p r e f e r s .

4 0 0
                                    



"Untuk sekarang, kamu itu yang terpenting untukku."

"Untuk sekarang?"

"Iya, untuk sekarang."

.
Summer

Musim dingin. Great. Pagi ini aku bangun dengan rasa kesal yang tak terbendung. Kenapa sih, musim dingin harus datang nya sekarang banget? Bahkan kalau bisa, tidak usah ada musim dingin saja sekalian. Jauh lebih baik.

Iya, aku sangaaat benci dengan yang namanya dingin. Mau itu es, minuman dingin, atau AC sekalipun yang harusnya dipuja-puja saat musim panas.. semuanya kubenci. Aku lebih baik mati kepanasan daripada harus mandi dengan air dingin sekali saja.

Aku mencoba mengedipkan mata ku beberapa kali, karena sepertinya mata ku masih menyatu akibat kotoran mata yang begitu banyak. Oh iya.. sekedar informasi tambahan, aku daritadi juga masih rebahan.

.

Setelah satu jam rebahan, akhirnya aku menguatkan mata ku dan memberanikan diri untuk melihat jam dinding kamarku.

Pukul 08.00.

Mungkin sekarang sudah waktunya untuk aku panik, dan mulai menyumpah-nyumpahi alarm ku yang ternyata tadi malam lupa ku nyalakan. Oh, shit. Bahkan untuk sekedar kesal saja, aku sedang tidak punya tenaganya.

"Ya Tuhann.. Mau mati aja rasanyaa.."

Kalau pagi ku saja sudah seperti ini, bagaimana siang nanti yaa.. dan sore nanti.. dan malam nanti juga.. ah- memikirkannya saja sudah membuat aku semakin ingin menyatu dengan kasur.

Ini lah alasanku kenapa begitu membenci musim dingin. Karena saat musim dingin, semua hal di hidupku pasti kacau balau.

I really do despise winter, a lot.

.

Winter.

Hari ini hari pertama gua masuk sekolah setelah sekian lama diliburin akibat penyakit gua. Gua diliburin selama 2 minggu, dan jujur untuk menginjakkan kaki di sekolah aja rasanya sangat memalukan.

Kenapa?

Karena alasan absen gua. Iya, memang gua absen karena lagi sakit, tapi penyakit gua bukan lah sesuatu yang mematikan atau gimana-gimana. Gua absen karena jempol kaki kiri gua yang 'kemasukkan' serpihan kayu, dan mengakibatkan jempol kaki gua jadi jadi sebesar biji salak. Iya, se memalukan itu. Makanya gua memutuskan untuk absen aja, daripada di tanya-tanya sama anak sekolah semua.

"Woii!"

Nah, baru masuk gerbang sekolah aja udah ada yang manggil.

"Gimana keadaan loo? Enak bangeet ye absen nya ampe 2 minggu,"

Ini namanya Gilang. Dia temen gua semenjak SD, dan sampai SMA sekarang. Kita masih sedekat dulu. Bahkan bisa dibilang, makin dekat. Dia ini satu-satunya temen gua yang bisa gua percayain tentang berita kehidupan gua.

"Berisik, Lang."

"Eh elah loo, siapa juga sih yang mau liatin!"

"Semua orang bego, udah lah ayo masuk kelas."

Dengan rasa malu, akhirnya gua narik Gilang masuk ke kelas pertama kita.

Haduh, hari ini panas banget sih.

Itu yang gua sadarin, setelah beberapa menit menginjakkan kaki di sekolah ini lagi. Padahal ini udah musim dingin. Tapi menurut gua masih kurang dingin. Inimah belum ada apa-apa nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seventh shots.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang