21. Diaz Kecelakaan

475 24 4
                                    

Pagi hari yang berbeda bagi Aileen. Aileen sendiri tidak tahu mengapa pagi hari ini terasa sangat berbeda bagi dirinya.
Apakah karena Diaz tidak datang ke rumah Bibi Marni tadi pagi? Karena biasanya, Diaz adalah orang yang membuat suasana di rumah Bibi Marni terasa hidup. 

"Si Diaz kenapa, ya? Kok tumben nggak datang. Gue chat, kagak dia balas." Aileen bergumam sambil terus mengayuh sepedanya. 

Dia bahkan sempat menunggu sebentar. Mungkin saja Diaz telat bangun. Tetapi sampai matahari bersinar terang, lelaki itu tak juga datang. Daripada dia terlambat, dia berangkat saja. 

"Eh, pak! Tunggu bentar!" Aileen segera mengayuh sepedanya lebih kencang lagi agar gerbang tidak ditutup. 

"Cepat! 1 menit lagi!" Penjaga gerbang berteriak. 

Rumahnya sudah jauh, kakinya sudah pegal. Malah disuruh cepat lagi. Aileen mau tak mau harus mengayuh sepedanya lebih kencang. 

Akhirnya Aileen masuk ke dalam. Dia turun dari atas sepedanya. Kakinya sudah lemas dia rasa. Dadanya naik turun tandanya napasnya sedang sesak. 

"Kamu keren tadi!" Satpam sekolah memuji Aileen sambil terkekeh. 

"Saya emang keren, pak." Aileen ikut terkekeh melihat satpam itu. 

"Ada-ada saja. Sana masuk ke kelasmu." Satpam tersebut menyuruh Aileen. 

"Iya, pak." Aileen hanya menurut saja. Dia mengiring sepedanya ke parkiran dan mulai berjalan menuju kelasnya. 

"Hei, siswi!" Aileen yang merasa bahwa hanya dia yang berada disekitar situ, langsung menoleh. Dia melihat dari sebelah kanan ada Arkan yang datang mendekat. 

"Kau dari mana saja? Tidak dengar bel sudah bunyi? Kenapa masih santai jalannya?" Arkan menyenggak Aileen. 

Aileen mengerutkan dahinya. Apa sih si Arkan ini? Satpam saja tidak menyenggak. Ini OSIS satu kurang kerjaan apa gimana? 

"Tidak lihat? Ini mau masuk ke kelas. Baru nyampe." Aileen menjawab pertanyaan Arkan. 

Arkan yang merasa dibantah, merasa tidak suka. Sebelumnya dia juga tidak suka kepada Aileen si murid pindahan. Selain ribut, menurutnya Aileen sangat mengganggu. 

"Perempuan kok malas. Sana cepat masuk!" Arkan menatap Aileen dari ujung kepala ke ujung sepatu. 

Aileen tentu tidak suka. Aileen juga merasa tidak nyaman ditatap seperti itu.
"Memang kenapa kalo perempuan malas? Laki-laki boleh? Perempuan gak boleh? Lagian, kurang kerjaan amat sih hidup lo! Udah tau orang bakal masuk  ke kelas, pake dipanggil segala. Bapak satpam aja nggak ada masalah. Lo, yang anggota seksi OSIS aja belagu. Banyak tingkah lo!" Mampuslah mulutmu Aileen. Mengapa tidak bisa ditahan? 

Arkan menukikkan alisnya tajam. Matanya memandang rendah Aileen. 

"Apa? Mau ngasih poin? Atas dasar apa lo ngasih poin? Kalo lo gak suka sama gue. Minggir deh. Jangan dekat-dekat." Aileen langsung pergi begitu saja. Persetan dengan Arkan yang menatapnya tidak suka. Sejak awal, Aileen sudah tahu bahwa abang kelas yang ada di depannya ini tidak suka kepadanya. Tidak tahu mengapa. 

Arkan sialan. Moodnya sudah jelek dibuat Diaz, ditambah Arkan yang tidak jelas seperti orang gila datang menyenggak dirinya. 

"Awas aja lo, Az. Kalo sampe gue lihat lo ketawa di kelas." Aileen melangkah cepat untuk menemui Diaz. 

Sesampainya di kelas, Aileen langsung berdiri di depan kelas.
"Mana si Diaz?" Aileen menelisik ke seluruh sisi ruangan. Nihil, Diaz tidak ada. Semua orang juga menggeleng. 

"Eh, si Diaz ada di mana? Nggak datang dia?" Aileen bertanya kepada sekretaris kelas. 

"Nggak hadir dia, ini suratnya. Katanya kecelakaan." Sekretaris kelas yang bertugas mengisi buku absen, menunjukkan surat izin yang ada padanya. 

AILEEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang