13 • idaman

364 54 6
                                    

"So? Gimana keputusannya kak?"

"Sudah diputusin kalau saya bakal skip reuni karena banyak kerjaan."

"OSIS angkatan tahun ini udah siap banget mau bantuin kita reuni, lagipula kan hari Sabtu." Suara Randall terdengar lesu dari seberang telepon, "lokasinya masih di sekolah kita yang lama."

"Mereka masih bisa adain acaranya tanpa saya kok." Ujar Gian sambil menghela nafas, "lagian disana yang disambut pasti anak dari lulusan Universitas besar. Kayak kamu gitu contohnya."

"Yes, but they told the photography club and expecting you to come along with us, karena lo dulu bener-bener buat nama ekskul bagus meskipun jadi model doang, kak." Randall terkekeh pelan, "Like mereka mau tau siapa orang yang fotonya terpampang jelas di tembok ruang ekskul."

"Kenapa ada foto saya yang itu sih?" Gian dengan pelan memijat dahinya, "masih enggak habis pikir kenapa mereka pajang fotonya."

"Because you're stunning?"

"Randall, bisa enggak skip pake english dulu? Saya paham kamu lulus di luar tapi plis deh, kamu bicara sama orang lokal."

Gelak tawa Randall semakin nyaring, "maaf. Tapi bakal dateng kan kak?"

"Lihat keadaan aja, niatnya mau habisin waktu bareng Azkia ke rumah keluarga besar di Yogyakarta."

"Kalau mau ajak Azkia, boleh aja. In case, kalau mau ajak Ma-"

"Sebentar, lupa anak saya belum dikasih makan, bye-bye ~" ujar Gian sambil menutup telepon dengan gusar. Ia paling malas kalau ada saja yang mau ikut campur dengan urusan pribadi.

Sampai tidak sadar kalau anaknya dan tetangganya masih bermain Monopoli di ruang tamu sambil memperhatikan dirinya merengut.

"Ayah tadi telepon.. Mister.. Randall..?" tanya Azkia dengan wajah yang pucat.

"Bukan gitu maksudnya," Gian segera duduk di sebelahnya, "kan kemarin ayah bilang ada ajakan reuni."

"JANGAN BILANG DIA TEMEN AYAH?"

"Lebih ke.. adik kelas sih."

"Jadi dia itu adik kelasnya ayah?" Azkia membanting uangnya ke meja, "kemarin ayah bilang engga ada rahasia? Kok sekarang jadi gini?"

"Lho kamu sewot nak?" Gian mencubit pipi anaknya keras-keras, "ini urusan orang tua ya sayang, pokoknya ayah enggak bakal ikut reuni."

"Ikut ayah ikut! Aku mau liat temen-temen ayaaah!"

"Kalau ayah bilang enggak ya eng-"

Terdengar suara ketukan pelan dari arah pintu yang membuat Gian seketika terdiam. Ia beranjak dari sofa dan pergi ke luar, meninggalkan kedua anak laki-laki itu kebingungan.

"Kata kamu itu siapa yang dateng?" tanya Azkia.

Langit menggelengkan kepalanya, "kurir paket kali? bisa aja om mesen barang online kan?"

"Iya juga sih ya? Aku kira ayah order makanan gitu, atau enggak bang Juan dateng."

Seketika Langit ingat dengan Juan yang selalu mendobrak pintu kamar jika datang berkunjung. Semua pintu ia hajar dengan semangat, tanpa melihat di dalam ada orang atau tidak.

"Yakin banget bang Juan? Mana mungkin dia ngetuk pintu halus kayak gitu." dengus Langit.

Meskipun tidak paham dengan apa yang Langit bicarakan, Azkia masih mengangguk setuju. "Bang Juan kan, emang enggak punya adab."

Keduanya kembali fokus membereskan Monopoli tanpa sadar ada seseorang berjalan pelan-pelan ke arah mereka.

"Hai anak-anak! Devan ganteng membawa hadiah bagi kalian semua!"

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang