AX 67 - The Portrait

136 23 12
                                    

Ig: @anantapio26_

"I very miss you!!!" Teriakan dari pita suara seorang laki-laki memenuhi seluruh sudut ruang tamu saat Laisa baru saja menutup pintu rumahnya. Ia terperanjat dengan sosok siapa yang kini ada di hadapannya.

"Joe?" sebut Laisa memastikan.

"Yes, I'm Joe!" Joe berseru senang.

"Sok Inggris, lo!" Tanpa segan Laisa menoyor kepala sepupunya itu.

"Eh, eh, nggak sopan lo, ya! Udah bisa pake bahasa gue-lo. Pasti ini diajarin sama pacar lo yang nggak bener itu, kan?" Jonathan menerka dengan kelakuan sok tahunya.

"Sok tahu!" ketus Laisa segera berlalu menaiki tangga dan masuk ke kamarnya dan tanpa memedulikan Jonathan.

Ia langsung menuju ke sebuah meja belajar, menarik laci dan meraih buku saku pemberian Nanta saat di rumah Bu Sri. Membuka lembaran pertama yang hanya terisi oleh deretan huruf tercentang. Sekilas senyumnya mengembang sebelum tatapannya berubah menjadi sedih.

"Laysa!!! Lay!!!" Ah, Jonathan sialan! Suaranya begitu menusuk gendang telinganya. Lelaki itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Nama gue Laisa! Pake I bukan pake Y!" bentak Laisa kesal. Yang dibentak hanya nyengir lebar tanpa merasa bersalah.

"Jalan-jalan, yuk?" Jonathan berjalan menghampiri.

Laisa menghela berat. Lalu menggeleng pelan. "Gue lagi nggak mau ke mana-mana."

"Hm, kebetulan malam ini ada acara buat nyambut tahun baru."

Laisa tertawa. "Sayangnya gue nggak tertarik. Paling acara lo itu nggak jelas," cibirnya kemudian.

"Enak aja. Gue mau sekalian ketemu temen-temen lama gue. Nggak jauh kok dari sini."

Laisa melirik sinis. Ia malas jika sepupunya ini mulai membujuknya, karena pasti lelaki itu tak akan pernah menyerah.

"Ayolah, Lay. Sebagai penyambutan kedatangan gue." Sudah Laisa duga, jika Jonathan akan berujung memohon-mohon.

"Oke. Kita mau ke mana?" sahut Laisa malas.

Sedangkan Jonathan malah mengepalkan tangannya dan meninju udara, "Yes!" soraknya. "Temen-temen gue udah nunggu di tempat gue biasa nongkrong dulu."

"Ya mana gue tau sama tempat biasa lo nongkrong, Joe!" kesal Laisa. Sedangkan laki-laki di depannya malah tertawa.

"Oke, biar gue kasih tau. Biar bisa lo catet." Tapi di sisi lain Jonathan begitu pengertian. Laki-laki itu begitu paham mengenai Laisa dari siapa pun.

Laisa sudah siap dengan penanya.

"Pertama, gue mau ke kafe deket sekolah gue dulu. Kedua, gue mau ngerayain tahun baru bareng lo di alun-alun kota. Ketiga, kita mampir ke diskotik."

"Untuk yang nomer tiga. Gue nggak mau!"

"Sebentar doang. Mau jemput Grace."

"Grace?"

"Temen tidur gue." Jonathan tersenyum dan Laisa mendelik sempurna.

"Kalo gitu. Gue nggak mau pergi, titik!" Laisa benci dengan isi pikirannya sendiri. Ia pun segera mengusir Jonathan dari kamarnya.

"Lay! Lay! Bercanda, Lay!"

"Nggak lucu!" pekik Laisa penuh amarah. "Jonathan brengsek," gerutunya. Ia mengunci pintu kamarnya dengan rapat dan kembali pada meja belajarnya untuk melanjutkan menatap buku sampul coklat milik Nanta. Pikirannya sukses terbawa lagi menuju dunia di mana hanya Nanta yang mengisinya.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang