Chapter 19 : sakit

240 26 3
                                    

Cit cit cit

   Suara kicauan burung terdengar, gadis itu mengeliat dari tidurnya, matanya mengerjap menyesuaikan cahaya, matanya terbuka lebar menampakan mata keemasan yang indah.

   Gadis itu spontan terduduk bertanya dalam hati dimana dia kini? Ini bukan kamarnya dan ini seperti kamar mewah kerajaan orang zaman dulu, kenapa dia ada disini?

   "Felisha," panggil seseorang membuat gadis itu menoleh mendapati seorang pria namun wajahnya terlihat buram dimatanya.

   "Biren," ucap gadis itu sambil memeluk pria tadi yang duduk ditepi kasur, membuatnya heran kenapa bisa begini? Tubuhnya seakan bergerak sendiri.

  "Kau mimpi buruk lagi? Atau kau memimpikan sesuatu yang lain?" tanya pria yang dipanggil Biren tadi.

    "Tidak aku tak pernah mimpi buruk, kau tau aku tadi memimpikan tentang pernikahanku!" seru gadis itu dengan senyum ceria.

   'Kenapa tubuhku tak bisa bergerak sesukaku? Siapa Biren dan siapa Felisha?' batin gadis itu memberontak dalam hati namun setiap tindakannya tak sesuai ia tak bisa mengerakan tubuhnya sesuai keinginannya.

   "Bersamaku?" tanya Biren sambil mengelus lembut kepala gadis itu.

   "Tidak bersama seorang pria, dia ksatria dan dia tampan!" seru gadis tersebut dengan ceria.

   Wajah Biren berubah tak suka ketika gadis yang dipanggilnya dengan nama Felisha itu membicarakan seorang pria dan bukan dia? Bahkan Felisha memimpikan pernikahan dengan pria tersebut.

    "Felisha kau milikku, bukankah sudahku katakan? Jangan pernah berharap pada pria lain karena kau milikku," ucap Biren sambil mencengram bahu Felisha membuat gadis itu gemetar ketakutan.

   "Y-ya Biren, m-maafkan aku," ucap Felisha.

   Biren memandang Felisha sejenak lalu berdiri dan segera pergi meninggalkan Felisha yang gemetar ketakutan.

   "Kali inipun sama, kenapa dia melarangku? Dia tak mencintaiku dan aku hanya sebuah obsesi baginya."

.
.
.

   Felicia tersentak dari tidurnya sontak saja terbangun dan segera meminum segelas air yang ada disamping tempat tidurnya.

   "Apa yang baru saja aku mimpikan? Siapa Felisha? Kenapa aku ada ditubuhnya?" heran Felicia sambil berpikir keras lalu ia menghela napas gusar.

   "Bunda, Bunda gak apa-apakan?" Felicia menoleh mendapati Khayri disampingnya yang memandangnya penuh kekhawatiran.

    "Ah, gak-gak apa-apa kok," jawab Felicia sambil tersenyum berusaha menenangkan kekhawatiran anak itu.

    Khayri memeluk Felicia membuat Felicia balas memeluknya, ia juga merasa lebih baik hari ini dan ini sudah hampir seminggu berlalu setelah kejadian itu dan selama itu pula Felicia terbaring sakit dirumah, ia demam tinggi setelah kejadian itu. Namun sebenarnya Felicia bukan demam karena itu.

Tok tok tok

   Suara ketukan pintu terdengar membuat Khayri dan Felicia menoleh kearah pintu yang terbuka menampakan Fani yang membawakan nampan yang berisi makanan.

   "Kak makan dulu," ucap Fani setelah meletakkan nampannya disamping tempat tidur.

    "Hen, makasih Fan," balas Felicia sambil tersenyum.

   Fani balas tersenyum. "Kamu ikut makan juga ya," ucap Felicia membuat tangan Fani yang ingin mengambil piring yang berada dinampan berhenti dan menoleh pada sang kakak.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang