Dhanu POVSeperti hari hari kemarin, hari ini aku menunggu kinanti di tempat biasa. Mendudukan tubuh lelahku yang kini terlihat semakin tak terawat. Beberapa hari terakhir, aku merasa teramat bahagia jika menjelang waktu istirahat makan siang. Bagaimana tidak? Gadis itu selalu datang dan menungguku disini, dengan senyum manisnya yang amat menawan.
Ananda.
Satu nama yang akhir akhir ini selalu terlintas di kepalaku. Ada perasaan tak rela tatakala dia hendak beranjak pulang ke asrama. Mungkinkah aku telah menganggapnya sebagai... sahabatku?
Ya.. tentu saja sahabat adikku adalah sahabatku juga bukan?
Namun siang ini, setelah 9 menit lamanya aku menunggu, yang kujumpai bukan dia, melainkan adikku Kinanti. Terbesit sedikit rasa kecewa, yang aku sendiri tak tahu menahu alasannya. Melihat sosok anggun adikku dari jauh, aku jadi teringat sesuatu.
flashback
Suara deburan air terasa amat menenangkan. Meskipun hanya mandi di sebuah bilik kecil yang berjajar, hanya dibatasi oleh sekat anyaman rotan, Dhanu selalu merasa tenang tatakala tubuh tegapnya bersentuhan dengan air dingin. Rasanya air itu mampu menjernihkan kembali pikirannya yang kusut itu.
Dhanu terlalu hanyut dalam ritual mandinya, mengabaikan segala suara bising teman²nya yang sedang mengantri menunggu giliran. Dhanu tak menghiraukan dua teman baiknya yang sedang bercakap cakap dibalik pintu kayu itu, sampai saat mereka menyebut nyebut nama adikknya. Dhanu menghentikan aktivitasnya sejenak, dan mulai menajamkan pendengarannya.
"Kau tau Dimas? Ketika Dhanu demam, dan absen dari latihan, aku melihat adiknya duduk mesra dan makan bersama letnan Yamada siang itu!" ujar Udin kepada temannya dengan berapi-api, seolah baru memenangkan undian berhadiah.
"Ya benar aku juga pernah melihat mereka, tetapi di taman kota sore itu. Dan mereka terlihat sangat dekat seperti... sepasang kekasih? Astaga!" lelaki yang dipanggil 'dimas' itupun menimpali temannya. Bergunjing ria tentang kedekatan adik Dhanu dengan pimpinan mereka. Mereka laki laki, tetapi gemar bergosip.
"Hey kecilkan suaramu!" Bentakan itu sontak menghentikan ochehan dua lelaki yang tengah mengantri untuk mandi itu. Panji memicingkan matanya ke arah bilik, memberi tanda bahwa seseorang yang berada didalam sana adalah Dhanu, kakak dari seorang gadis yang sedang mereka bicarakan.
Dimas dan Udin refleks membekap mulut dengan kedua telapak tangan mereka. Baru menyadari bahwa sedari tadi tak ada lagi suara deburan air, hanya ada bunyi gemericik air mengalir. Mata mereka kian melebar tatakala tubuh tegap Dhanu keluar dari pintu kayu itu. Dengan tatapan setajam elang Jawa yang mampu menguliti siapapun yang dilihatnya.
"Apa yang barusan kalian bicarakan?" tanya Dhanu, matanya tak lepas dari kedua mahkluk di hadapannya ini. Namun senyap, tak ada yang berani menjawab.
"Jawab aku!!" Dhanu mulai meninggikan suaranya, wajahnya pun telah memerah sedari tadi, dengan leher berkedut.
"i...iya kami memang melihat adikmu makan siang dengan Letnan Yamada." Jawab Dimas sedikit gugup, tahu betul bagaimana akibatnya jika ia membuat Dhanu marah karena salah bicara.
Dhanu meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Lelaki itu masih mencerna kata kata temannya barusan. Namun lelaki itu bersumpah, ia sendiri yang akan mencari tau kebenarannya dari mulut kinanti sendiri.
untuk apa Kinanti bertemu dengan atasannya?
🇯🇵🇮🇩
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥
Historical FictionCERITA SEDANG HIATUS Indonesia, 1943 Berwajah datar, dengan hati sekeras baja adalah pesona Nakamura Yamada Hiro. Putra seorang petinggi Dai Nippon yang diutus memimpin pasukan ditanah bekas jajahan Belanda. Hidup keras bukan lagi hal asing baginya...