Kantor,
Alex memboyong naurah ke kantornya. Alih alih mencegah agar dia tidak memasuki semua ruangan dirumahnya
"Bekerjalah disini, kau bisa membantuku mencatat ulang sceduleku. sekretaris lamaku kurang cekatan"
"Cuih, setinggi apapun jabatan yang kau berikan, aku tetap tidak akan tunduk padamu"
Alex berderap cepat dan mencekik leher wanita mungil itu,
"Berani sekali kau mengotori karpet mahalku, aku bisa saja mencabik cabik bibir seksimu itu, jadi bersikaplah sopan selama kau masih dalam kendaliku" penuh penekanan
Dengan susah payah naurah mengatakan, "Aku bukan bonekamu, bedebah"
Alex melepas cekeramannya, naurah hampir kehilangan nafas
"Belum pernah aku melihat seorang wanita pun berani melawanku, tapi kau hanya seorang gadis kecil, ch"
"Gadis kecil? kurasa usia kita hampir sama, jadi jangan merasa kau paling tua dan ingin dihormati"
"Ch, omong kosong"
Selama satu detik, warna mata naurah berubah
Begitupun dengan alex, tatapannya berubah
Eomma,
aku merindukan pelukanmu, cepatlah kembali; jon sae ra sangat merindukanmu"
Eomma
Eomma
Eomma
Eo,
Ma—
Naurah terkejut dengan mimpinya sendiri. bahkan dia sampai gelagapan dan berkeringat
"Mimpi buruk?"
Untuk kedua kalinya dia kembali terkejut, melihat alex berbaring santai di sampingnya
"Kau? apa yang kau lakukan disini?"
"Aku? hanya menemanimu-memiringkan posisinya-kau tertidur selama dua hari, setelah hari pertama dikantor, kau tiba tiba rubuh"
Naurah memicingkan mata
"Apa yang dia bicarakan?-melotot-apa dia baru saja, memanfaatkan keadaanku?""Kau pikir aku pria seperti itu? aku tidak akan meniduri gadis yang tidak sadarkan diri. kau tahu?-mendekat-rasanya akan lebih nikmat jika dilakukan dalam keadaan sama sama sadar" beranjak
"Ch, dasar brengsek. lalu kenapa kau tidak memakai bajumu?"
"Karena aku terbiasa tidur seperti ini. jangan karena kau cantik kau bisa terlampau percaya diri, lagipula aku hanya sedikit mengecupmu"
"APA KATAMU?"
"Apa? memangnya aku mengatakan apa?"
"Kau benar benar pria brengsek" naurah turun dari ranjang dan memukuli pria besar itu
"Dasar kau kurang ajar! beraninya kau menciumku—"