Hari ini tepat setelah Allura kembali dari sekolahnya setelah melaksanakan Ujian Nasional pada hari kedua, gadis itu bergegas mengganti seragamnya menjadi pakaian rumahan yang cukup santai. Dengan kaos oversized berwarna putih bergambar buah strawberry dan hotpants, gadis itu berjalan menuju dapur untuk membuat bubur ayam sederhana.
Berbekal panduan dari internet, ia mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan lalu mulai meracik bumbu-bumbu dan mulai memasak bubur ayamnya. Jika beberapa orang yang memiliki kemampuan memasak akan menyelesaikan bubur ayam itu dalam waktu yang singkat, tidak untuk Allura dengan kemampuan memasak yang sangat minim sehingga memerlukan waktu sekitar dua jam untuk memastikan bahwa langkah-langkahnya sudah benar dan tidak ada yang terlewat.
Tepat saat jam di dinding menunjukkan pukul dua siang, gadis itu merampungkan pekerjaannya. Ia merapikan seluruh kekacauan yang ada di dapur lalu melepas apronnya. Kakinya melangkah menuju lantai tiga dengan membawa nampan berisi bubur ayam dan teh manis hangat. Gadis itu membuka pintu kamar Omanya pelan agar tidak menimbulkan bising. Allura tersenyum ketika mendapati Omanya tengah membuka album foto ketika kakeknya masih hidup.
"Siang, Oma. Maaf makan siangnya terlambat," ucap Allura seraya berjalan menghampiri Omanya yang kini meletakkan album itu tepat disampingnya.
"Nggak apa-apa, sayang. Tadi juga Oma sudah makan buah dan cukup kenyang. Kamu buat apa itu?"
Allura meletakkan nampan tersebut di nakas yang berada tepat disebelah tempat tidur Omanya. "Allura buatin Oma bubur ayam, makanya Allura terlambat siapin makan siang Oma," cicitnya dengan bibir mengerucut dan air muka yang kecewa.
"Kamu buat bubur selama dua jam? Kamu pulang sekolah jam dua belas 'kan?" tanya Sang Oma dengan wajah bingung sekaligus heran. Ya, mana ada seorang gadis yang menghabiskan waktu dua jam hanya untuk membuat bubur ayam?. Sungguh hanya Allura.
Gadis itu menganggukkan kepalanya pelan. "Allura belum pernah buat bubur ayam sebelumnya. Ini juga Allura lihat di internet resepnya dan nggak tau enak apa nggak. Kalo Oma nggak doyan nanti jangan dimakan ya, Oma."
"Masakan cucu Oma yang cantik ini pasti enak. Allura bisa bantu Oma makan?"
Allura mengangguk antusias lalu mengambil teh manis hangat buatannya supaya Omanya minum terlebih dahulu sebelum ia menyuapkan bubur ayam itu. Dengan sedikit keraguan, Allura menyuapkan suapan pertama bubur ayam itu ke arah Sang Oma dengan wajah harap-harap cemas. Setelah bubur itu masuk ke dalam mulut Omanya, ia menanti reaksi Omanya dengan perasaan takut. Tentu saja, ia takut bubur ayamnya akan membuat Sang Oma menjadi lebih sakit.
"Oma nggak yakin cucu Oma nggak bisa masak. Bubur ayam depan komplek kita bahkan kalah enak,"
"Oma serius?! Apa rasanya seenak itu?" tanya Allura tidak percaya.
Oma mengangguk sebagai jawabannya. "Oma nggak suka bohong. Kalo bubur ayam ini rasanya buruk, pasti akan Oma muntahkan."
Allura tersenyum lega mendapat reaksi yang sangat tidak terduga dari Omanya. Entah bubur ayam buatannya yang memang enak, atau Omanya yang hanya ingin membuatnya senang. Yang terpenting, Omanya bahkan mau menghabiskan bubur ayam buatannya dengan cukup lahap. Allura bahkan sedikit kewalahan menyuapinya.
Setelah selesai menyuapi Omanya bubur ayam, gadis itu menyodorkan teh manis hangat kehadapan Sang Oma. Setidaknya, jika reaksi Sang Oma hanya untuk menghibur, neneknya itu perlu netralisir supaya ia tidak benar-benar semakin sakit. Dan sepertinya Allura tidak cukup buruk jika hanya membuat teh manis hangat.
"Terimakasih ya, sayang."
"Sama-sama, Oma. Oh iya, Oma perlu sesuatu? Biar Allura ambilin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi Sama [COMPLETED]
Ficção AdolescenteAllura Pasya Bagaskara. Gadis kaku yang mengaku memiliki perasaan pada seorang laki-laki yang merupakan siswa pindahan dari Kanada yang berhasil memikat hatinya. Arjune Shagufta. Laki-laki dengan segala tingkah konyol yang membuat siapapun tersenyu...