45

15.2K 906 94
                                    


Heyoo!!

Kembali lagi di cerita ini muehehe.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

Stay safe ya, walau udah new normal harus tetep menjalankan protokol kesehatan.

Jangan lupa juga untuk selalu tersenyum, karena senyum mu menjadi penyemangat doi eakkk😌😂

Sorry for typo karena gatau knp jari aku dan keyboard kadang" musuhan jadinya banyak typo:')

Enjoy!!

"Karena ini cuma mimpi, jadi lu gak bisa ikut hehe"

____Part Sebelumnya____

😛😛😛

"Canda deng" lanjut Farrel saat melihat raut wajah Dara yang berubah lesu.

"Farrel nyebelin" ucap Dara sambil memukul pelan lengan Farrel.

Dara menatap Farrel dalam-dalam, membuat yang di tatapnya mengernyitkan  keningnya heran.

"Ngeliatin gua sampai segitunya, gua tau gua ganteng" celetuk Farrel dengan gaya percaya dirinya.

"Maafin Dara ya Farrel" ucap Dara sambil menubruk tubuh Farrel erat.

Dara memeluk erat tubuh tegap Farrel, air matanya kembali menetes membasahi pipinya membuat Farrel menghembuskan napasnya kasar.

Biasa drama wanita, selalu menangis agar laki-laki tak sampai hati.

Farrel mengelus pundak Dara, membiarkan wanitanya menangis. Meluapkan semua beban dan perasaan yang di pendam selama ini.

Dara menangis sejadinya, meremas jaket yang Farrel kenakan untuk menyalurkan rasa sakit hatinya. Ia merasa menjadi wanita yang tidak tau diri.

Dimana Farrel susah payah dan rela berkorban, melakukan segala cara agar dirinya dapat melanjutkan apa yang sempat tertunda. Melakukan segala cara agar dirinya bahagia, namun lihat apa balasan yang ia lakukan.

Ia bahkan menjalin hubungan dengan Fadel yang notabennya adalah kakak Farrel. Dan dengan bodohnya lagi ia melakukannya secara terang-terangan di depan Farrel yang selama ini sedang bersusah payah untuk memantaskan diri.

Disini dirinyalah yang tak pantas untuk Farrel, Dara malu, Dara bahkan tak berani menatap mata Farrel terlalu lama.

Hal buruk yang di lakukan Farrel di masa lalu ternyata ada alasannya, dan lebih menyakitkan lagi di atas semua itu dirinyalah menjadi prioritas Farrel. Farrel bahkan masih memikirkan rencana kedepan untuk dirinya saat laki-laki itu hampir meregang nyawa karena obat terlarang itu.

Dara merasa menjadi pasangan yang buruk untuk Farrel, dari dulu sampai kini ia bahkan tak pernah mengerti bagaimana cara berpikir Farrel. Farrel melakukan semuanya dengan cara dan pemikirannya sendiri, laki-laki itu bahkan tak sekali pun melontarkan keluh kesahnya. Memendam sendiri dan menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Ia bahkan tidak mengetahui lebih jauh tentang Farrel, ia terlalu sibuk memikirkan rasa sakitnya tanpa memikirkan apa saja yang Farrel lalui selama ini. Ia selalu ber-prasangka buruk, seolah-olah dirinyalah yang paling terluka tapi tak pernah memikirkan luka apa saja yang Farrel alami.

Farrel mengernyitkan keningnya saat tangisan Dara makin kencang membuat ia menatap ke arah sekitarnya.  Ia tak mau di sangka macam-macam sampai membuat anak orang menangis begini kencangnya.

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang