Mengejar Bumi Dikejar Nasib

222 19 10
                                    

MBDN 1

Tentang sahabat ...

Sahabat terbaik dan sejati selamanya, seperti itulah kenyataannya. Persahabatan  yang selama ini kami jalani, Nay dan Mel adalah orang yang paling dekat denganku. Aku sebagai sahabatnya Nay dan Mel, seneng aja gitu sewaktu aku tau ternyata salah satu di antara mereka berdua ada yang udah punya calon. Iya, Nay ternyata sudah duluan mempunyai calon ketimbang aku dan mel .

Namun aku dan Mel tidak mengetahuinya, calonnya Nay namanya siapa dan berasal dari mana. Karena Nay orangnya sangat tertutup dan berbeda dengan kami berdua.

Waktu demi waktu terus berjalan, akhirnya aku tau siapa tambatan hati Nay, ternyata dia anak safar(perantauan) yang sekarang ada di Hadhramaut.

Aku sebagai sahabatnya sangat seneng , bahwa Nay udah punya calon, dan dia sangat luar biasa, bisa sampai menuntut ilmu ke tempat yang mulia dan banyak keberkahannya.

Ta’aruf pun terjadi antara keduanya, orang tua kedua belah pihak keluarga menyetujui nya. Dan kedua belah pihak orang tua, mendukung atas pilihan mereka berdua, yaitu mendukung keputusan ta’aruf dengan waktu yang sangat cepat dan singkat.

Memang iya, dan betul adanya, jika di dalam masa ta’aruf tidak menemukan kecocokan dan tidak mendapatkan komitmen serta pandangan yang wah menjadi patner hidup berdua , maka boleh lah membatalkan ta’aruf nya.

Tetapi, ta’aruf Nay berjalan 5 bulan dengan mulus seperti ta’aruf pada umumnya. Namun sayang perjalanan ta'aruf Nay tidak berakhir indah , tetapi malah berakhir dengan buruk.

Aku dan Mel shock saat mendengar kabar ini dari keluarga Nay bahwa Nay sudah tidak melanjutkan ta’arufnya (putus tanpa sebab)

Aku dan Mel di waktu seperti ini ikut prihatin atas apa yang terjadi pada Nay sahabat kami. Tak berselang beberapa hari, aku terus mencoba untuk membujuk Nay agar membuka sedikit demi sedikit latar belakang permasalahannya dengan si fulan yang sempat kami nobatkan sebagai calon suami Nay. Karena aku tau Nay perlu figur sebagai tempat bersandar dan menuangkan keluh kesahnya, dan aku ingin di saat seperti ini aku ada untuk Nay.

Saat itu ....

Nay pun akhirnya mencoba menceritakan sedikit demi sedikit permasalahannya dengan si fulan tersebut, tapi anehnya Nay bermuka lempeng-lempeng aja gitu saat menceritakan masalahnya padaku, ngga seperti wajah-wajah yang tersakiti dan terpukulnya perasaan atas masalah yang ada.

Nggak ada sedih-sedihnya sedikitpun sama sekali, bahkan tak sedikitpun menunjukan rasa kecewa kepadaku dikala awal cerita saat itu. Justru iya malah menyunggingkan senyum manis seperti biasa yang selalu terhias diwajahnya.

Entahlah, apa Nay pura-pura kuat di depanku dan Mel kami pun kurang tahu betul isi hati anak ini.

Aku bahkan benar-benar tidak bisa memahaminya, hubungan Nay yang rumit ini sudah terlanjur melibatkan kedua keluarga, namun pada akhirnya apa yang terjadi. Hati saya selalu berkata,

“Ya robb Nay, hati kamu sekuat apa coba, masih selalu sabar menghadapi semuanya”.

Aku mencoba bertanya kepada Nay, tentang keadaannya yang saya temui di kamarnya. "Kamu sehat Nay?"

"sehatlah seperti yang kamu liat sekarang, emang kenapa Yum?", bukannya kaget aku bertanya seperti itu, dia malah balik bertanya.

"Tumben nanya gimana kesehatanku". Celetuk Nay kepadaku.

“ish, kamu ini ya Nay, nggak sakit jiwa, nggak sakit ati, gitu aja kerjaannya, suka nyeletuk orang yang ngga-ngga deh“, balasku sedikit kesal karena tidak mendapat jawaban serius dari Nay.

Mengejar Bumi Dikejar NasibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang