Jangan lupa vote and comment. Happy Reading ♡
."Sumpah deh males banget ketemu mereka lagi! Kalau kamu gak ngajak aku pergi udah kubogem tu wajah mereka."
Lelaki yang mendengarkan celoteh gadisnya itu hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Mereka sudah pergi jauh dari tempat sebelumnya, mencari tempat yang lebih tenang agar bisa membuat sang gadis melupakan emosinya.
Tapi tenyata dugaan Renjun salah, emosi gadisnya itu malah semakin menjadi-jadi tidak karuan.
"Sudah-sudah, ini minum dulu." Bujuk Renjun sambil mengulurkan sebuah botol minum yang biasa ia bawa.
Yang sodorkan botol minum mengambil dengan wajah kesal. Bukannya ucapan terimakasih yang diterima oleh Renjun, yang ada malah kalimat gerutuan dari sang gadis. "Kamu juga. Kalau kamu gak susah dicari aku kan gak bakal ketemu sama mereka!"
"Kamu mencariku?"
"LAH GAK PEKA TERNYATA" Nara yang mulai reda, malah kembali tersulut emosinya karena ketidakpekaan Renjun.
"Kamu benar-benar mencariku? Kenapa?"
Hembusan nafas yang cukup panjang Nara torehkan sebagai ancang-ancang jawabannya. Ingin sekali menyumpah-serapahi lawan bicaranya kali ini. Bisa-bisanya dia tidak merasa bersalah atas ketidak pekaannya. Tapi Nara pun harus berusaha untuk tenang, karna lawan berbicaranya kali ini adalah Renjun bukan lagi si songong Haechan dan Jeno seperti tadi.
"Renjun- aku hanya khawatir, dari sepulang kemarin kamu tidak mengirimiku satu baris pesan Line sama sekali-"
Sempat menjeda kalimat dan sedikit menunduk, Nara pun kembali berbicara "Apa aku berbuat kesalahan? Apa aku membuatmu marah?"
Astaga, jika kalian bisa lihat kali ini wajah gadis itu benar-benar seperti anak kucing yang sedang memelas kepada Renjun.
"Maaf, puan. Ini salahku." Renjun tersenyum manis memandang gadis yang dirindukannya itu.
Bukan maksud Renjun untuk tidak mengabarinya kemarin. Tapi memang keadaanlah yang memaksa membuatnya seperti itu.
Kemarin setelah seharian membantu sang ayah di restoran, Renjun bergegas pulang lebih awal untuk menyelesaikan semua tugas kuliah yang diberikan sang dosen. Sebenarnya cukup menyebalkan karna itu baru kelas pertama yang dihadirinya, bukannya sang dosen hadir untuk mengajar malah yang ada ia diberikan beberapa tugas yang belum ia pahami.
Sejujurnya jika ditanya, sejak kemarin Renjun ingin sekali mengabari gadisnya. Tapi apa boleh buat? Baterai ponsel miliknya mendadak mati, dan sudah pukul 9 malam. Tak punya banyak waktu untuk men-charge akhirnya dia tak ambil pusing untuk susah-susah mencari charger HPnya.
Renjun sudah terlalu lelah untuk mementingkan hal-hal sepele. Sebenarnya tidak sepele juga, karna dia yakin gadisnya saat itu sedang khawatir menunggu-nunggu kabar darinya. Itu ekspetasi dalam benak Renjun.
"Kemarin aku pulang cukup larut malam dari resto nya ayah, setelah itu aku langsung mengerjakan tugas. Aku lelah sekali dan jujur aku juga rindu sekali."
Lawan bicaranya kini menatap bingung sambil mengernyit, aku juga rindu sekali? Maksudnya?
Belum sempatlah Nara bertanya apa maksud dari kalimat Renjun, Renjun kembali mengangkat suara yang bisa dipastikan kali ini membuat jantung Nara berdetak tidak normal.
"Padamu.." sambungnya.
"Senang rasanya kita bisa bertemu di sini. Ah tidak. Lebih tepatnya kamu yang menghampiriku. Sebenarnya setelah kelasku usai, aku ingin menghubungimu tapi kamu sudah lebih dulu datang." kembali Renjun mengambil alih percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ransom | Huang Renjun
Fanfiction"Diriku, mungkinkan telah ditakdirkan untuk menjadi sang penebus?" -Renjun . "Dan pada akhirnya dosaku telah ditebus oleh anakku sendiri. Selamat datang untuk pendosa yang lainnya." -Jaehyun . "Selamat tidur sang penebus, kan kutitipkan hangatnya pe...