Di sebuah kamar terdapat perempuan yang tertidur diatas ranjang berukuran besar, perempuan yang berwajah pucat dengan luka dibibir kanannya. Perempuan cantik itu membuka mata hingga memperlihatkan irisnya yang berwarna hijau dengan coklat yang menyatu indah, ia merasa ada yang berat menimpa lengannya hingga tak bisa digerakkan. Mbok Na yang merasa tidurnya terganggu itu bangun, wanita itu seketika merasa sangat senang saat Aika sudah sadar.
"Non Aika?"
"Aika mau minum Mbok," ucap Aika dengan tertatih.
"Baik Non, sebentar ya Mbok ambilkan di dapur," wanita paruh baya itu keluar dari kamar Aika dengan semangat.
Tak beberapa lama kemudian datang dua orang laki-laki, Yusuf dan Pak Yudis. Aika tersenyum karena mereka adalah penolongnya, jadi apa Aika jika tak diselamatkan dengan tepat waktu? Pak Yudis duduk di tempat Mbok Na sebelumnya.
"Bagaimana keadaan kamu nduk? Sudah membaik atau masih ada yang sakit?" Aika hanya menggelengkan kepala lemah.
"Terima kasih sudah datang kesana," ucap Aika dengan tulus yang disambut kedua orang disana dengan senyuman dan anggukan kecil.
"Wak itu Bapak menunggu kamu saat pulang sekolah seperti biasanya, namun Non Aika tak muncul-muncul hingga mas Yusuf saja sudah berjalan keluar sekolah. Dengan inisiatif Bapak bertanya, tapi ternyata mas Yusuf juga tak melihat Non Aika di lingkungan sekolah," Pak Yudis tiba-tiba bercerita.
"Lalu kami memberi tau satpam yang ada disana, kebetulan lagi masih ada guru piket yang belum pulang. Kami serentak mencari ke seluruh penjuru sekolah, hingga tiba-tiba kami mendengar suara teriak-teriak dari arah belakang. Saat itu pula mas Yusuf dibantu pak satpam mendobrak pintu gudang itu," Aika tersenyum mendengarkan cerita Pak Yudis.
"Kami semua kaget apalagi melihat kondisi Non Aika yang lemah duduk di bangku itu, dua orang guru piket dan pak satpam segera mengamankan teman-teman Non Aika. Mereka tidak akan dipenjarakan karena itu hanya akan membuat nama sekolah jelek, tapi pihak sekolah telah mengeluarkan mereka di tengah semester tiga ini yang Bapak yakin tak akan bisa mengikuti ujian nasional jika ingin pindah sekolahpun tak akan ada yang menerima," Aika mengangguk paham dengan lemah.
"Bapak sudah menganggap kamu sebagai putri Bapak sendiri, sama juga yang dilakukan oleh Mbok Na. Dia sangat marah dan sedih mengetahui kondisi Non Aika yang pulang dengan tidak wajar, oh iya kami tak membawa Nona ke rumah sakit karena mengingat Non Aika yang tak suka berada disana selain itu Nyonya besar akan tau keadaan Non Aika lagi pula Nona juga tak ada luka serius. Tapi benar bukan Non Aika baik-baik saja?" kata Pak Yudis panjang lebar dengan raut khawatir.
"Semua sudah berlalu Pak, terima kasih sudah perhatian dengan Aika dan terima kasih karena telah menganggap Aika sebagai anak Bapak sendiri," tutur Aika dan Pak Yudis tersenyum sayang.
Kini mata Aika beralih pada Yusuf, seketika itu pula ia mengingat kejadian tadi sore saat Yusuf dan Asya berpelukan. Aika termenung namun ia juga ingin membuktikan apakah Yusuf melakukan itu hanya pada Asya atau bahkan dirinya juga.
"Yusuf."
"Iya?" Yusuf yang sedari tadi menjadi penonton kini terkesiap karena panggilan Aika.
"Ehmm kenapa Mbok Na sangat lama, sebentar Bapak ke bawah dulu ya," pamit Pak Yudis lalu keluar dari kamar meninggalkan Aika berdua dengan Yusuf.
"Terima kasih atas kesediaanmu membantu Pak Yudis menemukan aku."
"Sudah sewajarnya kita saling menolong," Aika hanya tersenyum kecut.
'Aku kira Aika sudah yang istimewa di matamu, ternyata hanya Asya,' batin Aika.
"Yusuf, aku ingin ke kamar mandi," Aika mulai beraksi.
Yusuf kelimpungan, ia tau maksud Aika ingin minta tolong memapahnya ke kamar mandi karena kondisi gadis itu yang masih lemah tapi itu artinya ia akan menyentuh Aikanya dan ia tak mau melewati batas karena ia sangat menghormati Aika. Pemikiran itu berbeda dengan Aika, gadis itu menentukan keputusannya sendiri.
'Ternyata aku memang orang baru diantara kamu dan Asya, aku memang penghalang sama seperti yang dikatakan Katy,' batin Aika.
"Aku panggil Mbok Na ya?" tanya Yusuf dengan lembut lalu ia pergi keluar kamar.
Setelah itu Mbok Na datang dengan segelas air hangat dan segelas lagi susu, lalu dinampan itu juga ada bubur. Wanita itu meletakkan nampan beserta isinya diatas meja lalu menghampiri Aika.
"Non Aika mau ke kamar mandi ya? Sini Mbok bantu," Aika hanya tersenyum lalu bangkit ke kamar mandi dengan dipapah Mbok Na. Lalu saat ia akan mencapai pintu kamar mandi, suara Yusuf menginterupsi.
"Aika"
"Iya?" Aika menjawab dengan sedikit menoleh ke belakang.
"Aku pamit pulang ya? Ini sudah malam."
Aika kembali menatap lurus ke pintu kamar mandi tanpa mau menoleh ke arah Yusuf, "Iya, terima kasih sudah datang."
'Yusuf, aku terluka.'
***
Aika izin tidak masuk sekolah hanya sehari dan ia gunakan untuk menelur di kamarnya, ia juga tak ingin menemui siapapun termasuk Yusuf. Laki-laki itu ternyata sudah membuat Aika mempunyai perasaan yang begitu dalam padanya, tapi sangat disayangkan karena baginya Yusuf tak menginginkannya.
"Selama hidupku aku sangat menghindari laki-laki, kecuali Pak Yudis dan Daddy. Bahkan Papa kandungku sendiri yang menorehkan luka paling dalam. Bersama Pak Yudis aku merasa tidak semua laki-laki itu sama berengseknya, justru ia sangat perhatian padaku. Ketika aku mengenal Yusuf, aku merasa ia laki-laki yang berbeda tapi melihatnya kemarin membuatku merasa ragu," monolog Aika di dalam kamar sambil mondar mandir disamping kasur.
"Kalau Daddy? Hmm entahlah aku bahkan tak seberapa mengenalnya," Aika duduk dipinggiran kasur "Aku akan meneleponnya."
Aika mengambil ponselnya yang terdapat diatas meja lalu dengan segera memanggil kontak yang ia beri nama 'Dad' hingga beberapa detik kemudian tersambung.
"Halo."
"Hay sayang, apa kabar?"
Belum sempat Aika menjawab ia mendengar seorang wanita diseberang telepon, "Siapa yang menelepon, sayang? Apakah Rianti?" lalu terdengar Daddynya berbisik, "Bukan, ini anaknya."
"Halo sayang? Kamu masih disana?"
"Halo Aika, Halo"
"Halo," tutt panggilan terputus dari seberang.
Aika meluruh ke lantai, ia menangis. Sebenarnya bukan hal pertama ia mendengar suara perempuan saat menelepon Daddynya, tapi ia selalu menepis. Sekarang ia benar-benar bisa menilai seperti apa Daddynya.
"Aaaaaaarrrrgggg laki-laki semuanya berengsek," Aika berteriak sambil melempar ponselnya ke dinding hingga hancur.
Gadis itu menangis dengan memeluk lututnya, ia sangat tau jika Daddy bukanlah ayah kandungnya karena saat ia pindah ke rumah ini Mama dari Aika sudah memperkenalkan bahwa ayah barunya adalah Daddy Kevin. Setelah itu ia merasa lengkap dengan Mama dan Daddy yang memanjakannya hingga 2 tahun kemudian orang tuanya mulai keluar negeri untuk bekerja, saat itu pula ia mulai kehilangan kasih sayang.
"Inilah hidupmu, Aika. Dan inilah keluargamu, setelah Papa lalu sekarang Daddy yang mencampakkan Mama. Aaaaaaarragggg," Aika kembali uring-uringan dengan menjambak kerudungnya hingga terlepas.
Aika menangis kembali dengan memeluk lututnya, lalu tiba-tiba pemikiran itu datang. Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia juga mengusap kasar air matanya.
"Enggak, tidak semua laki-laki sama. Yusuf, iya Yusuf adalah jawabannya. Apapun yang terjadi aku harus mendapatkannya," Aika bertekad.
"Maafkan aku Asya, kadang egois itu perlu."
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Zulaikha Kekinian
Spiritual[End] Cerita yang terinspirasi dari salah satu surah dalam Al Quran, yaitu surah Yusuf. Cerita ini ditulis dengan fiksi bukan realita, jika ada kesamaan nama atau kejian dan tempat itu hanya kebetulan. Tolong usahakan baca hingga akhir agar tidak t...