yang akan membangunkan lagi syarikat yang sudah berjalan selama 20 tahun itu.

Disebabkan itu, Ayah mereka jarang pulang kerumah, Pergi ke kerja pagi pagi sekali, sebelum subuh udah berangkat dan pulang tengah malam. Jeongguk dan Somi jarang sekali berjumpa dengan ayah mereka semenjak ini. Padahal satu rumah, di bawah bumbung yang sama, tapi layaknya seperti pengunjung hotel.

Jeongguk terdiam. Bukan apa, ia malas untuk memikirkan orang yang sama sekali tidak mengambil berat tentang keluarga sendiri. Lihatlah, Somi yang masih berumur 19 tahun tentu masih memerlukan kasih sayang dari sang Ayah, apalagi Somi baru 2 minggu pulang dari Australia.

Ibunya apalagi..sangat jarang untuk menemukan senyuman sang ibu. Mungkin, Jeongguk harus mengambil tindakan. Tetapi namanya juga manusia, jadi Jeongguk kerap lupa. Mengingat tentang cuti semesta yang hampir dekat, pasti para Guru akan memberikan banyak kerja .

Sepertinya sudah 3 tahun mereka tidak pergi bercuti bersama sama. Meluangkan masa hanya untuk keluarga , tiada gangguan kerjaan dan apapun lah itu. Jeongguk tahu kok, ibunya tertekan dengan keadaan seperti ini.

"Gue sadar Som, tapi Gue mahu menyelesaikan masalah ini dengan tenang."

Somi menolehkan kepalanya ke arah Jeongguk. Abangnya memasang wajah datar itu kembali. Bermakna Jeongguk memang sedang serius. Tidak ada lagi yang manis manis di antara mereka. Semuanya pahit belaka.

"Lo hanya perlu bersabar. Gue yakin kita akan dapat Ayah kita semula." Ujar Jeongguk lalu memerhatikan wajah sang adik yang sudah mengeruh. Hatinya menghangat seketika melihat wajah itu.

Lantas tangannya menarik tubuh Somi dan mendekap tubuh sang adik erat. Somi tersentak, sudah lama rasanya tidak merasakan pelukan sang abang, tangannya naik perlahan, membalas pelukan sang abang. Bersyukur didalam hati , kerana Tuhan mewujudkan sosok seseorang yang hangat di sisinya.

"Bang, udah! Orang liat kita! Gak malu apa!" Teriak Somi berniat bercanda. Jeongguk yang mendengar itu pun tersenyum tulus. Gigi kelincinya menyembul keluar.

"Halah, dulu siapa juga yang menangis mau gue gendong"

Tuh kan. Type type abang yang ramai orang mau.
Saya juga iri T T.

..........

To be continue...

Love You ♡[ KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang