Harusnya hari Minggu ini gue dan keluarga kecil gue pergi berlibur, tapi ada panggilan mendadak dari Restoran yang dikelola gue sama kakak gue dimana posisi gue sebagai manager harus menghandle.Alhasil, saat Leon dan Yunis udah siap berangkat gue hanya bisa meringis merasa bersalah. Lalu gue biarkan aja mereka berdua yang liburan, menolak tawaran Yunis untuk ikut ke Restoran.
"Bahaya buat Leon, disana sibuk dan banyak karyawan lalu lalang. Apalagi kalo nanti Leon main ke dapur gimana" ujar gue yang sibuk memasukan beberapa keperluan Leon untuk dibawa sama Yunis.
"Kan ada aku yang jagain, yang" Yunis masih aja pengen ikut ke Restoran. Gue menutup resleting tas perlengkapan Leon lalu beralih ke arahnya. Memegang kedua pipinya dan mencuri satu kecupan di bibir.
"Kalian main aja berdua, dari kemarin Leon udah gak sabar pengen main sama Papanya. Nanti kalo urusan disana cepet beres, aku langsung nyusul. Oke ?" Jelas gue yang masih memegang kedua pipinya.
Meski berat hati, Yunis pun akhirnya mengangguk. Gini giliran dia yang mencium bibir gue, tapi gak hanya kecupan aja. Sampe gue harus mengalungkan tangan di lehernya biar gak jatuh.
"Papa! Mama!"
Teriakan nyaring Leon membuat kita berdua menyudahi kegiatan dengan terpaksa, gue cuma bisa ketawa liat wajah kesal Yunis karena keganggu. Menepuk dadanya dua kali, gue pun mengangkat tas perlengkapan Leon.
Berjalan keluar untuk menghampiri anak gue yang lagi menunggu di ruang tamu dengan robot kesayangannya. Berjongkok dihadapannya untuk mengenakan sepatu kecil milik Leon.
"Leon, dengerin Mama ya" ujar gue lembut, Leon menatap gue sejenak. Lalu dia menyimpan robotnya di sofa dan kembali menatap gue dengan wajahnya yang menggemaskan.
Gue lalu tersenyum, mengelus rambutnya. "Mama pergi kerja dulu, jadi Leon sama Papa mainnya ya berdua. Jangan nakal, nurut sama Papa. Jangan makan ice cream banyak-banyak, kalo satu gak apa-apa. Terus jangan jajan permen, nanti gigi kamu sakit lagi. Nanti sore Mama pulang, oke ?"
Leon mengangguk paham, dia menoleh ke samping saat Yunis duduk disebelahnya dan mengelus rambutnya. Dia bergerak mendekat ke arah Yunis, memberi isyarat agar Yunis mendekatkan wajahnya. Tangannya sibuk menutup mulutnya yang kini berada di telinga Yunis.
"Jangan bilang Mama nanti kalo Leon mau permen ya Papa" bisiknya pada Yunis tapi gue masih mendengarnya.
Yunis pun terkekeh lalu memberi jempol, gue pun menatapnya tajam. Baru minggu kemarin Leon rewel karena sakit gigi akibat kebanyakan makan manis soalnya, gue sebagai Ibu harus memantaunya dong.
"Udah yuk berangkat, sekalian anterin Mama dulu. Come on Jagoan!" Yunis berdiri sambil mengulurkan tangannya pada Leon yang disambut antusias oleh anaknya.
Mereka pun berjalan bersamaan keluar rumah menuju mobil, gue cuma bisa geleng-geleng aja. Membawa tas Leon lalu bergegas mengunci rumah, Leon tuh lengket banget sama Yunis sampe bikin gue cemburu.
Kata orang kalo anak cowok bakal deket sama Mamanya itu gak ada di diri Leon, anak gue itu malah deket banget sama Papanya. Padahal yang sering di rumah itu gue, saat Yunis ada perjalanan bisnis ke Jakarta aja Leon nangis dan bete setiap hari.
Kalo gue yang pergi, Leon malah anteng banget sama Papanya. Ini antara gue yang kurang bisa membujuk Leon atau memang Leon seenggak peduli itu sama gue. Miris.
Setelah mencium pipi kedua lelaki yang akan pergi berlibur tanpa gue, mereka meninggalkan pekarangan Restoran. Gue hanya bisa menghela napas, membuka pintu Restoran yang udah mulai rame. Saatnya membereskan kekacauan bisnis sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM : My Husband || Cho Seungyoun
FanfictionHIM Season 2 His a good husband. And daddy