Tittle : Si Buta yang melihat
Genre : Comedy, Angst(?).
Chr : Helena Adams, Edgar Valden, Naib Subedar, Kevin Ayuso."Dia bahkan bisa begitu saja mengungkap kebenaran yang disembunyikan seolah itu hal yang wajar" -Edgar Valden.
_______________________________________Season 11 Essence 3 Has Unlocked.
Begitulah notifikasi yang tertulis pada jendela menu semua Survivor dan Hunter. Tidak hanya itu, pada penghujung season ini tim penyintas kedatangan anggota baru yang saat ini memasuki Ballroom Manor yang merupakan tempat penyambutan anggota baru. Melly Pliny nama gadis Entomologist itu, dengan kepala tertutup yang menyembunyikan wajahnya. Bisik-bisik mulai berseliweran diantara penyintas dan pemburu -yang tentu saja datang berkunjung- yang sengaja tiba lebih awal untuk melihat pendatang baru itu. Ada yang menduga wajah gadis itu terlalu buruk rupa sampai ia terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya, ada pula yang berpendapat sebaliknya karena dia terlalu cantik hingga ia terlalu sombong untuk menunjukan wajahnya yang baginya bisa saja membuat siapapun yang melihatnya secara langsung akan jatuh cinta padanya, lalu rumor lainnya berkata kalau gadis itu tidak punya kepala seperti Robbie, hunter di Phantom Castle. Namun kebenarannya hanya diketahui oleh pihak Netease saja :v
Penyintas lainnya yang belum tiba berjalan menuju arah yang sama, cukup ramai sampai Helena kesulitan membedakan langkah kaki milik siapa saja saat ini. Itu langkah yang menghentak bersamaan pada satu arah. Bahkan apa yang orang-orang katakan suaranya terasa bercampur pada pendengaran sensitifnya, membuat telinganya agak sakit.Mind Eyes julukan gadis penyintas itu. Ia lah satu-satunya orang yang melawan arus langkah kaki yang berjalan saat ini. Mencari-cari tempat yang agak sunyi untuk mengembalikan kondisi pendengaranya agar lebih baik.
Ditengah suara yang bercampur itu samar-samar Helena mendengar langkah berbeda yang terasa jauh. Terasa seperti langkah mirip sesuatu yang ada di ballroom pada insiden ditemukannya darah misterius itu. Sesuatu yang dianggap sebagai keberadaan hantu manor belakangan ini. Tanpa sadar langkahnya kini membawanya mendekat pada keberadaan misterius itu.
Samar-samar seperti ada deritan jendela yang dibuka, dan itu tepat berada dibalik pintu kamar Eli. Dengan cepat ia membuka pintunya. Sosok yang berdiri ditepi jendela itu berbalik panik, matanya melebar dengan pupil yang mengecil dan bergetar. Jika Helena tidak buta dapat dipastikan gadis itu dapat menangkap ketakutan orang itu dengan jelas.
"K- kau...", Telunjuk yang terjulur pada Helena gemetaran, "Kau akan melaporkanku?".
Apa yang orang itu katakan? Melaporkannya untuk apa? "Ya, kulaporkan kau", Mata yang sebenarnya tidak melihat itu menyipit curiga, "Apa yang kau lakukan dikamar Eli, penyusup?".
Orang itu berdeham, menetralkan suaranya agak terdengar tenang, "Bukankah pertanyaan itu juga berlaku padamu? Ini kamar laki-laki, untuk apa gadis sepertimu datang kesini?". Dia lalu memanjat jendela, "Haha! Itu tidak penting.. silahkan katakan apa yang kau lihat karena setelah ini yang bersangkutan sudah tidak ada, selamat tinggal-".
"Tidak, aku tidak bisa melihat".
Pernyataan Helena sontak menghentikan gerakan orang itu yang hendak melepaskan pegangan pada tepi jendela untuk menjatuhkan diri, "Kau buta?".
"Ya", mengetuk sekali tongkat ditangannya, Helena menghadap lurus pada sosok itu, "Mayatmu pasti rusak parah kalau mati lewat sana".
"...", Sejenak orang itu terdiam, "Siapa namamu bocah?".
Helena mengerucutkan bibir kesal, "Helena Adams! Dan aku tidak ingin mendengar itu pada calon mayat! Cepat sana mati! Dasar hantu manor!".
Edgar Valden nama pemuda itu, tersenyum miring seolah menemukan objek yang cukup menarik didepannya, melompat kedepan ia akan menunda bunuh dirinya dan melangkah semakin dekat pada Helena tapi gadis itu malah mengacungkan tongkat miliknya menghalangi Edgar, "Woo~ santai nona, aku bukan orang berbahaya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigmatic Scenario [Identity V]
FanfictionDunia tidak adil bukan? Mereka tidak pernah berpihak padamu, ya benar. Kau tersingkiran, layaknya sampah tak berharga.. Semua diskriminasi, penghinaan, rasa sakit telah kau lalui. Tapi apa yang kau dapat setelah berjuang sejauh itu? Dunia tetap sam...