ZK : 8. Teman

12 6 0
                                    

"Diem! Ikut gue!"

Aika menyentak dengan keras tangan laki-laki yang menyeretnya, setelah terlepas ia memegangi pergelangan tangan yang terasa panas. Bayangkan saja jika tangan seorang perempuan yang halus harus dicengkeram kuat dan ditarik sejauh 100 meter? Bahkan kantin saja sudah terlewati, kini Aika semakin marah karena laki-laki otoriter itu membawanya ke ruang osis.

"Apa-apan sih lo?"

Rio, ketua osis yang bijak, keren dan pandai membuat strategi. Karena pandai berstrategi itulah dimanfaatkanya dalam lomba balap motor maupun mobil illegal, walau bolak balik tertangkap pihak berwajib Rio selalu bisa pulang dengan selamat karena status ayahnya yang seorang Jenderal. Aika sangat muak dengan anak-anak yang melakukan kesalahan namun selalu dibenarkan oleh orang tuanya, namun kembali ia berpikir bahwa semua laki-laki adalah sama.

"Gue udah urus mantan temen-temen lo!" kata Rio setelah beberapa menit mendiamkan Aika duduk disalah satu kursi pengurus osis untuk mengambil kotak P3K.

"Gue gak butuh!" Aika menepis tangan Rio yang ingin mengobati luka di pergelangan tangannya.

"Gue minta maaf udah bikin tangan lo sakit, sekarang izinin gue buat obati," ucap Rio setelah menghela nafas berat. Aika tak menghiraukan raut bersalah Rio, ia beranjak kembali dari duduknya lalu dengan langkah lebar menuju pintu keluar. Lagi Rio menyeret Aika dan kembali mendudukkan gadis itu di sofa, sedangkan Rio duduk di meja tepat di depan Aika tak lupa pemuda itu juga mengunci pergerakan Aika dengan menjepit kaki sikeras kepala didalam kungkungan kaki Rio.

Aika memberontak namun dikira akan percuma gadis itu berhenti memberontak, jika dibanding Steven dan Billy memang Rio yang paling susah dihindari. Andai saja Aika tak mempunyai dendam tersendiri kepada kaum Adam, sudah dipastikan ia akan jatuh hati pada cara Rio memperlakukannya. Laki-laki itu yang paling dewasa menurutnya, namun justru Rio juga yang paling nekat dan sangat susah dibilangi. Saat dekat dengan Rio, Aika bisa sangat merasakan jika laki-laki itu mempunyai rasa yang lebih dari sekadar rasa suka. Sebenarnya Aika merasa nyaman, bukan karena ada rasa lebih, tapi bersama Rio gadis itu bisa merasakan suatu perhatian. Namun dilain itu Aika juga tak menyukai cara Rio yang posesif terhadapnya. buktinya saja saat ia berbicara pada Billy, Rio sudah menyeret Aika hingga ke ruang osis ini. Kembali Aika menepis pikiran yang ada diotaknya mengenai Rio, dia selalu meyakinkan bahwa hidupnya tak perlu orang seperti Steven. Billy dan Rio sekalipun.

Aika melihat pemuda keren di depannya, telaten sekali pengobati pergelangan tangannya bahkan Rio juga meniup tangannya agar rasa sakit itu tak kentara.

"Temen-temen lo gak akan berani deketin lo lagi," ucap Rio saat selesai mengobati Aika. Aika yang fokus kepada tangannya kembali mendongak untuk melihat Rio tepat dimata, gadis itu mendengus sinis.

"Gue udah bilang, gue gak butuh bantuan lo!"

"Gue yang mau bukan untuk permintaan lo."

Aika tak habis pikir terhadap orang yang ada di depannya, harus dengan cara apa ia mengusir Rio pada kehidupannya? Sudah sangat banyak Rio mencampuri urusannya, Aika tak suka privasinya diganggu.

"Awas! Gue mau balik ke kelas," Aika kembali memberontak dan kali ini Rio tak menahannya lagi. Aika berjalan keluar dari ruang osis, Rio mengikutinya lalu mengacak rambuk Aika dan tersenyum manis saat gadis itu berbalik badan untuk menutup pintu. Jika Aika gadis normal maka ia akan menjerit histeris, tapi sayangnya pesona Rio tak mampu mengalahkan rasa dendam Aika pada kaum Adam.

"Gak usah sok manis," Aika meninggalkan Rio yang masih memperhatikan gadis pujaannya berjalan menjauh, lalu Aika kembali membalik badan sekilas "Gue juga gak butuh itu!"

Rio? Hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Aika yang menurutnya sangat menghibur.

"Gue yang mau."

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang