ZK : 15. Potongan Memori

11 6 0
                                    

"Zulaikha" panggil seorang pria berwajah tampan seperti bukan orang Indonesia dengan warna mata yang sama dengan anaknya.

"Papa pulang? Yeeay," ucap girang seorang gadis kecil sambil berlari ke arah pria itu.

Pria itu juga menyambut anak cantiknya dengan menggendong tubuh mungil itu, terlihat keduanya sangat bahagia hingga ada suara yang menginterupsi.

"Sayang kamu pulang?" bukan pria itu yang menjawab namun si kecil yang meronta ingin turun, lalu anak kecil itu meraih tangan pria itu untuk berjalan menuju wanita yang bertanya itu.

"Mama, Mama lihatlah Papa pulang."

Wanita dan Pria itu saling berpelukan singkat, lalu kedua orang tua itu berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan anak mereka.

"Ayo sudah malam, anak Papa harus tidur ya?"

"Ayo sayang pergi ke kamar untuk tidur, Mama akan menyusulmu nanti."

Gadis kecil itu menurut, "Baiklah, selamat malam."

Mama dan Papa itu mencium pipi anaknya dengan sayang, setelah keharmonisan itu si kecil cantik berlari ke arah kamar tidurnya. Saat telah berada di dalam kamar ia tiba-tiba mendengar kegaduhan di luar, ia berniat keluar namun seketika nyalinya menciut karena suara teriakan Mamanya.

"Jangan ganggu anakku!"

"Mama?" buliran air mata itu turun begitu saja, si kecil berambut panjang itu bersembunyi diantara kasur dan lemari hingga pintu kamarnya terbuka menampilkan pria berjaket kulit hitam dan bertopi senada.

"Come on girl, come to your father."

Aika terbangun dari tidurnya, ia gelagapan seperti biasa saat selesai bermimpi buruk. Kali ini ia bisa lebih tenang, mungkin karena ia telah sadar jika itu hanya mimpi tapi mengapa gadis kecil itu sangat mirip dengan wajahnya? Hingga muncul suatu kesimpulan.

"Jadi, selama ini pria mengerikan itu adalah Papaku sendiri? Mata ini juga dari Papa?" Aika terkejut karena pintu kamar yang tiba-tiba terbuka menampilkan Asya yang mengenakan mukenah.

"Aika? Kamu tidak apa-apa? Maaf aku meninggalkan kamu sendirian disini," kalimat khawatir itu terucap dari Asya dengan segala kepanikan. Aika memeluk Asya, ia menangis bukan karena takut akan mimpi itu namun karena perhatian Asya yang sangat terlihat menyayanginya.

"Terima kasih karena sudah datang," ucap Aika setelah melepaskan pelukannya.

Asya tersenyum teduh sambil mengusap air mata sahabatnya, "Kamu tidak sendiri, ayo kita menemui Allah disepertiga malam ini."

Aika mengangguk dan ikut berjalan di belakang Asya untuk menunaikan ibadah sholat tahajud.

***

Aika pulang siang ini dengan diantar oleh Asya menggunakan mobil, gadis itu mengucapkan terima kasih lalu membawa barang-barangnya keluar. Asya tak bisa mampir karena ada urusan, perempuan manis itu juga meminta maaf karena tak bisa menemani Aika lebih lama. Kini Aika menatap pagar tinggi di depannya dengan membawa banyak kantong belanjaan, lalu ia mengetuk gembok pada pagar hingga menimbulkan dentingan keras dengan begitu akan ada yang menyadari keberadaannya. Aika tersenyum karena usahanya berhasil dengan keluarnya Pak Yudis untuk membuka pintu.

"Maaf, mbaknya cari siapa?" seketika itu Aika melongo, Pak Yudis tak mengenalinya.

Pak Yudis memperhatikan penampilan perempuan di depannya, mulai dari bawah hingga atas untuk menilai.

Sepatu dengan kaos kaki.

Gamis panjang dan besar.

Kantong belanja ditangan kanan dan kiri begitu banyak.

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang