Aulia memandang wajah simboknya yang semakin renta, air matanya perlahan menganak sungai "cuma kamu harapan simbok nduk" ujar simboknya sambil menangis. Aulia diam, mengusap air matanya. Perlahan dia mengangguk yang diiringi senyuman simbok dan bapaknya.
***
"Li, kalo suatu saat nanti ada gus besar ngelamar kamu gimana?" ujar Fitri sambil menumpuk ember. "Aku? Dilamar Gus besar? Yo ndak mungkin lah fit, aku ki opo to, cuma gadis desa, nggak bisa apa-apa" Aulia bergegas mengangkat embernya yang berisi cucian. Fitri berjalan mengekor di belakangnya. "Secara ya Li, kamu itu cantik, pinter, akhlakmu bagus, kurang apa lagi coba" Aulia terkekeh mendengar perkataan temannya itu.
"Kamu ini mengada-ada Fit, udah ayo dijemur dulu" ujar Aulia sambil mengulurkan satang - sejenis kayu untuk menaikkan sesuatu ke tempat yang lebih tinggi- kepada Fitri.Priiiiitttt!!!!
"woi bolanya mulai lagi tuh!! " teriak salah satu santriwati yang diikuti gelak tawa santri lain. Ya, seperti biasa ketika jam menunjukkan pukul 14.00 para santri sudah harus bersiap berangkat madrasah sore.
" ayoo, cepat!!! gerbang sudah mau ditutup, ndak usah macak (dandan) segala!!! " ujar seorang perempuan yang menjabat sebagai ketua keamanan pondok pesantren putri itu dengan peluit yang setia menghiasi lengannya. Namanya Rizki Priandini , para santri lebih suka menyebutnya priangan - nama jajanan yang dijual pedagang kaki lima- karna kesan garangnya sebagai keamanan.
"siap kakak" jawab para santri serentak. "garang banget ya Li" ujar sania seraya menenteng kitabnya. Aulia tersenyum yang menampilkan deretan giginya yang putih bersih.
Aulia menempati kamar paling ujung, kamar fatimah - 3. Bersama santri lain yang berasal dari berbagai daerah, dengan sifat yang berbeda-beda, nada bicara yang berbeda pula membuat Aulia belajar memahami orang lain.***
Pemandangan indah dimulai. Beratus ratus santri bergegas menuju madrasah yang berjarak kira-kira 200 meter dari pondok pesantren. "Hari ini pelajaran Gus Fadhil kan Fit?" ujar Aulia. "Aduuuuhh, ketemu lagi" Fitri memandang langit sambil tersenyum. "Awas jalannya nanti kesandung, emang ketemu siapa?" Aulia menatap sahabatnya heran.
"Hehe, pangeran ganteng, super cool pokoknya perfect deh" ujar Fitri seraya menghenyakkan pantatnya di atas kursi setelah mereka sampai di kelas. "Cool apanya, biasa aja juga, galak iya" Aulia mengikuti gerakan Fitri. "Kamu itu yang terlalu cuek, sampai orang cool aja dibilang galak" Fitri menjulurkan lidahnya sambil terkekeh. Aulia hanya ber-oh ria menanggapi Fitri.Lonceng berbunyi tiga kali menandakan jam madrasah sudah masuk. Seorang laki-laki gagah memasuki kelas.
"Qiyaman" Maya memberi aba-aba berdiri. Fitri masih sibuk membenarkan jilbabnya "Liii, lihat deh so perfect, aku jadi makin cinta" sania memeluk lengan Aulia. "ssstt, jangan berisik, ini tangan aku bukan tangan Gus Fadhil, ndak usah dipeluk-peluk" Ujar Aulia hampir berbisik. Aulia menarik tangannya merasa risih. "Eeehh sania Gus Fadhil itu punya aku ndak usah ngayal deh kamu" Fitri menimpali. "Enak aja, sebelum janur kuning melengkung Gus Fadhil masih milik umum" sania menjulurkan lidahnya. "Kata siap..".
"Ada yang memanggil saya? " suara merdu Gus Fadhil seakan menghipnotis dunia. Semua diam tak berani bersuara sedikitpun." sepertinya dari arah pojok depan, benar Aulia? " Aulia yang disebut namanya sontak mengangkat kepala." nn..ndak Gus, ndak ada apa-apa" jawab Aulia gemetar. "Oh iya, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Gus Fadhil membenarkan posisi duduknya. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab semua santri serentak, seraya duduk di kursi masing-masing.***
"Betul ndak Aulia?" Aulia semakin menundukkan kepala menyadari Gus Fadhil berada tepat di depannya. "Kalo aku jadi Aulia ya San, aku nggak bakal menyia-nyiakan kesempatan ini, jarang-jarang loh Gus Fadhil kayak gini" bisik Fitri pada Sania. "Njeh Gus" jawab Aulia mantap.
"Nah kalian sudah sangat faham, menikah adalah syariat yang pertama, sholat belum ada, puasa belum ada zakat belum ada, haji pun belum diperintahkan, pernikahan pertama dilakukan di Surga, pemerannya Nabi Adam dan Dewi Hawa" semua santri mendengarkan dengan seksama. Sesekali Gus Fadhil melirik ke arah Aulia. "Ada yang mau bertanya?" Aulia menyadari tatapan Gus Fadhil mengarah kepadanya, ia kembali menundukkan kepala.
"Gus, nikah itu kan harus ada mas kawin, nah waktu Nabi Adam menikah dengan Dewi Hawa mas kawinnya apa, kan waktu itu belum ada toko mas" tanya salah satu santri. Gus Fadhil bangkit dari duduknya. "Mas kawin ketika Nabi Adam menikah dengan Dewi Hawa berupa sholawat kepada nabi akhir shalallah 'ala muhammad, kira-kira nanti mas kawin apa yang kamu minta Fitri?" Fitri terkejut mendengar namanya disebut Gus Fadhil. "Eemm, sa..saya mau minta, emm bacaan surah Al-Baqarah Gus" ujar Fitri gugup. "kapan selesainya ya San, surah Al-Baqarah kan panjang banget" bisik Aulia sambil terkekeh. "Iya Li, keburu ndak sabar tamunya" jawab Sania. "Memangnya kenapa kamu memilih surah Al-Baqarah?" tanya Gus Fadhil yang membuat Fitri semakin gemetar. " Surah Al-Baqarah kan panjang Gus, jadi Fitri berharap nanti pernikahan Fitri bisa langgeng, dan jadi pernikahan dunia akhirat" terang Fitri. Gus Fadhil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Gus Fadhil melanjutkan mengisahkan pernikahan Nabi Adam dan Dewi Hawa.
Lonceng kembali berbunyi tiga kali menandakan jam madrasah sudah selesai.
"Baiklah, cukup sekian dari saya, kebenaran hanya milik Allah, dan jika ada kesalahan itu murni milik saya, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ujar Gus Fadhil menutup pelajaran. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab semua santri serentak.***
"Lia kamu dapat surat nih" ujar Nabila seraya duduk menjejeri Aulia. "ciieee, dari siapa Bil?" timpal Fitri dan Sania bersamaan. "Ndak tau tuh aku dapet dari mbak Santi tadi ketemu di jalan" ujar Nabila. "Tunggu, Mbak Santi kan orang ndalem, jangan-jangan..." Sania melirik Aulia sambil melempar senyum menggoda. "Udah ah, ndak usah mikir yang nggak-nggak, inget tujuan kamu apa kesini" jawab Aulia seraya menaruh surat tadi ke lokernya. "Hehe, nyari ilmu, kalo kamu apa Li?" ujar Sania sambil merebahkan tubuhnya di atas karpet. Aulia dan Nabila mengikuti gerakannya. "Yo jelas nyari ilmu to" jawab Aulia. Keheningan sejenak hinggap diantara mereka. "Aku jadi inget apa kata simbok, 'cuma kamu harapan simbok nduk' hhh jadi kangen simbok" Aulia melayangkan pandandannya ke langit-langit. Ingatan mereka melayang. Membayangkan segala apa yang dirindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Imam Rahasiaku
RandomPernah aku tak menghiraukanmu.. Namun aku sadar.. Itu adalah kebodohan terbesar yang pernah kulakukan Jika aku mengatakan aku mencintaimu, apakah kau percaya? Lia