Kamar Tersembunyi

15 11 0
                                    


Seketika itu juga ketiga pemuda itu merangkak ke luar lewat Terowongan Dua, dan muncul di tempat terbuka di dekat pondok kecil yang dijadikan kantor perusahaan barang bekas itu.

Yuna ada di situ. la sedang mengobrol dengan Jeno, adik Khai yang memiliki kilatan mata ramah.

"Muncul juga kau akhirnya, Kak!" katanya pada Khai. "Ayo, kita harus bergegas. Chief Yujin ingin bicara denganmu. Kau juga, Kak!" katanya pada Joe.

Joe menelan ludah karena kaget. Apa? Chief Yujin ingin bicara dengan dia? Joe merasa tahu apa yang akan dibicarakan nanti. Pasti tentang kejadian kemarin malam!

"Aku juga boleh ikut, Jeno?" tanya Mike. Wajahnya kelihatan bersemangat. "Kami ini kan satu team. Jadi kalau dipanggil, ketiga-tiganya harus datang."

"Aku rasa tidak apa-apa kalau ditambah satu orang lagi," kata Jeno sambil tersenyum. "Ayo cepat, Chief Yujin menunggu di dalam mobil polisi di luar. Kita akan ikut dengannya."

Di luar menunggu sebuah mobil hitam. Chief Yujin, kepala polisi Sungkyunkwan sendiri yang mengemudikan. Wajahnya saat itu sangat serius.

"Bagus, Jeno," katanya pada adik Khai. "Sekarang kita langsung berangkat saja. lngat...anda ini kan orang sini juga. Saya harapkan bantuan dari anda untuk menghadapi wartawan yang datang dari luar, apabila masalah ini... ya, apabila kejadian aneh ini ternyata kemudian menjadi semakin aneh."

"Tentu saya bersedia membantu, Chief," kata Jeno. "Tapi sementara dalam perjalanan ke Shinhwa Mansion, sebaiknya anda dengarkan dulu apa yang dilihat kakak saya beserta temannya kemarin malam di sana."

"Ya, baiklah... coba ceritakan," kata Chief Yujin, sementara mobil mulai meluncur dengan kecepatan tinggi. "Saya sudah mendengarnya dari beberapa orang yang kemarin ada di sana. Tapi sekarang ceritakanlah pengalaman anda."

Secara ringkas Khai menceritakan pengalaman bersama Joe pada malam itu. Chief Yujin mendengarkan sambil menggigit-gigit bibir.

"Ya, persis begitulah laporan orang pada saya," katanya kemudian dengan wajah suram. "Tapi walau begitu banyak saksi mata, saya cenderung mengatakan itu mustahil. Hanya saja...."

Chief Yujin tidak melanjutkan kalimatnya. Jeno, Adik Khai... seorang wartawan yang cekatan, menatap kepala polisi itu dengan tajam.

"Saya mendapat firasat bahwa anda sendiri juga melihat Hantu Bayangan Hitam itu, Chief," katanya pada Chief Yujin. "Oleh sebab itu anda tidak berkeras mengatakan bahwa itu tidak mungkin."

"Memang, betul," Chief Yujin mengeluh. "Saya juga melihatnya. Di pemakaman! Tepatnya di dekat tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang Jaehyun. Dan sementara saya memandangnya, sosok hitam itu terbenam ke dalam tanah tempat makam itu, lalu lenyap!"

Joe, Khai dan Mike mendengarkan dengan penuh minat. Sedang Jeno memandang kepala polisi itu dengan pandangan bertanya.

"Bisakah saya memuat keterangan anda itu, Chief?" tanyanya. Naluri kewartawanannya timbul.

"Tidak! Anda tidak boleh mengutip kata-kata saya itu!" tukas Chief Yujin. "Keterangan saya tadi off the record... tidak untuk diketahui umum! Wah... Saya sampai lupa bahwa kalian bertiga juga ada," katanya sambil memandang ketiga pemuda yang mendengarkan dengan asyik. "Kalian tidak boleh meneruskan cerita saya tadi pada orang lain, mengerti?"

"Baik, Chief," kata Mike.

"Jadi sosok bayangan hitam itu keseluruhannya dilihat oleh... nanti dulu... dua pengemudi mobil di depan restoran, wanita yang menelepon, penjaga malam di gudang, lalu saya serta kedua anak buah saya, kedua pemuda ini..."

"Keseluruhannya sembilan orang, Chief," sela Jeno.

"Sembilan, ditambah keenam orang yang datang malam kemarin untuk melihat-lihat rumah tua itu," kata Chief Yujin. "Keseluruhannya lima belas orang. Lima belas orang saksi yang melihat sosok tubuh yang seperti hantu!"

Misteri Bayangan HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang