dua puluh

220 30 0
                                    

Dela menatap langit-langit kamar tamu dirumah Dino.


Entahlah, ia juga bingung bagaimana ia bisa dekat dengan Dino. Karena awalnya, Dela hanya sebatas tahu nama Dino, begitupula sebaliknya. Dulu keduanya sama-sama menjadi anggota ekskul dance, namun Dela memilih keluar. Saat itu keduanya berteman baik.

Setelah keluar dari ekskul dance, Dela dan Dino jadi jarang bertemu sapa. Terkadang hanya ketika tak sengaja bertemu saat berjalan dikoridor, atau saat istirahat dan di waktu-waktu tertentu. Namun keduanya masih berteman baik, walau tidak satu kelas.

Gadis itu menghela nafas, mencoba untuk memejamkan mata. Tapi banyaknya beban pikiran yang berada didalam otaknya membuat ia kesulitan untuk terlelap.

Sebenarnya ia tidak enak, karena tiba-tiba meminta tumpangan menginap pada Dino, bagaimanapun Dino lelaki dan ia perempuan. Beruntungnya, bunda Dino begitu baik dan ramah pada dirinya, sehingga beliau tidak keberatan jika Dela menginap sehari dirumah Dino.

Dirumah itu hanya ada Dino, bundanya, dan kakak lelaki Dino yang kini sedang pergi mengerjakan tugas dirumah kawannya. Ayah Dino bekerja diluar kota untuk sementara waktu.

Mau bagaimana lagi, ia benar-benar tidak mau pulang kerumah. Baginya, rumahnya bukan definisi tempat pulang yang sebenarnya. Dirumahnya ia lebih sering tertekan, daripada merasa ‘pulang’. Bahkan jika ia bisa, ia ingin pergi dari sana secepatnya


Tok tok tok


Mendengar pintu kamarnya diketuk, Dela menoleh, mendapati pintu terbuka dan menampakkan bunda Dino.

“Dela, kok belum tidur?” tanya bunda Dino, menghampiri Dela.

Dela tersenyum ramah, “E-eh maaf tante, belum ngantuk aja.”

Bunda Dino mendudukkan dirinya disamping ranjang kamar tamu yang sedang Dela pakai, lalu mengelus lembut rambut legam Dela.

“Tadi Dino cerita, katanya kamu habis nangis ya sampai matanya sembab gitu?”


Dino cepu ah.


Bunda Dino memang lemah lembut, bahkan Dela bisa merasakan kehangatan sosok ibu pada diri bunda Dino.

Dela mengusap matanya, “Mata aku masih kelihatan sembab tante?” tanya Dela polos.

“Sedikit, mau tante kompresin?”

Dela mengibaskan tangannya, “Nggak usah tante! Aku nginep disini aja udah ngerepotin,”

Bunda Dino terkekeh kecil, “Siapa bilang, nggak kok Dela. Lagian, anak tante itu semua cowok, tapi jarang banget bawa perempuan ke rumah. Tadi tante kira kamu pacar Dino. Tadi tante seneng banget, ternyata cuma temennya toh.”

Dela tersenyum, sedikit merasa canggung.

“Dela mau cerita-cerita nggak nih sama tante, kali aja kalo kamu cerita ke sesama perempuan, bisa merasa lebih lega.” Bunda Dino masih mengelus-elus rambut Dela lembut, “Anggap aja tante ini juga bunda kamu.”

Dela menatap bunda Dino, sorot mata lembut itu, belum pernah ia lihat sebelumnya. Sorot mata seorang ibu yang sebelumnya, belum pernah ia temukan. Dan kini ia menemukannya pada diri ibu temannya itu.

Gadis itu tiba-tiba menangis, lantas bunda Dino membawa Dela kedalam pelukan, membiarkan gadis itu menangis dibahu kuat milik bunda Dino. Bunda Dino mengusap pelan punggung Dela, diusap lembut seraya memberikan pelukan hangat untuknya.

Dela memeluk erat bunda Dino, ia menangis dipelukan bunda Dino yang baru ia kenal belum genap sehari.

Ia menginginkan sosok ibu lembut dan perhatian, seperti bunda Dino.

“T-tante. . .” disela-sela tangisnya, ia terisak.

“Gapapa nak, kalo kamu mau nangis, nangis aja. Tante temenin disini.”

Dela menumpahkan semua air mata kesedihannya, menumpahkan segala perasaan luka dan segalanya yang ada dihati, lewat tetesan air mata yang terus berjatuhan.

Cukup lama bunda Dino menenangkan Dela, hingga beliau merasa, tangisan gadis itu sudah mereda.

“Dela?”

Bunda Dino menepuk lembut punggung anak gadis yang ada didekapnya, namun tidak ada respon.

“Bun?”

Bunda Dino menoleh kearah pintu, dan mendapati Dino didepan pintu yang terbuka.

“Itu Dela kenapa Bun?” tanya Dino dari pintu, mulutnya berkomat-kamit tanpa suara.

Bunda menggeleng, Dino menghampiri bundanya dan Dela.

“Del?”

Dino menepuk bahu Dela, namun tetap tidak ada respon.

“Bun, kayaknya Dela tidur deh. Dibaringin aja.” ucap Dino.

Bunda Dino menjauhkan badannya dari Dela, melepas pelukan tadi, dan benar seperti apa kata Dino, gadis itu sudah terlelap. Dengan hati-hati, bunda membaringkan tubuh Dela, meletakkan kepala Dela diatas bantal dengan pelan-pelan agar Dela tidak terbangun. Setelah itu, Bunda Dino menarik selimut, agar menutupi tubuh Dela yang malam itu dingin lumayan menusuk kulit.

“Dia kayaknya kecapekan. Seharian ini energinya habis buat nangis.” ucap Dino pelan, agar Dela tidak terbangun.

Bunda Dino tersenyum, lalu bangkit dari posisinya. Ia menepuk bahu anak lelaki bungsunya itu, “Ya udah, kamu juga tidur gih. Udah malem.”

Dino masih berdiri di tempatnya, sedangkan bunda sudah sampai diambang pintu. “Din?”

“Bentar aja Bun. Dino nggak akan aneh-aneh kok.” ucap Dino, mengangkat kedua jarinya, membentuk pose v.

“Tapi bener ya, habis ini kamu tidur. Inget, gak boleh aneh-aneh.”

“Iyaaaa bun.”

“Yaudah, bunda kekamar ya.”

Dino mengangguk, lalu mendekat kearah Dela.

Lelaki itu menatap wajah Dela dengan jarak dekat, wajah yang terlihat begitu polos ketika sedang terlelap.

Diwajah itu, tergurat kesedihan, serta lelah yang begitu membebani diri.















Entah dorongan darimana, entah itu keinginannya atau bisikan hatinya, tangan Dino mengusap pucuk kepala Dela, dengan lembut.

“Good night Del. Nice dream.”

Dino menjauh dari ranjang Dela, lalu pergi keluar kamar. Menutup pintu itu dengan pelan.

He's My Precious | Kwon Soonyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang