AmbarSita
☆☆☆☆☆Buk Ita kaget melihat anak gadisnya pulang kerumah dan langsung memeluk ayahnya yang tengah sibuk membuat kebun dibelakang rumah mereka.
Tangis Sita pecah lagi dipangkuan pak Adam yang kebingungan karena tidak tahu sebab kenapa anaknya pulang-pulang sudah merengek.
"Kenapa?" tanya pak Adam heran.
Sita tidak menjawab dan terus menangis seperti seorang bayi yang minta susu.
"Pulang-pulang nangis, kenapa kamu?!" buk Ita ikut menghampiri, dilihatnya rambut Sita terikat. Dia menebak karena itulah anaknya menangis. selama ini Sita begitu menyayangi rambut panjangnya dan tidak pernah mau di ikat agar rambutnya tidak rusak.
"Sini ibuk lepasin" bujuk buk Ita dan menanggalkan ikatan rambut Sita. Matanya terbelalak melihat rambut anaknya sudah dipenuhi bekas permen karet.
"Siapa yang ngasi ini!!" tanya buk Ita yang masih syok.
"Ambil minyak buk, pake minyak ini hilanginnya" perintah pak Adam dan menggendong putrinya masuk kedalam rumah.
Kedua orangtua Sita berusaha membersihkan permen karet dirambutnya. Saat ini menanyakan pelakunya percuma saja karena Sita belum berhenti merengek.
Sudah hampir 1 jam suami istri itu berusaha menghilangkan karet yang menempel dirambut anak mereka. Meskipun sudah banyak yang tanggal tapi tidak bersih semuanya, rambutnya masih saja lengket. Buk Ita melirik suaminya, tangannya sudah pegal menggosokkan minyak ke rambut Sita.
"Sini gantian sama bapak" kata pak Adam dan berganti posisi dengan istrinya.
Kekutan lelaki sejati pak Adam langsung keluar saat menggosok rambut putrinya. Sampai-sampai Sita yang tadi hanya merengek 'huuuuuhuuuhu' berubah jadi pekikan keras yang membuat ibunya sampai menutup telinga.
"Pelan-pelan pak!"
"Ini udah pelan"
"Sakiiiit!!!" bentak Sita dengan ayahnya.
"Iya kamu juga kenapa sampe ada permen karet dirambutnya!" buk Ita balik memarahi anaknya.
Sita tidak mau menjawab pertanyaan itu. Dia merengek lebih kencang lagi melampiaskan kemarahannya dengan Ambar kepada kedua orangtuanya.
"Diam gak!!! Kalo nangis terus gak ilang-ilang ini permen karetnya" marah buk Ita karena tidak tahan dengan suara tangis anaknya.
Bukannya tenang Sita malah memekik lebih kencang lagi. Nek Lasa yang baru pulang dari sawah pun ikut-ikutan kaget dan langsung menemui keluarganya yang ada didapur.
"Kenapa Sita?"
"Ini pulang sekolah rambutnya udah kena permen karet aja" jawab buk Ita sambil menutup mulut anaknya.
Pak Adam melepaskan tangan istrinya dari mulut Sita, dia memang selalu memanjakan Sita dengan terlalu berlebihan ketimbang istrinya sendiri.
Nek Lasa jadi ikut ketakutan melihat suami istri itu memanas karena anak mereka.
"Udah gak mau itu pak, potong aja" buk Ita pasrah dan sudah tidak tahan mendengar Sita merengek.
"Nggaak mauuuuuuuu... nggak mau dipotong!!!" rengek Sita dengan keras.
"Tapi ini memang susah ilangnya mau diapakan lagi coba!"
"Besok pasti ilang ini, biarin aja ya kaya gini dulu ya" bujuk pak Adam dengan lembut.
"Gak mau! ilangin!!" rengek Sita lagi.
"Kalau mau diilangin sekarang makanya diam! Tutup mulutnya, berisik tau gak ibu sakit kepala dengar kamu nangis. Biar bapak gosok minyaknya sampe ilang!!" bentak buk Ita.
Keduanya kembali berusaha membersihkan sisa-sisa permen karet dirambut Sita. Meskipun anak mereka tidak berhenti juga merengek. Esmosi buk Ita sudah sampai ketenggorokan dan siap untuk dia keluarkan dari mulut.
Yah namanya kodrat seorang emak-emak. Buk Ita mengomel seperti knalpot bocor karena anaknya tidak mau berhenti mengeluarkan suara yang mirip dengan alarm peringatan saat perang dunia ke II.
Pak Adam juga ikutan pasrah, dari pada mendengarkan dua suara yang memekakkan telinga. Dia akhirnya menyerahkan semuanya dengan wanita yang sudah dinikahinya selama 9 tahun tersebut.
Buk Ita membawa anak gadisnya kekamar dan mulai menggunting rambut Sita menjadi pendek sebahu. Sisa permen karetnya memang langsung hilang seketika tapi rambut panjang Sita juga ikutan hilang.
Dua jam buk Ita memeluk anaknya dikamar agar putrinya tersebut bisa tenang dan legowo rambut yang dari dulu dia jaga sudah terpotong.
Sita akhirnya mulai sedikit tenang mungkin karena dia lelah merengek dan suaranya juga sudah mulai habis. Buk Ita membelai rambut Sita yang masih dipangkunya.
"Siapa yang nempelin permen karet dirambut Sita?" tanya ibunya dengan begitu lembut.
Sita menggelengkan kepala, dari dulu Sita memang penakut dan pendiam karena sifat itulah anak seperti Sita sudah pasti menjadi sasaran empuk untuk murid-murid nakal disekolah.
"Kalo gak ada pelakunya gak mungkin kan permen karet itu bisa ada dirambut Sita"
"Besok Sita gak mau sekolah buk" ujarnya dengan suara serak.
"Kenapa? Apa ada yang jahat disekolah ya?"
Sita tetap diam.
"Sitaaa... kalo ada yang jahat, Sita lapor aja ke guru disekolah, nanti mereka yang akan nasihati anak itu"
"Sita gak mau sekolah" ujar gadis itu sambil kembali menangis.
"Iyaa, besok gak usah sekolah ya" kata buk Ita mengalah sebelum anaknya kembali mengeluarkan suara berisik.
~~~**♡AmbarSita♡**~~~
TERIMA KASIH YANG TIDAK SENGAJA MENEMUKAN NOVEL INI DAN MAU MEMBACANYA......
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE CERITA INI
Note : SILENT READERS Itu tidak sehat untuk sebuah karya penulis yang masih amatiran. Beri mereka juga sedikit apresiasi ya
🙇♀️🙇♂️
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Fiksi RemajaKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...