Chapter 3 : Lily of The Valley

71 9 21
                                    

Selesai.

Tugas yang diberikan Ms. Rose supaya beliau memaafkanku adalah mengganti bunga segar meja kerjanya di ruang pengajar sepulang sekolah selama tiga hari. Periwinkle putih, huh? Segaris senyum terbentuk di bibirku. Ms. Rose mungkin mengerti maknanya. Atau tidak? Haha.

Sudahlah, aku akan pulang setelah melapor pada Ms. Rose di kelas kami.

Aku melangkah gontai.

Suara langkahku menggema, meninggalkan suara klak-klak keras, menandakan hanya ada diriku di gedung sekolah senja ini. Sendiri membuatku teringat sesuatu. Tadi saat jam istirahat kedua Miya dan Sheera menceritakan padaku tentang rumor sosok yang tinggal di kelas kami. Kata mereka ini adalah kisah yang diwariskan senior mereka di SMP yang melanjutkan sekolah di Reguetta High. Fuuh, bukannya tidak percaya sih, tapi yang seperti itu hanya halusinasi. Ya, pasti hanya ha-lu-si-na-si!

Klik.
Kulihat Ms. Rose ada di dalam. Beliau menghadap ke jendela. Mungkin memandangi klub futsal yang latihan tak kenal waktu.

Aku memasuki ruang kelas dan berujar, "Ms. Rose, white periwinkle sudah di meja,"

Kuambil tasku dari atas bangku, "Saya akan pulang sekarang, sudah hampir gelap. Ms. juga berhati-hati di jalan."

Aku menunduk setengah badan, memberikan penghormatan tapi Ms. Rose tidak juga menoleh.

Aku keluar dari kelas dan berjalan menuju lobby untuk absen melalui mesin check clock yang diaktifkan sejak tadi siang untuk siswa baru kelas X. Tapi tidak kusangka senja di Reguetta High memberi kesan mencekam. Kukira senja disini akan tampak indah dan romantis.

Ini sudah sangat sore. Bahkan matahari sudah tinggal setengah di ufuk barat. Tampak jelas dari lapangan depan Reguetta High. Audrey pasti sudah menunggu di rumah. Mungkin ia akan mengomeliku karena pulang terlalu sore dan tidak mengabari. Anak itu, dia memiliki sifat yang benar-benar berlawanan dengan Bibi dan Paman yang benar-benar careless. Dari mana ia mendapatkan aura keibuan itu sebenarnya, ini membuatku ingin tertawa. Haha.

"Viona!"

Suara Ms. Rose membuatku menoleh. Beliau tampak setengah berlari menghampiriku.

"Bagaimana bunga di meja Ibu?"

Kutatap matanya tidak percaya. Bukankah tadi kita sudah bertemu di ruang kelas? Apa beliau terlalu fokus memandangi tim futsal? Tidak mungkin. Ketika aku lewat sini tadi tidak ada siapapun. Sekarangpun hanya kami berdua. Mungkin tadi beliau melamun di kelas jadi tak mendengarkan ucapanku. Itu alasan paling masuk akal yang bisa kupikirkan.

"Sudah Ms. Rose," kusampaikan dengan senyum, "tapi bukankah tadi kita sudah bertemu di kelas? Ms. Rose sedang melihat ke arah lapangan dari jendela tadi, jadi ada kemungkinan anda tidak menyadari kehadiran saya,"

"Mm, itu aneh. Saya tidak pergi ke kelas sore ini, saya di toilet guru dan langsung kemari,"

Ah, oke. Sepertinya kisah Sheera dan Miya memang benar. Sosok penghuni kelas itu memang benar-benar ada. Sekarang aku tidak akan pulang terlalu sore lagi. Jika terpaksa pun aku akan membawa semua barangku supaya bisa langsung pulang.

"Oh, mungkin tadi saya salah melihat orang lain sebagai anda, Miss. Maafkan saya,"

"Tak apa, Viona. Okay, I'll go first,"

"Please be careful, Miss," aku menunduk setengah badan dan mempercepat langkahku. Reguetta High benar-benar memiliki sosok penunggu di kelasku. Mungkin aku akan bercerita pada Miya dan Sheera besok.

x+x

"Far!"

Sudah kuduga. Audrey menghampiriku dengan raut mukanya yang penuh kekhawatiran. Ia mengajakku masuk tanpa bertanya apapun. Gadis yang peka dan pengertian. Aku bilang padanya akan menceritakan semua nanti malam. Aku segera masuk kamar dan mandi. Aku ingin berendam. Pasti melegakan dan menenangkan.

The Evening PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang