Run Into You?

6.1K 725 248
                                    

Brak!

Suara pintu yang dibanting cukup keras menandakan bahwa Mingyu telah pergi. Lelaki itu telah pergi meninggalkan Wonwoo yang seketika merasa dunianya seakan hancur begitu saja.

Kepalanya sontak berdenyut nyeri, ia merosot jatuh ke lantai. Ia pun meremas surainya dengan kuat dan menangis sejadi-jadinya di sana.

Hancur.

Wonwoo hancur.

Ya, memang penyesalan selalu datang di akhir and he regrets everything.

"I love you, too. I fucking love you too... Mingyu."


{}


Brak!

Suara pintu yang dibanting dengan cukup keras membuat Jeonghan, Hoshi, dan Jihoon yang tengah berjalan menyusuri lorong lantai lima itu sontak terkejut. Pasalnya, suara itu berasal dari kamar paling ujung lorong tersebut yang disebabkan oleh sosok tinggi yang cukup familiar bagi mereka.

Ya, lelaki itu adalah Mingyu. Ia keluar dari kamar yang mereka ketahui adalah milik sahabat mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca. Jejak air mata yang tampak begitu jelas di wajahnya ketika mereka berpapasan membuat ketiga lelaki itu curiga.

Mingyu berjalan melewati ketiganya tanpa berkata apapun. Lelaki itu tidak pergi ke kamarnya, melainkan menuju ke arah lift seraya menghapus jejak-jejak air mata yang ada di wajahnya. Hal itu membuat ketiganya sontak panik dan merasa khawatir pada sahabat mereka itu.

Mereka pun lekas masuk ke dalam unit apartemen Wonwoo dengan modal tebak pin apartemen yang untungnya benar pada tebakan ketiga. Mereka masuk dengan cepat kemudian mencari keberadaan Wonwoo. Alangkah terkejutnya mereka saat menemukan Wonwoo yang terduduk di lantai ruang dapur tengah menangis sesegukan seraya memeluk kedua lututnya. Jika mereka tidak salah lihat, Wonwoo memegang setangkai bunga mawar putih yang tampak masih segar.

Jeonghan dan Hoshi langsung berlari menghampiri Wonwoo sedangkan Jihoon memutuskan untuk membuat segelas teh hangat untuk lelaki itu.

"Won..." Panggil Jeonghan lembut. Wonwoo mengangkat kepalanya untuk menatap Jeonghan sendu. Ia tidak peduli wajahnya akan terlihat seburuk apa kali ini, yang ia pedulikan hanyalah kenyataan dimana ia menyesali semua tindakan bodohnya yang malah membuatnya kehilangan sosok lelaki tinggi yang mencintainya dengan tulus.

"Gue brengsek banget, Han." Melihat kondisi Wonwoo yang seperti ini, Jeonghan maupun Hoshi tidak mau banyak berbicara. Hoshi hanya bisa mengusap punggung Wonwoo dengan lembut agar Wonwoo setidaknya bisa lebih tenang sedangkan Jeonghan kini tengah membujuk Wonwoo untuk meminum teh manis hangat buatan Jihoon.

"Shh... udah, Won, Minum dulu yuk, biar tenang." Wonwoo menggeleng dan semakin merapatkan pelukannya pada kedua lututnya.

"Gue adalah laki-laki paling brengsek. Gue egois, gue munafik, gue—"

"Udah cukup, Wonwoo. Jangan terus-terusan nyalahin diri lo sendiri, okay? Nggak ada yang perlu disalahkan dari masalah ini—"

"Nggak ada? Udah jelas banget akar permasalahan ini dari gue. Gue nyakitin orang yang perasaannya bener-bener tulus ke gue, gue nyakitin dia. Gue nyakitin Mingyu dan ketika pada akhirnya dia pergi, gue nyakitin diri gue sendiri. Lagi."

"Won..."

"Gue... gue sayang sama Mingyu. Yes, I do love him. But I hurt him so badly and now'; he hates me."

"Wonuu... hey."

"Dan penyesalan selalu datang di saat yang tepat. Gue nyesel, han. Gue nyesel sampai ke titik dimana gue nggak bisa apa-apa lagi selain benci diri gue sendiri." Mendengar ucapan Wonwoo yang semakin lama semakin berbahaya, Jeonghan sontak menangkup wajah Wonwoo lalu menatapnya dalam.

Denialism | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang