16:09 p.m.
Taehyung baru saja terjaga dari tidur lelapnya dan mendapati Jimin juga tidur di sampingnya. Oh , Taehyung baru sadar akan tangan Jimin yang melingkari pinggangnya. Niatnya, Taehyung ingin tidur kembali. Tetapi otaknya tiba tiba teringat akan pria yang menyelamatkannya tadi.
Taehyung langsung terduduk dengan sedikit terburu buru, membuatkan Jimin terkejut kerana pergerakan Taehyung yang tiba tiba itu.
"Tae?.kenapa?" Soalnya sambil mendudukkan diri. Dengan sebelah tangan yang mengucek mata, Jimin melarikan tangan kirinya menyentuh pundak Taehyung yang membungkam diri.
"Tae?"
Taehyung langsung menolehkan kepalanya ke arah Jimin yang sudah tersadar sepenuhnya. Taehyung menggeleng dengan wajah bingung. Tangannya bergerak menyibak selimut yang membungkus tubuh mereka berdua dan berniat ingin beranjak dari kasur.
Tetapi lengannya tertahan oleh Jimin yang sedang menatap wajahnya bingung.
"Chim? Tadi kenapa kamu tak jemput aku?" Taehyung bertanya sambil berjalan ke arah kulkasnya dan mengambil satu kotak susu strawberry.
Jimin yang mendengar itu langsung membawa tangannya ke belakang kepala, mengusap canggung.
"Aku..aku terlupa. Maaf Taetae.." ucap Jimin sambil menatap Taehyung yang berdiri menghadap jendela, cahaya matahari tampaknya menyinari seven eleven yang sedang ramai pengunjung.
Seketika Taehyung dapat satu idea. Dan Taehyung mengeluarkan senyum kecilnya tanpa sedar.
"Tae..kamu mau kan maaf kan chim.." kata Jimin lemah setelah mendapat keterdiaman Taehyung yang masih membelakanginya.
Tiba tiba Taehyung berbalik dengan wajahnya yang tersenyum mengerikan, read; menggemaskan. Menghadap Jimin dengan kedua tangan yang bertaut di depan dada.
"Tapi Tae punya satu syarat." Ujarnya dengan sedikit menaikkan dagu nya yang licin itu ke arah Jimin yang sudah memasang wajah bingung.
"Syarat?"
Taehyung menganggukkan kepalanya terlalu semangat hingga surai hitam lembutnya ikutan bergerak.
"Chim harus ijinin Tae untuk mencari kerja petang ini juga!" Kata Taehyung dengan senyum nya yang manis itu. Sangat terbalik dengan wajah Jimin yang mengerut.
"Heh! Gak bisa!"
Senyuman itu hilang, tergantikan dengan raut datar yang terlampau dingin oleh Taehyung, yang mengeluarkan aura tak bersahabatnya.
"Baiklah, jika begitu. Kamu pulang sana, aku harus mengemas pakaian ku. Tidak usah bimbang tentang kesihatan ku. Aku sudah baik." Kata Taehyung lalu berbalik sambil menenteng beg yang tadi ia bawa dari rumah sakit.
Jimin yang mendengar itu langsung gelagapan ingin menjawab apa pada Taehyung.
Mana bisa gue tinggalin Taehyung!
"E-eh Tae..tapi tapi...Chim hanya-
"Sudah ku bilang tak apa. Aku akan melupakannya. Jika kamu mahu tinggal disini ya udah, Aku akan keluar sebentar ingin membeli barang makan" ujar Taehyung panjang lebar sambil meraih jaket tebalnya yang tersangkut di belakang pintu masuk kamarnya.
Lalu Taehyung berlalu meninggalkan Jimin lagi. Dengan fikiran kusut. Lagi.
..........
17:50 p.m.
"Ish!! Aku mahu kerjaaaa!!!!!!!"
Jeritnya putus asa di taman yang sungguh jauh dari perkarangan apartment nya. Tangan kanannya memegang erat ais krim strawberry yang sempat dibeli. Sedangkan tangan kirinya memeluk bungkusan bahan dapur yang dibeli di super market tadi.
Masih sibuk dengan gerutuan nya tentang Chim sepertu kakek kakek tua yang menyebalkan atau Chim yang seperti tante tante bawang yang gemar menyuruh nya untuk tidak itu dan lakukan ini.
"Aku bukannya mahu bunuh diri kok, meski aku mahu sekalipun tetapi sudah tentu Bunda dan Ayah akan benci padaku jika aku bunuh diri.."
Mengabaikan ais krimnya yang kini mencair secara perlahan seperti hatinya yang di serbu sebuah perasaan ketika menyebut Bunda dan Ayah. Maniknya menerawang jauh ke depan, melihat bagaimana sang suria yang indah menyinari birunya langit.
"Aku harap aku bisa lihat Bunda dan Ayah lagi..aku mahu sekali menyusul kalian..tapi tidak.."
"....aku tidak..aku masih punya keluarga yang menyayangiku, yang sanggup membela diriku walaupun aku bukan siapa siapa. Hanya anak dari panti asuhan yang dibawa keberuntungan."
Masih dengan ais krim yang sudah meleleh kemana mana itu, Taehyung menjulurkan lidah untuk membersihkan sisa sisa manisan itu di tangannya. Tidak peduli akan apa yang orang di sekitar akan berpendapat seperti apa tentangnya. Yang penting, tidak membazir. Taehyung tidak mahu Syaitan Laknatullah mengekorinya balik ke aparment kok.
"Tapi aku bersyukur..mereka masih sanggup untuk menghadapi aku yang seperti anak kecil ini..jika Bunda dan Ayah masih ada di sini..Tae akan cuba sedaya upaya untuk membuat kalian bangga."
"Di sebabkan Bunda dan Ayah sudah pergi duluan , Tae akan membuat keluarga Tae yang tiada ganti nya itu bangga dengan Tae. Tae janji kok!"
Senyumnya terpatri indah di wajah rupawan itu. Bicara seorang diri seperti ini sudah biasa dilakukan Taehyung kok. Rasanya lebih tenang, dan entahlah..saya juga sering bicara sendiri. Menyenangkan kok ;)
"Ah..indah sekali..suasana senja memang tidak pernah mengecewakan ku." Gumamnya sambil menyandarkan punggungnya ke pokok. Lebih enak jika berbaur bersama alam sekitar seperti ini.
"Benar sekali."
Taehyung sontak menolehkan kepalanya ke arah suara yang tiba tiba muncul di sampinya itu.
"Jeongguk?"
.........
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You ♡[ KOOKV]
FanfictionJeon Jeongguk yang penasaran akan pemuda yang sering memakai hoodie, duduk sendirian. Selama 2 tahun menyimpan perasaan di hati akhirnya Jeongguk akan mengungkap rasa yang memenuhi dada dan hati nya.