[0.8]

17 3 3
                                    

"Kak please maafin aku! Jangan pergi!" ucap Nara sambil menarik lengan Chandra. Mencegahnya untuk pergi.

"Jangan lo nyentuh gue sama tangan sialan lo itu!" ucap Chandra sambil menepis tangan Nara.

"Kak maafin aku kak! Iya aku tau, aku yang bikin mama meninggal! Tapi itu semua bukan kesalahan aku! Mama meninggal itu emang udah saatnya!" ucap Nara.

Chandra yang mendengar itu langsung menatap tajam Nara. Perlahan, Chandra mendekat ke arah Nara. Sedangkan Nara yang tau Chandra akan mengamuk, mundur perlahan.

Kaki Nara terbentur sofa, Chandra mendorong pundak perempuan itu yang menyebabkan ia terduduk. Laki laki itu menaruh tangannya di sandaran sofa lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Nara.

"Lo itu cewek paling gak tau diri dari jalang jalang di luar sama yang pernah gue temui," ucap Chandra dingin. Tatapannya tajam seakan ingim menusuk Nara.

"Apa lo masih gak sadar kalo mama gak ada itu gara gara lo? Mama meninggal gara gara ngelairin cewek gak berguna kayak lo! APA ITU KURANG JELAS?!" ucap Chandra. Nara terdiam sambil menatap Chandra.

"Lo harusnya tau diri. Kalo lo itu sebenernya gak berguna. Gue bener bener gak habis pikir kenapa mama nyerahin nyawanya demi ngelahirin anak kayak lo," ucap Chandra.

"Gak berguna, lo itu gak berguna! Dan orang yang gak berguna itu harus mati,"

"Gue bisa aja bunuh lo sekarang buat nebus nyawa mama. Tapi gue gak mau ngotorin tangan gue buat ngelakuin hal yang menjijikkan," ucap Chandra. Laki laki itu memandang rendah Nara.

Nara menggeleng keras.

"Kakak gak akan bunuh aku karena aku adik kandung kakak. Iya kan kak?" tanya Nara. Chandra mengalihkan pandangannya lalu tertawa keras. Selanjutnya ia kembali menatap Nara.

"Jangan terlalu percaya diri. Yaa walaupun secara silsilah lo adek gue. Tapi gue gak akan nganggap lo. Hah, mimpi!" ucap Chandra. Kemudian ia menegakkan badan lalu berjalan menjauh.

"Kenapa kakak nggak mau maafin aku? Aku udah berbuat apapun biar kakak mau maafin aku! Asal kakak tau! Mama nangis ngeliat kita kayak gini!" ucap Nara. Chandra menghentikan langkahnya.

"Apa gue pernah nyuruh lo minta maaf? Enggak kan? Dan asal lo tau, kata maaf juga gak akan merubah segalanya! Kata maaf lo itu nggak akan balikin mama!" ucap Chandra tanpa berbalik badan.

"Sifat kakak itu terlalu kekanakan! C'mon kak! Kita seharusnya bisa bersikap dewasa dan bicarain baik baik. Mama nggak suka liat kita yang kayak saling gak kenal. Mama gak suka kita berantem kayak gini," ucap Nara.

Chandra terdiam. Nara juga terdiam.

"Apa gue perlu percaya sama omongan lo yang semuanya bullshit?" tanya Chandra.

"Kak please. Aku capek! Ayo mulai yang baru, kita lupain masa lalu. Mama pasti juga bahagia kalo liat kita bahagia," ucap Nara.

"Lupain masa lalu? Lo harus mati dulu baru gue bisa lupain segalanya," ucap Chandra.

"APA MASALAH LO SEBENERNYA CHANDRA ZACHIRO?!" teriak Nara kesal.

Chandra membalikkan badan menghadap Nara. Senyum miringnya terpampang jelas.

"Wah udah bisa ngumpat? Haha, wajah lo bener bener nipu ya," ucap Chandra.

"Kak please! Jangan kekanak kanakan gini! Kita selesain masalah baik baik," ucap Nara.

"Nyelesain masalah baik baik? Dalam kamus gue gak ada yang kayak gitu. Semua masalah itu harus diselesain dengan kekerasan!" ucap Chandra.

"Semua masalah nggak harus diselesain sama kekerasan. Ada waktunya kita bersikap dewasa dan nyelesain semua dengan kepala dingin," ucap Nara.

"Kakak gak bisa terus terusan kekanakan kayak gini. Ayo dong kak!" ucap Nara.

"Udah? Udah ngocehnya?" ucap Chandra. Nara menatap Chandra dengan tatapan sulit diartikan.

"Kenapa gue harus ngeladenin orang kayak lo? Buang buang waktu dan terlalu menjijikkan karena lo seorang jalang murahan. Gak jauh beda sama cabe cabean yang sering gue temui di perempatan jalan, cih," ucap Chandra.

Nara yang mendengarnya merasa sakit. Sudah cukup ia mendapat semua hinaan. Sudah cukup semua rasa sakit yang ia terima. Sekarang waktunya untuk berbuat sesuatu. Ini sudah melewati batas.

Dengan langkah panjang Nara berjalan ke arah Chandra. Saat berada tepat di depan Chandra, dengan keras ia menampar laki laki itu. Sangat keras, telapak tangannya saja sampai sakit. Di pipi kiri Chandra tercetak jelas telapak tangan Nara.

"Maaf, tapi aku bukan jalang. Aku bukan murahan. Aku bisa nerima kenyataan kalo aku yang nyebabin mama meninggal, tapi apa semua ini harus aku yang nanggung sendiri?"

"Kak, jangan pernah lagi nyebut aku jalang. Udah cukup aku sendiri, jangan nambahin rasa sakit aku lagi kak. Aku mohon," ucap Nara.

"Makasih, tapi aku tau diri. Kakak nggak perlu ngeluarin kata kasar. Kakak mau aku mati kan? Aku bakal turutin setelah urusan dunia aku selesai. Kakak tinggal tunggu hari aku dikebumikan aja,"

"Kakak nggak perlu repot repot dateng di acara pemakamanku. Aku juga nggak akan nunggu kakak dateng, toh aku udah tau diri sekarang,"

"Haha, aku terlalu percaya diri ada yang mau makamin aku. Kayaknya jasad aku akan dibiarin gitu aja,"

"Ayo mulai yang baru. Jangan ada saling sapa, walaupun kita seatap, tapi kita hanya perlu fokus pada hidup masing masing. Your business and my own business,"

"Gimana deal?" tanya Nara sambil mengulurkan tangannya. Tetapi Chandra hanya diam, ia menatap Nara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ih kelamaan hehe. Deal!" Nara menarik tangan Chandra lalu menjabatnya. Setelah itu ia melepaskannya kembali lalu berjalan ke kamarnya.

***

Line

JunJuna_
Hai hai dedek^^
Besok kakak balik nih yuhuu..
Jemput dong>_<
Bandara Soekarno-Hatta jam 8 pagi.
Good night by:*

Tbc

Hayolo ada apa nih?
Rencananya kalo udah part [1.5] mau end hwhw. Gak mau banyak banyak part.

Makasih udah baca^^
Salam manis dari istrinya Jisung Pwark:*
Lop yuu muach

She is Strange or Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang