Sinar matahari menembus tirai kamar. Suara burung berkicauan terdengar saling bersahutan. Angin yang lembut perlahan menerpa rambut Ara.
Ara menggeliat. Lantas mengecek jam di layar ponselnya. Masih jam enam sih, gumamnya dalam hati. Ia mendengar suara Mamanya yang sesekali berceloteh ria di depan rumah dengan Mak Midah, pedagang sayur yang setiap pagi keliling area perumahannya itu.
Ketika ia beranjak dari tempat tidur, tak sengaja kakinya menginjak kotak berwarna hitam. Ia tertegun, membuang napas kasar. Kotak itu ia ambil dan ia masukkan ke bawah kolong kamar tidurnya.
Ceklek
"Dek!"
"ABANG! KAPAN PULANG DARI JOGJA?" teriak Ara. Ia terkejut dengan kehadiran kakaknya, Bagas, yang tiba-tiba membuka pintu kamar.
"Kemaren jam satu sih. Gue bawa oleh-oleh tuh dari Jogja. Nanti cek aja di kamar gue." Bagas bersedekap di depan pintu kamar adiknya itu.
Matanya meneliti wajah adiknya itu. "Muka lo kucel banget, Dek. Kayak gak pernah mandi aja."
Ara memukul lengan Bagas kuat-kuat. Ia pun mendorong kakaknya keluar dari kamar. "Sana minggir! Ara mau mandi!" Ia pun mengunci pintu kamar dari dalam.
Ara menggerutu kesal. Yang seharusnya ia senang karena kakaknya pulang hari ini, malah menjadi kesal seketika. Ara membungkukkan badannya sedikit melihat kolong. Tatapannya tertuju pada kotak hitam itu.
"Jangan sampe kamu balik lagi!" geram gadis mungil itu.
Indra pendengaran Ara sedikit berdengung ketika Bagas kembali berteriak di depan kamarnya. "Buruan mandi! Entar gue anterin!"
"Iya! Ini juga mau mandi!" gerutu Ara.
***
Ara melihat pantulan dirinya di depan cermin. Seragam putih yang dipadukan dengan rok abu-abu melekat pada tubuhnya. Ia membenarkan dasinya sedikit kemudian merapikan poni yang tergerai di atas dahi. Tak lupa, Ara juga memoleskan sedikit lip balm di bibir dan taburan bedak agar tidak kelihatan terlalu kusam.
"Yes! Siap!" seru Ara.
Ia pun bergegas mengambil tas ranselnya dan bergerak menuju ke lantai bawah untuk sarapan. Dilihatnya Bagas tengah sarapan sambil bermain hape.
"Makan ya makan. Main hape ya main hape," sindirnya.
Sorot mata Bagas terlihat jengah. Ia meletakkan hape nya dan menuntaskan sarapan secepatnya.
"Mama mana, Bang?" tanya Ara sambil celingak-celinguk.
"Di dapur kali." Ara manggut-manggut.
"Assalamualaikum!"
Ara dan Bagas sontak langsung menoleh pada pintu depan mereka. Terdengar suara pintu yang diketuk berkali-kali.
"Coba dilihat, di depan ada siapa?" ucap Mama yang datang ke ruang makan sambil membawa sepiring bakwan.
"Gih! Lu aja Dek, yang liat!" suruh Bagas.
"Dih, ogah! Ara lagi makan, Bang. Abang gak liat nih?" balas Ara tak mau kalah.
"Yaila, tinggal dikit doang. Dah sana!"
Ara menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia pun menuju ke depan pintu tanpa ada rasa curiga sedikitpun."Cari siap--" Mulutnya berhenti mengeluarkan suara tatkala ia tahu siapa makhluk yang ada di depannya itu.
"Mau berangkat bareng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara
Любовные романы[Estrella Project] Apa hal pertama kali yang ada di pikiran kamu ketika mendengar kata, "Selebgram?" Kaya. Mungkin, karena sering nerima endorse. Sombong. Bisa jadi, karena jarang mau bales DM atau komen an di Instagramnya. Pacarnya ganteng. Kalo in...