Part 14

8.2K 565 6
                                    

Yuuuhuuuu gaes, , , 

Pak Dokter dan buntutnya kembali hadir lagi menemani malam sabtu kalian.

Happy Reading,

Sepanjang perjalanan diisi oleh celotehan Vano yang duduk dipangkuan Keira. Sedangkan Reihan hanya menanggapi ketika ditanya oleh Vano, selebihnya dia hanya menyaksikan interaksi antara Keira dan anaknya itu dengan sesekali menoleh karena dirinya sedang focus menyetir mobil. Tak lupa, senyum yang terus tersungging di bibirnya. Sejak nasihat mamanya tentang membuka hati, Reihan bertekad pada dirinya sendiri untuk membuang semua ketakutan dalam dirinya sendiri. Tidak ada salahnya memang demi kebahagiaan putra tercintanya.

Sedangkan Keira mencoba untuk bersikap biasa saja dengan terus menanggapi ocehan Vano. Sungguh rasanya dia ingin keluar saja dari mobil itu, apalagi dari tadi Keira melihat Reihan yang terus tersenyum. Reihan yang dingin saja mampu membuatnya berdebar apalagi yang ramah dengan senyum yang terus terukir dibibirnya. Keira berdebar dibuatnya dan semakin gugup saja.

Tak terasa mereka telah sampai disebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Setelah memarkirkan mobilnya, Reihan keluar dan membukakan pintu penumpang untuk Keira dan Vano. Reihan mengambil alih Vano kegendongannya. Keira keluar dan mengikuti Reihan dengan Vano yang sudah berjalan di depannya.

"Ayo, , , kenapa kamu berjalan di belakang?" tanya Reihan menoleh kebelakang karena tak mendapati Keira disampingnya. Keira merasa tak enak bila harus berjalan disamping Reihan. Keira takut Reihan tak nyaman jalan bersisian dengannya, apalagi banyak yang memandang mereka sejak keluar dari mobil tadi.

"Kamu malu jalan dengan saya dan Vano?" tanya Reihan lagi yang tak mendapat respon dari Keira.

"Ehhhh. . . bu-bukan gitu mas. Justru saya yang takut mas malu karena jalan sama saya." Ucap Keira gugup dan tak enak setelah mendengar perkataan Reihan.

Reihan yang mendengar panggilan Keira kepadanya terdiam sejenak. Seperti ada sesuatu yang aneh dengan dirinya setelah mendengar panggilan Keira barusan. "Mas?" Reihan memastikan pendengarannya.

"Ehhhhh. . ." kaget Keira karena dia juga tidak sadar sudah memanggil Reihan dengan sebutan itu. "Maaf, gak boleh ya? Soalnya kalau panggil nama langsung saya gak enak." Jelas Keira dengan menunduk.

"Tidak masalah, saya suka panggilanmu. Ayok," ajak Reihan kemudian mengandeng tangan Keira tanpa permisi. Keira yang digandeng dengan tiba-tiba hanya terdiam dan mengikuti langkah kaki Reihan. Sedangkan Vano hanya tersenyum senang melihat daddy dan tante kesayangannya itu.

Mereka tiba dilantai khusus penjual makanan. Reihan mengajak Keira dan Vano untuk makan di salah satu restoran yang terkenal di mall tersebut.

"Selamat datang di restoran kami." Sapa pelayan restoran dengan ramah dan sopan. "Untuk berapa orang pak?" tanya pelayan tadi kepada Reihan.

"Untuk tiga orang." jawab Reihan.

"Baik mari ikuti saya pak." Ujar pelayan tadi menuju salah satu meja yang kosong.

Setelah Reihan, Keira, dan Vano duduk, pelayan tadi kembali menanyakan makanan apa yang akan mereka pesan.

"Mau pesan apa pak? Bu?" tanya pelayan tadi.

"Vano mau makan apa?" tanya Keira kepada Vano yang duduk disampingnya, sedangkan Reihan duduk diseberang mereka.

"Mau ayam goleng ante. Cama es klim cama pudding." Ujar Vano pada Keira.

"Ayam goreng satu, ikan bakarnya satu, pudding satu, es krim satu, sama lemon tea hangat satu." Ujar Keira pada pelayan. "Mas mau pesan apa?" tanya Keira kepada Reihan yang masih diam saja mengamati dirinya dan juga Vano.

TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang