ZK : 14. Keturunan?

10 6 0
                                    

Kini Asya kembali memakaikan kerudungnya pada Aika, setelah sholat dzuhur keduanya masih tetap di dalam mushola dengan Asya yang setia membenahi penampilan Aika.

"Sudah selesai, kamu benar luar biasa."

"Kamu juga cantik, Asya."

"Kamu akan lebih cantik dengan gamis panjang milikku," Asya kembali antusias bagai memiliki anak yang secantik Aika.

"Boleh aku pinjam? Setidaknya sampai aku beli sendiri nanti," mata Aika terlihat berbinar.

"Tentu boleh," jawab Asya dengan lembut dan meneduhkan. Keduanya tertawa karena Aika yang bertepuk tangan girang seperti anak kecil yang diberi mainan baru, seketika tawa itu senyap karena panggilan dari Yusuf yang sedikit berteriak.

"Ammaaaahhh."

Asya berdecak kesal karena tak suka dengan suara melengking Yusuf namun tak urung ia juga menyautinya, "Ada di mushola, Yusuf."

"Yusuf pasti baru pulang dari masjid, oh iya Aika untuk laki-laki sholat lebih utama di masjid tapi untuk perempuan lebih utama sholat di rumah," Aika mengangguk paham.

Langkah kaki Yusuf terdengar menuruni anak tangga hingga pada pintu masuk mushola ia tercengang melihat 2 gadis yang sedang duduk berhadapan, dari posisinya berdiri ia bisa melihat Asya yang melihat kearahnya lalu siapakah yang duduk membelakangi Yusuf dengan kerudung lebar itu?

"Ammah, Umi dan Abi akan ke pondok. Sudah waktunya pulang," ucap Yusuf yang masih melihat penasaran gadis itu. Lalu seketika jawaban Asya datang dengan menolehnya gadis pemilik punggung yang membuat Yusuf panasaran, laki-laki itu melotot dan membuka sedikit mulutnya.

"Kami masih ingin disini," ucap Asya namun tak melihat respon dari Yusuf. Karena heran melihat ekspresi Yusuf, perempuan itu mengikuti arah mata Yusuf yang memandang Aika. Aika juga mengunci matanya pada Yusuf.

"Masyaallah, cantik sekali."

"Ekhem," deheman Asya cukup mampu membuat dua insan itu menunduk malu. Asya menggelengkan kepala, namun ia segera mengalihkan pembicaraan dengan menggenggam tangan Aika.

"Kamu harus menginap disini," Aika yang terkejut hanya bisa mendongak, beberapa menit kemudian ia baru bisa merespon.

"Ehmm Apa boleh?"

"Tentu saja, aku di rumah hanya sendiri disini hanya sesekali orang tuaku datang menjengukku," ucap Asya dengan mata memohon pada Aika.

"Baiklah aku akan menginap," jawab Aika dengan anggukan mantap.

Asya berseru senang lalu matanya ia alihkan pada Yusuf yang takut melihatnya, "Yusuf kamu pulanglah sendiri, kami akan menghabiskan malam bersama."

Yusuf hanya mengangguk tanpa mau mengangkat wajahnya, "Baiklah aku pulang, assalamu'alaikum."

Aika dan Asya kompak menjawab, "Wa'alaikumsalam."

Laki-laki itu berjalan mundur untuk segera keluar dari rumah tapi tiba-tiba ia kembali membalikkan badan dan berkata kepada Aika lalu dengan secepat kilat kabur dari sana.

"Aika aku pamit dulu, kamu cantik."

Aika? Tentu gadis itu menunduk malu untuk menyembunyikan rona merah di pipinya, sepertinya memang Yusuf adalah laki-laki yang mampu membuat Aika lupa bahwa gadis itu mempunyai dendam dengan kaum Adam. Asya kembali menggelengkan kepala, ingin protes namun pemuda itu sudah tidak ada.

"Astagfirullah, tolong ampuni Yusuf ya Allah."

***

Dua muslimah dengan gamis lebar dan berkhimar itu sibuk memilah-milah jaket syar'i di depannya, Asya dengan setia atau bahkan sangat cerewet memilihkan baju yang cocok serta yang syar'i untuk Aika. Aika sendiri hanya menurut apa yang dikatakan oleh Asya, bahkan sudah 2 jam lamanya mereka telah mengelilingi pusat perbelanjaan itu. Sudah ada 5 kantong belanja yang ditenteng Aika dan masih ada 4 kantong lain yang dibawa oleh Asya, dengan segitu banyaknya hasil belanja mereka namun belum bisa memenuhi list kebutuhan Aika yang ditulis oleh Asya.

"Ini bagus dan nyaman, aku akan membelinya lagi."

Asya mengangguk lalu mencoret nama 'jaket panjang selutut dan longgar' dikertas yang dibawanya, ia melihat apa yang perlu dibeli lagi.

"Sudah semua, tinggal kaos kaki dan handsock," lapor Asya pada Aika yang dijawab anggukan ringan.

Keduanya kini membayar di kasir, Aika mengeluarkan kartu persegi panjang lalu berniat mengulurkannya pada laki-laki didepannya namun urung karena Asya yang memanggilnya lalu mengambil ATM itu.

"Aika, sini berikan padaku!," Aika hanya menurut, Asya mengambilnya lalu meletakkan diatas meja dan setelahnya ia mendorong kartu itu ke arah mas penjaga kasir itu.

"Ini mas," Aika hanya diam karena bingung dengan tingkah Asya namun gadis itu menahannya hingga mereka keluar dari toko itu.

"Kenapa kamu melakukan itu, Asya?"

"Menjaga agar kamu tak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahram," jawab Asya.

"Mahram," kening Aika berkerut.

"Mahram adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selamanya karena sebab keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat Islam."

"Oh begitu, berarti kalau semahram boleh bersentuhan?"

"Benar sekali."

"Kalau aku dan kamu?"

"Tentu kamu boleh menyentuhku karena kita sama perempuannya, selain itu juga kita seagama."

"Berarti aku boleh membuka kerudung di depan kamu?"

"Insyaallah boleh, sekarang ayo kita membeli kaos kaki setelahnya kita makan lalu pulang."

"Siap bos," jawab Aika dengan memberi hormat pada Asya.

"Let's go!"

***

Aika turun dari kamar Asya yang memang terletak dilantai dua, gadis itu mencari Asya untuk mengajaknya tidur karena sudah pukul 22:00 dan Aika tak enak hati jika tidur lebih dulu. Gadis itu tersenyum ketika melihat Asya duduk di sofa dengan memangku laptop, Aika mendekatinya lalu bisa dilihat jika Asya sedang membaca artikel mengenai heterochromia.

"Asya?"

Asya yang sedang serius membaca terkejut karena ucapan Aika yang tiba-tiba, namun setelah ia bisa menormalkan jantungnya Asya tersenyum menyambut Aika untuk duduk di sebelahnya.

"Kenapa belum tidur?"

"Aku kesini untuk mengajakmu tidur, kamu untuk apa membaca artikel itu," Asya merasa tak enak hati kepada Aika.

"Aku hanya penasaran saja, karena jujur baru pertama kali aku melihat mata seperti kamu," jelas Asya berusaha membuat Aika tak tersinggung.

Aika melihat raut takut di wajah manis Asya, ia lalu tersenyum menenangkan. "Jujur aku saja belum pernah belajar mengenai kelainanku ini."

"Ehmm Aika aku membaca dari sini jika heterochromia bisa karena faktor keturunan, apakah ada salah satu anggota keluargamu yang memiliki mata yang sama dengan kamu?" tanya Asya dengan hati-hati.

Seketika itu Aika berpikir, "Sejauh ini aku belum pernah melihat mereka."

Asya merasa semakin tak enak kepada Aika karena rasa penasarannya, dengan segera ia mematikan laptop dan menutupnya untuk mengajak Aika tidur.

"Jangan terlalu keras berpikir, ayo sekarang kita tidur karena aku juga sudah mengantuk."

Aika yang tau jika Asya mengalihkan pembicaraan hanya mengikutinya saja karena ia juga sedang tak ingin membahas tentang masa lalunya, Asya bangkit berdiri lalu disusul Aika. Setelah itu keduanya menaiki tangga untuk ke kamar Asya, walau sejujurnya pertanyaan Asya cukup menyita pemikiran Aika. Hingga saat Asya sudah terlelap, Aika masih terjaga karena memikirkan mata yang selama ini ia tutupi tanpa mau mencari tau sebabnya.

"Keturunan?"

bersambung...

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang