2-5 [Seorang Gadis dan Boneka Kenangan Otomatis]

83 11 0
                                    

--Ah.. dia sedikit....

Sedikit mirip serigala yang kesepian. Tidak sesuai dengan penampilannya saat ini, ia memegang senjata yang brutal dan ganas. Ann hampir tidak bisa membayangkan untuk mendekatinya, namun dia mulai terbiasa dengan sarung tangan hitam yang menutupi tangan Violet. Saat dia mencengkram pistol dengan tangannya dan menempelkan ujungnya ke keningnya, dia tampak seperti seorang peziarah yang sedang berdoa. Sebelum dia berbalik dari sudut lorong, telanga Ann bisa mendengar doa.

"Tolong beri aku perintah." ia berbicara sendiri.

Dada Ann tiba-tiba mulai berdebar lebih cepat.

--wajahku panas dan menyengat.

Dia tidak mengerti dengan baik mengapa janungnya berdetak begitu cepat, tapi itu karena dia sampat melihat sekilas sisi dewasa dari Violet.

-Aneh.. meskipun aku tidak menyukai orang itu, aku tertarik padanya.

Ketertarikan itu selangkah dibelakang cinta romantik. Ann belum paham bahwa persaan suka dan tidak suka dapat berubah dengan mudah karena hal seperti itu.

Pengalaman Ann terhadap Violet berlanjut setelah itu.

Tampaknya kemajuan penulisan surat itu berjalan dengan baik, karena jumlah amplop yang akan dikirimkan telah meningkat. Violet akan melirik ke arahnya sesekali, membuatnya bertanya-tanya apakah wanita itu tahu dia mengintip lewat jendela. Pada saat-saat itu, hati Ann akan berdenyu-denyut. Dia akhirnya mendapatkan kebiasaan memegang erat bajunya, sampai-sampai pakaiannya kusut.

Perubahan dalam perilakunya terus berlanjut.

"Hei, Hei. Dengarkan aku. Hei letakkan pita di rambutku."

"Dimengerti"

Meski dia sedih karena ibunya dimonopoli, dia tidak bisa membuat dirinya merasa marah.

"Ada apa dengan roti ini, begitu keras sehingga aku bahkan tidak bisa menggigitnya?"

"Saya pikir itu akan melunak jika anda mencelupkannya ke dalam sup, bukan begitu?"

Salama ada jeda waktu di antara penulisan surat, Ann akan melangkah dan mengejar serta bergaul dengannya.

"Violet. Violet."

"Ya, Nona Muda?"

Sebelum menyadari, alih-alih disebut dengan 'kau', dia dipanggil dengan namanya.

"Violet, bacakan aku buku, berdansa denganku dan menangkap serangga bersamaku di luar!"

"Tolong sebutkan urutan prioritas anda, Nona Muda."

Violet sedikit kesusahan akan hal itu, tapi tetap tidak mengabaikannya.

--orang itu aneh. Aku juga jadi agak aneh saat aku bersamanya

Sayangnya, Ann terobsesi dengan Violet.

Saat-saat damai tiba-tiba berakhir setelah itu. Ibu Ann menjadi sedikit lebih sehat beberapa hari setelah kedatangan Violet, namun kondisi fisiknya yang sudah buruk berangsur-angsur semakin memburuk. Mungkin adalah kesalahan untuk mengekspos irinya ke angin luar. Dia demam, dan sampai pada titik dimana seorang dokter harus dipanggil ke manor.

Bahkan dalam kondisi seperti itu, dia dan Violet tidak menghentikan pekerjaan mereka. Ibu berbaring di tempat tidurnya sementara Violet kembali mengetik huruf-hurufnya, duduk di sebelahnya. Karena tidak memikirkan kondisi ibunya, Ann masuk ke dalam ruangan dengan sikap khawatir.

"Mengapa kau memaksakan diri begitu keras untuk menulis surat-surat itu? Para dokter mengatakan itu tidak berguna"

"Jika aku tidak menuliskannya sekarang, mungkin aku tidak akan pernah bias melakukannya. Semuanya baik baik saja. Lihat, ,ini karena kepalaku tidak berjalan dengan baik sehingga, saat aku sedang membaca, akhirnya aku mengalami demam psikologis ini. Betapa tidak menyenangkan"

Saat ibunya tersenyum lemah, dia tidak bisa membelasnya. Senyum yang menusuk jantung Ann. Saat-saat menyenangkan telah lenyap seolah-olah mereka telah berbohonh dan kenyataan pahit tiba-tiba kembali.

"Ibu, hentikan dulu."

Meskipun ibunya baik baik saja sepuluh detik sebelumnya, dia bisa berhenti bernapas dalam hitungan tiga menit. Duka hidup dengan seseorang dalam situasi seperti itu akhirnya muncul kembali.

"Tolong jangan surat ini lagi."

Jika melakukan hal itu akan memberikannya demam jika melakukannya akan mempersingkat hidupnya..

"Ku mohon.."

bahkan bila itu adalah sesuatu yang diinginkan ibunya, Ann tidak ingin dia melakukannya.

"Hentikan saja!"

kecemasan dan depresi yang terakumulasi meledak pada saat itu juga. Bahkan Ann sendiri terkejut dengan suaranya sendiri, yang telah keluar lebih keras dari yang dia bayangkan. Hanya sekali itu, dia menyemburkan keegoisan yang ia miliki, biasanya ia takkan membentak seseorang.

"Bu, kenapa kamu tidak pernah mendengarkanku? Apakah kau lebih suka dengan Violet daripada aku? Kenapa kamu tidak melihat kepadaku?!"

Mungkin lebih baik baginya untuk mengatakan dengan cara yang lebih sopan. Namun, ia secara tidak sengaja membiaarkan suara penderitaannya keluar.

Dengan nada gemetar, dia akhirnya bertanya dengan ekspresi menuduh.

"Apakah aku tidak lagi dibutuhkan?"

Yang dia inginkan hanyalah diperhatikan.

Ibunya menggelengkan kepalanya dengan mata lebar pada kata-katanya.

"Bukan begitu. Tidak mungkin hal itu terjadi. Ada apa, Ann?" dia panik menenangkan Ann. Ann menghindari tangan yang terulur untuk menepuk kepalanya. Dia tidak ingin disentuh. Kau sama sekali tidak mendengarkan apa pun yang ku katakan

"Apakah surat-surat itu lebih penting dariku?"

"Tidak ada yang lebih penting darimu, Ann."

"Pembohong!"

"Ini bukan bohong." suara ibunya dalam hati yang penuh duka cita.

Namun, Ann tidak menghentikan sikapnya itu.

Kemarahannya dari bagaimana hal-hal yang tidak berjalan seperti yang dia harapkan keluar darinya.

"Pembohong! Kau selalu berbohong selalu saja.. selalu saja begitu, itu hanya kebohongan! Ibu, kau bialng kau akan kembali sehat lagi!"

Setelah mengatakan satu hal yang dia tahu seharusnya tidak, Ann segera mnyesali hal itu. Begitulah Jenis garis yang biasanya dikatakan dalam perkelahian tanpa cinta antara orang tua dan anak. Tapi hari itu adalah pengecualian. Ibunya, yang berwajah merah karena demam, terus tersenyum tanpa suara.

"Bu.. Hei.. " Ann memanggilnya dalam keadaan seperti itu. Pacu momentum yang penuh amarah itu tiba-tiba hilang. Saat dia mencoba berbicara, mulutnya tertutup sebuah sentuhan.

"Ann, tolong, pergi sebentar." air mata tumpah dari mata ibunya yang berbisik. Tetesan besar tergerai dan akhirnya mengalir di pipinya. Ann terkejut bahwa ibunya, yang selalu tersenyum meskipun rasa sakit yang harus ditanggungnya dari penyakitnya, membuat air matanya terlihat.

--ibu sedang menangis

Violet Evergarden - Kana Akatsuki [Light Novel] Vol. 1 ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang