.
Kicauan burung terdengar merdu pagi ini, namun itu tak mengusik Bang Chan maupun Minho yang masih sibuk dalam dunia mimpi mereka.
Terlalu asyik hingga tanpa sadar, yang lebih tua mengeratkan dekapannya di pinggang yang lebih muda.
Sedangkan yang lebih muda semakin menyamankan diri dalam dekapan yang lebih tua.
Ah, indahnya.
Hingga suara jam digital di atas nakas terdengar mengusik dan menarik mereka dari mimpi. Mau tidak mau, Bang Chan membuka mata dan mematikan alarm.
"Hm ... jam 7 pagi."
Setelah membiasakan mata dengan cahaya yang samar menyusup ke dalam kamar, Bang Chan berkedip sejenak.
Maniknya menatap Minho yang bergelung layaknya kucing di dekapannya.
"Morning, kitten. Gak mau bangun?"
Gelengan ia dapatkan, Minho semakin menduselkan kepalanya di dada Bang Chan.
Kebiasaan Minho setiap tidak ingin bangun, menduselkan kepala pada bantal, guling, atau plushie yang ada di dekatnya.
"Okay, tapi lepas dulu ya. Aku mau mandi, habis itu aku bikinin sarapan."
Lagi, gelengan ia dapatkan.
Minho memang tidak membuka matanya, tapi telinganya mendengarkan apa yang Bang Chan katakan.
"Kalau gitu, mandi bersama saja sekali─ADUH!"
Bang Chan mengaduh keras ketika Minho mencubit perutnya. Salah sendiri berbicara aneh-aneh.
"Diam!"
Bang Chan terkekeh, lalu berujar, "serius gak mau mandi bersama?"
"Serius."
"Okay, tapi lepas dulu. Kamu dusel-dusel begini aku mandinya gimana, sayang?"
Sontak saja Minho menjauhkan dirinya dari Bang Chan dan berbalik memunggungi yang lebih tua.
Takut kalau wajah meronanya terlihat oleh suami.
"Ngambek?"
"Enggak."
"Trus kenapa munggungin aku?"
"Sana mandi! Katanya mau mandi," ujar Minho sambil mengibaskan tangannya.
Ceritanya mengusir.
Bang Chan hanya terkekeh dan beranjak menuju kamar mandi di dalam kamar mereka. Menyisakan Minho yang bernafas lega di atas ranjang.
"Gila, kalau begini terus nanti aku makin gila."
"Kamu kenapa, Minho?"
Minho hampir melempar bantal jika ia tidak sadar kalau itu suara suaminya yang berdiri di dekat pintu kamar mandi.
"Bukan apa-apa, Kak Chan kenapa belum mandi?"
"Lupa handuk, sayang. Nanti, sarapannya aku yang buatkan saja." Bang Chan berujar sambil menunjukkan handuk putih di tangannya.
"Bukannya harusnya aku yang masak?""Kamu masak buat makan malam, pagi ini biar aku yang masak."
Sebelum Minho sempat menjawab, Bang Chan telah masuk kembali ke kamar mandi.
Setelah semuanya selesai mandi dan bersiap, kini mereka tengah berada di dapur. Dengan Minho yang mengamati Bang Chan dari meja makan.
Bayangkan melihat seorang pemuda dewasa dengan setelan kantoran tengah memasak menu sarapan.
Wow, bukan?
Sudah, jangan dibayangkan lagi. Berat, biar Minho saja yang merasakannya.
"Sandwich and smoothie, its okay for you?"
"Sure."
Tidak lama, dua piring berisi sandwich berbeda isian dan dua gelas smoothie tersaji. Mereka sarapan dengan tenang sambil sesekali Bang Chan akan melemparkan candaan pada Minho.
Yang kalian tahu sendiri seperti apa.
"Aku berangkat, Minho. Hati-hati di rumah."
Bang Chan menyampirkan jas di lengan, kemudian melangkahkan tungkainya menuju pintu utama.
Hingga suara Minho membuatnya terhenti.
"Ada ap─chu."
Sebuah kecupan di bibir yang lebih tua disematkan oleh Minho.
"Kak Chan hati-hati di jalan, nanti makan siangnya aku anterin ke kantor."
Kalau begini, rasanya Bang Chan benar-benar bahagia dan tidak salah mengambil keputusan menikahi Minho.
.
Halo, ketemu lagi sama aku. Semoga tidak bosen, ya.
Honestly, ini book bxb pertama aku yg pake bahasa semi baku. Jadi, maklum ya kalau bahasanya masih agak acak-acakan karena udah lama juga gak nulis au bxb model begini.
Terimakasih, semoga suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞•
Historia Corta-', 𝙗𝙖𝙣𝙜 𝙘𝙝𝙖𝙣 𝙭 𝙡𝙚𝙚 𝙢𝙞𝙣𝙝𝙤 ꒱↷🖇 • Bang Chan yang ditinggalkan mempelainya saat pernikahan secara tiba-tiba menarik Minho menuju ke altar. "Aku minta kau untuk menjadi mempelaiku, Minho. Untuk sekarang, utamakan pemberkatan ini." • 📍...