2

64 24 4
                                    

Setelah kepulangan Deon, Fayya termenung dikamarnya.

Deon putusan ya?

Fayya bingung sendiri harus sedih atau senang. Sedih karena Deon terlihat kacau sekali, senang karena akhirnya Deon bisa bebas dari hubungan yang tak sehat.

Tidak, bukan itu yang menjadi fokus Fayya. Entah kenapa fikiran gadis itu melantur ke hal yang lain.

Fayya melihat ada kesempatan, kesempatan untuk dekat dengan Deon. 'Dekat' dalam artian pendekatan, pendekatan menuju hubungan yang lebih serius.

Fayya dan Deon sudah berteman sejak mereka masih berbentuk zigot. Mereka berdua selalu masuk sekolah yang sama meski kerap beberapa kali beda kelas.

Entah sejak kapan Fayya menaruh rasa pada Deon, yang jelas Fayya selalu cemburu waktu Deon jalan sama cewek lain.

Kata orang, mustahil perempuan bisa bersahabat dengan laki-laki tanpa melibatkan perasaan. Dan Fayya membenarkan hal itu.

Selama ini Fayya hanya diam melihat kebersamaan Deon dengan cewek lain. Fayya tak pernah berniat merusak hubungan Deon. Tidak, Fayya tidak sejahat itu.

Dari pada mengganggu hubungan Deon, Fayya lebih memilih memendam semuanya. Terus-terusan menyakiti diri sendiri tanpa berniat menghapus perasaannya.

Fayya selalu percaya bahwa akan datang waktunya dia bisa mengutarakan semua perasaannya pada Deon. Dan Fayya yakin, waktu itu telah datang. Ini kesempatan untuk Fayya.

Fayya menghembuskan nafasnya. Terlalu lama berfikir membuatnya jadi bimbang.

"Apa ga terlalu cepet ya kalo gue bilang sekarang?" Fayya bertanya pada dirinya sendiri.

"Ngga kali ya? Gue telpon aja deh anaknya" Fayya meraih ponsel yang tergeletak begitu saja dilantai.

"eh masa bilang ditelpon?" Gadis itu kembali dilanda bimbang.

"Gapapa lah"

"Ish tapi kan, arrghhhh!!!" Fayya mengacak rambutnya frustasi, gemas dengan dirinya sendiri.

Saat Fayya sedang misuh-misuh, muncul notifikasi pesan dari Lista—teman sebobrok seperjuangan Fayya.

Lista: Heh

Lista: Kimia udah belom?

Melihat itu, Fayya jadi menyadari sesuatu. Kenapa dia tidak bertanya pada Lista saja ya? Kok ga kepikiran? Kebanyakan mikirin Deon sih.

Fayya: Lista huhuhu

Fayya: Lo datang disaat yang tepat

Lista: Ha?

Fayya: Terharu gue lis

Lista: Hhh terserah

Fayya: Deon baru putusan tauuu

Lista: Terus?

Fayya: Gue harus gimana lis?

Lista: Meninggal

Fayya: Lissss gue seriusss:((

Lista: Gue juga

Fayya: Lo ngeselin:(

Lista: Lo juga

Fayya: Lissss:((((

Lista: Lo maunya gimana?

Fayya: Maunya bilang kalo gue udah lama suka sama dia

Lista: Yaudah tinggal bilang

Fayya: Kapan?:(

Lista: Apanya

Fayya: Ceboknya

Fayya: Bilangnya atu lis, lu mah:((

Lista: Ya terserah

Fayya: :((

Lista: Kalo lo ngerasa ini satu-satunya kesempatan, ya sekarang juga lo bisa bilang

Lista: Kalo lo ngerasa masih punya banyak waktu, ya lo tunggu timing yang pas

Lista: Tapi kalo menurut gue, mending lo nunggu dulu deh. Ini terlalu cepat buat Deon, nanti dia kaget lagi

Fayya: Iya juga ya

Lista: Hm

Fayya: Yaudah deh, makasih ya ListaQ, sayankQ, cintaQ:*

Lista: Najis

Lista: Mana sini pap in kimia

Fayya: Aq belom ngerjain h3h3

Fayya: Besok aja kita nyalin di kelas

Lista: Ga guna emang gue nanya sama lo

Fayya: Yamaap:(

Fayya menghembuskan nafas pelan. Benar kata Lista, terlalu cepat untuk Deon. Fayya harus sabar, masih ada waktu.

hold meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang