Telah Kembali

16 7 0
                                    

Semua akan menjadi indah bila selalu bersamamu.

Tanda waktu pulang sekolah sudah menggema di setiap kelas. Kegiatan belajar terhenti, semua siswa mulai memasukkan semua buku ke dalam tasnya masing-masing, dan semua guru yang tadinya sedang mengajar di depan kelas mulai melangkah keluar.

Waktu pulang sekolah menghilangkan rasa bosan dan kantuk yang sedari tadi menyiksa. Semua ingin segera kembali ke rumahnya masing-masing. Rumah yang nyaman dan mampu menenangkan jiwa yang lelah.

Berbeda dengan Ayu, ia tampak sangat malas beranjak dari kursinya yang sudah ditinggalkan selama lima hari.

"Ayunda, lo gak mau pulang?" Rere yang sibuk membereskan buku-bukunya, terheran dengan sikap Ayu yang sedang menelungkupkan kepala di tangannya.

Suara Rere menembus telinga Ayu. Ayu langsung mengangkat kepalanya dan memperlihatkan raut wajah malas.

"Masih kangen bangku itu mah," sahut Kinar.

"Enggak, bukan itu. Yang bener tuh nunggu suami jemput." Sindir Dina dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Semua setuju dengan ucapan Dina, dan tercipta tawa pecah di antara mereka bertiga. Ayu yang duduk dengan sedikit membungkukkan tubuhnya berhasil meneteskan sebutir air mata.

"Loh, ngapain lo nangis?" Kinar heran.

"Lo ada masalah?" sambung Rere.

Ayu menggelengkan kepalanya dengan tersenyum. Iya, tersenyum. Namun air matanya malah semakin deras. Dalam hatinya, ia sangat takut untuk kembali ke rumah. Ketenangan sudah didapatkannya saat ini, tidak ingin meninggalkan semuanya. Ayu tidak ingin kembali ke rumahnya, tapi Ayu harus kemana bila tidak kembali ke rumah yang terasa seperti penjara.

"Yelah, malah ngakak?" heran Rere dengan menoyor kepala Ayu.

Tawa renyah mulai tercipta ketika ada keanehan dari sikap Ayu hari ini, menangis tapi tertawa. Abi dan Haikal melangkahkan kakinya menuju kelas Ayu. Semua menyadari kedatangan mereka berdua.

"Istri lo nangis Bi," sahut Rere.

"Alah bodoamat dah, emang alay tu anak," balas Abi santai.

Ayu hanya memasang muka masam ketika mendengar ucapan kekasihnya. Tidak ada yang heran ketika menyaksikan pasangan yang seperti tidak saling perhatian, Abi memang senang membuat kesal kekasihnya. Lucu, ketika melihat wajah masam Ayu.

"Gue gak bakalan kek Abi kok Nar," kata Haikal saat matanya menatap Kinar yang sedang duduk di dekat Haikal. Tidak lupa, Haikal mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Semua mendadak tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan Haikal untuk Kinar. Namun Kinar juga dibuatnya salah tingkah.

Mulai meninggalkan candaan yang terlihat garing. Dina mengajak temannya untuk segera pulang. Semua sudah keluar, sedangkan Ayu tampak sangat malas untuk berjalan.

"Lo kenapa sih? Males banget jalan," tanya Abi heran.

"Kaki Ayunda atit," suara manja kembali tercipta dari bibir indahnya.

"Ih sumpah jijik lama-lama gue dah," balas Abi dengan kekehan kecil.

"Atit kenapa?"

"Jatuh tadi di toilet, gendong ya," minta Ayu yang kakinya tiba-tiba saja terasa ngilu. Ayu lagi-lagi berbohong, sebenarnya itu karena pukulan dari Panji beberapa hari yang lalu, entah kenapa, sakitnya kini terasa kembali.

Tanpa berpikir panjang, Abi langsung mengangkat tubuh mungil Ayu setelah menyempatkan untuk mengecup keningnya sesaat.

Ayu mengalungkan tangannya di pundak Abi dan matanya menatap lekat ke arah Abi.

"Terima kasih sayang," lirih Ayu saat menatap kekasihnya.

"Alay deh." Balas Abi dingin.

Rasa kesal membuat Ayu menciptakan raut wajah masam. Abi menyukai wajah cantik Ayu saat ini.

"Kenapa? Kesel? Marah? Males?" ucap Abi dengan kekehan kecil.

Abi selalu memberikan sifat dinginnya kepada setiap orang, terlebih Ayu. Namun dengan cara itulah, Abi mencintai Ayu. Walaupun kadang sikpnya membuat Ayu naik darah.

"Kalian!"

Terdengar teriakan dari arah kanan. Ketika mereka menuju parkiran, tanpa sadar ada guru yang memergokinya.

"Kalian tau ini sekolah?!" sentak Pak Basuki, guru killer, sudah berusia, namun masih sendiri.

"Tau lah Pak," Abi menjawab pertanyaan dengan santai.

"Itu ngapain itu?" bentak Pak Basuki lagi.

"Pacaran lah, emang bapak gak ada gandengan haha," kaki Abi membawa mereka berlari kencang, takut akan terkena ocehan dari Pak Basuki.

"Abi mah, gak sopan," tamparan tangan kecil jatuh di dada bidangnya.

***

Pulang sekolah, mereka langsung menuju salah satu pusat perbelanjaan. Ya, mereka rindu jalan bersama, dan ini waktunya untuk menyembuhkan rindu.

Kebahagiaan dan juga ketenangan Ayu kini kembali, Abi telah memberikan segala hal yang mampu menciptakan senyuman di bibir manis Ayu. Semua pikiran berat Ayu hilang sudah saat bersamanya.

Kaki mereka melangkah memutari setiap tempat. Senyum Ayu terus terukir indah. Abi yang merangkulkan tangannya di pundak Ayu, matanya tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Cantik," lirih Abi.

Kecupan lembut kembali mendarat di keningnya. Sontak langkah Ayu terhenti saat itu juga.

"Ih malu tau," rengek Ayu dengan tangan tengah memegang kening yang baru saja mendapatkan kecupan.

"Bodoamat,"

"Eh, kerongkonganku lagi butuh dingin-dingin deh Bi,"

"Mangap depan AC," jawab Abi dengan membuang pandangannya ke arah depan.

"Abiii!"

"Iya deh iya, ayok mampir toko es deh, cah ayu, cah ayu." Ajaknya dengan mengacak rambut Ayu.

Tangan Ayu kini sudah memegang satu es krim, dan kini hari semakin sore, Ayu harus segera pulang. Ayu harus pulang sebelum Panji tiba si rumah.

"Seneng gak jalan sama cowok ganteng?"

"Makasih sayang," ucapnya dengan menjatuhkan kepalanya di bahu Abi.

Terima kasih, kamu sudah mengembalikan kebahagiaanku yang akhir-akhir ini telah hilang.

Rasa tenang kini sudah kembali dirasakannya. Ayu berharap, semoga tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi tangis, dan tidak akan ada lagi penderitaan yang kembali datang.

***

Akhirnya, senyum Ayu kembali.
Vomment ya:)

Terima kasih dah baca:)





Ayunda & AbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang