Pembalasan untuk Mantan

14 1 0
                                    

⚠️ 21++ ⚠️

PEMBALASAN UNTUK MANTAN
By Sadaam North

Masih kuperhatikan sepasang kekasih di sana yang menikmati seblak dalam satu mangkuk. Tak tahan untuk melihat itu, kukepalkan tangan lalu melampiaskan lewat tinju pada tiang listrik di sampingku. Kesal. Mantan kekasih yang dulu berkhianat, tengah bermesraan dengan pria lain di ujung sana.

Tak berselang lama, sepasang kekasih itu pergi dengan tawa canda yang mengiringi setiap obrolan mereka. Si pria sesekali mengelus surai hitam wanitanya, mengecup kening, dan pipi, lalu merangkul mesra pinggang kekasihnya.

Kuikuti setiap langkah mereka hingga berakhir di rumah Sarah—mantan kekasihku. Kemudian, mengamati mereka dari balik semak belukar di taman rumahnya. Terlihat mereka tengah berbincang mesra saling melempar senyum sayang.

Setelah pria pamit pergi, dengan cepat kuhampiri Sarah lalu menyeretnya masuk ke gudang tua yang berada dekat rumahnya. Syukur, tak ada yang memergoki perbuatanku ini.

Kuseret ia hingga tubuh langsing itu terbentur tembok, lalu menyumpal mulutnya dengan sapu tangan agar suaranya tak terdengar hingga ke luar gudang. Tak lupa kuikat kedua tangan dan kakinya agar dia diam tak bergerak.

Kubelai lembut wajah ayu mantan kekasih yang sering membuatku tak puas dengan hanya menatapnya sekali. Bibir ranumnya pun tak luput dari belaianku. Kualihkan tatapan pada matanya legamnya, ia menatapku takut bukan tatapan sayang penuh cinta seperti dulu. Tanpa menghiraukan tatapan itu, kuraih silet yang berada di saku celana. Silet yang sengaja kubeli tadi dengan niatan untuk mencukur jenggot. Namun, niatku urung saat melihat ia tengah bermesraan di warung seblak.

Kumulai goreskan silet pada kening yang sudah terjamah oleh bibir kekasihnya, menggoreskannya dengan perlahan dan panjang, darah kental mengucur dari sana. Seketika jeritan tertahan terdengar samar dari bibir ranumnya. Sekarang giliran menelusuri lekuk pipi yang selalu dielus mesra oleh kekasih barunya. Kini wajah ayu yang selalu ia poles sedemikian rupa, terlihat semakin ayu dengan cairan merah yang terus mengalir dari pipinya.

Tatapanku teralihkan pada sebuah kapak tumpul dan berkarat milik Pak Anam—tetangga Sarah. Kapak yang cocok digunakan untuk meluluhkan kaki mulus yang selalu ia pamerkan. Ayunan kuat pada kapak kudaratkan pada paha kanan yang berhasil mencetak luka lebar di sana. Jeritan memilukan diiringi deras air mata turun menelusuri pipi rusak itu.

Ah, sial! Mulut yang tersumpal itu akhirnya bisa membuka suara. Sumpah serapah serta rintihan sakit ia keluarkan. Takut akan ketahuan, kuraih tas jinjing yang selalu dibawanya, menyumpal mulut itu hingga penuh. Sekali lagi, kapak kuarahkan pada kepala hingga isi kepalanya berceceran keluar. Terpencar ke sana kemari, bahkan ke wajah tampanku ini.

Sayang sekali, aku belum puas memberikan pelajaran. Namun, dengan cepat jiwanya pergi meninggalkan raga. Tak mengapa pelajaran ini masih bisa dilanjutkan, 'kan?

Jangkar perahu di sudut gudang tua yang kutahu sering digunakan oleh juragan ikan—Pak Seno, kuseret mendekat lalu mengarahkan pada area perut dan pinggang, tempat bersandar lengan kekasih barunya. Dengan satu tarikan, perut rata itu pun terkoyak. Kutarik satu per satu isi perutnya hingga terburai keluar. Dari hati, ginjal, lambung, dan juga usus.

Kuseret jasad Sarah menggunakan jangkar agar kemudian bisa kupotong untuk dijual di pasar. Kulit wajahnya, akan diawetkan dan dijadikan topeng hias di dinding kamar. Terkhusus untuk mata, usus, dan juga jari dicampur bersama kuah seblak kemudian kukirimkan pada kekasihnya itu.

___________________T∆M∆T___________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pembalasan untuk MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang